Sistem Islam Memutus Mata Rantai Aliran Sesat


Oleh : R. Miranda Risang Ayu, S.Pd (Pengajar MDA)

Di tengah merebaknya kasus corona di Jawa Barat muncul ajaran sesat yang diajarkan oleh Pimpinan Yayasan Baiti Janati, Rosyid, yang mengaku sebagai Rasul dan Nabi ke 28. Kasus dugaan aliran sesat yang terjadi di Kelurahan Cijawura, Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung, menyedot perhatian masyarakat. Saat ini, kasus tersebut ditangani oleh Satreskrim Polrestabes Bandung.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat mengakui ada keanehan aktivitas Yayasan Baiti Jannati di Cijawura Girang, Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung. Berdasarkan laporan, pengurus dan anggota yayasan itu sering melakukan ritual tengah malam.

Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar mengatakan, selain ritual tengah malam, MUI Jabar sering mendapatkan laporan serupa terkait yayasan itu setiap bulan. (Dilansir inews.id, 26 Juni 2021)

Sebelum kemunculan aliran tersebut, muncul terlebih dahulu aliran Lia Eden, Kerajaan Ubur-Ubur, Keraton Sejahat dan Sunda Empire.

Munculnya aliran-aliran di atas tidak lepas dari kondisi Indonesia yang karut marut di segala bidang membuat ajaran tersebut tumbuh subur. Ditambah lagi penerapan sistem yang salah membuat aliran-aliran tersebut sulit diberantas. Beberapa faktor yang membuat aliran sesat tersebut subur di Indonesia adalah sebagai berikut:

Faktor Ekonomi, ketidakmenentuan ekonomi Indonesia membuat masyarakat Indonesia berpikir instan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lapangan pekerjaan yang semakin menipis, gaji yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari itulah sekelumit permasalahan ekonomi yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini. Ketimpangan sosial jelas-jelas menganga di depan mata. Yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. Itulah yang membuat masyarakat berpikir instan agar kebutuhan sehari-hari terpenuhi tanpa harus bekerja keras. Akhirnya masyarakat terjerumus oleh tipu-tipu yang dijanjikan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. 

Hal ini sebagaimana yang dialami oleh Setyono Eko Pratolo (58), salah satu orang yang tertipu iming-iming dari Kerajaan Agung Sejagat. Bercerita kepada Kompas.id, Eko tergiur janji bahwa dengan membayar uang Rp 8,5 juta, ia bisa mendapat gelar bintang tiga. Ia juga dijanjikan mendapatkan gaji dolar AS saban selesai sidang. Uang itu akhirnya ia dapat, lewat berutang. Eko sendiri bekerja sebagai perangkat desa dengan upah hanya Rp 300 ribu per bulan. Itu pun ia dapat tiap empat bulan sekali. Karenanya, dia terbiasa hidup berutang.

Faktor pendidikan juga menjadi salah satu pemicu tumbuh suburnya aliran sesat saat ini. Rata-rata yang menjadi pengikut aliran ini adalah masyarakat pedesaan yang berpendidikan rendah. Pendidikan yang rendah membuat mereka tidak mengerti apa yang diajarkan aliran sesat tersebut. Hal ini sebagaimana terjadi pada pengikut aliran Kerajaan Agung Sejagat dan Kerajaan Ubur-Ubur. 

Faktor selanjutnya adalah rendahnya akidah dan penerapan sistem sekuler. Penerapan sistem sekuler membuat aliran sesat ini tumbuh subur. Sekularisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Sudah jelas aliran-aliran sesat di atas bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah, tetapi pada faktanya aliran-aliran tersebut "laku" di Indonesia. Bahkan tak jarang aliran sesat tersebut mendapat banyak pengikut. 

Sekularisme memberikan ruang bagi masyarakat untuk berkreasi sesuai dengan kepercayaannya. Masyarakat berhak mendapatkan perlindungan, meski hal itu bertentangan dengan agama. Selain faktor sekularisme, lemahnya akidah umat juga memicu tumbuh suburnya aliran sesat ini. Akidah yang seharusnya menjadi tameng atau proteksi justru tidak berfungsi. 

Faktor kegagalan politik formal. Tidak hanya kondisi perekonomian yang karut marut, kondisi perpolitikan Indonesia juga mengalami hal yang sama. Panggung perpolitikan saat ini diwarnai sandiwara yang tidak akan pernah ada habisnya. Hampir tidak ada sosok pejabat yang patut diteladani masyarakat saat ini. Pejabat yang melakukan tindakan kejahatan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme menjadi tontonan masyarakat setiap hari. Bahkan berebut kekuasaan untuk mendapatkan kursi jabatan adalah hal yang biasa. Teman menjadi lawan, lawan menjadi kawan adalah hal yang biasa. Dari sini timbullah aliran-aliran yang akan menjadi panutan masyarakat. 

Tidak adanya sanksi tegas dari negara membuat aliran ini tumbuh subur. Kasus aliran sesat di negara kita tidak pernah ada habisnya dari tahun ke tahun. Sanksi pencekalan sampai pemenjaraan seolah tidak membuat jera. Contohnya Lia Eden, yang sempat dipenjara karena perbuatannya. Namun hal ini tidak membuat Lia jera. Bahkan keberadaan Lia dan pengikutnya hingga hari ini semakin eksis. Ini menunjukkan bahwa sanksi yang diberikan oleh negara tidak memberikan efek jera, baik bagi pelaku maupun pengikutnya. 

Berharap pada sistem sekuler-kapitalis untuk memberantas aliran sesat bagai mimpi di siang hari. Kita butuh sistem yang benar-benar mampu memberangus keberadaan aliran sesat agar keberadaannya tidak meresahkan masyarakat.

Islam adalah agama sekaligus ideologi yang berasal dari Allah. Dalam penerapannya, jika ada aliran sesat yang berkembang di masyarakat, negara akan memberikan sanksi yang tegas. 

Dalam negara Islam (khilafah) ada Departemen Dalam Negeri yang bertugas untuk menjaga negara dan masyarakat. Jika ada kelompok yang tidak sesuai dengan Islam dan meresahkan masyarakat maka akan dilakukan tindakan yang tegas. Adapun tindakannya adalah dengan menyurati kelompok tersebut dan meminta mereka untuk bertobat dan kembali kepada Islam. 

Jika kelompok tersebut bersikeras pada alirannya maka akan diperangi. Jika mereka kelompok kecil maka polisi yang akan memeranginya. Polisi bertindak memeranginya secara mandiri. Jika mereka adalah kelompok besar dan polisi tidak mampu memeranginya, maka polisi wajib meminta bantuan kepada Khalifah untuk mendatangkan kekuatan militer. Inilah cara dalam sistem Islam memberantas aliran sesat agar keberadaannya tidak semakin tumbuh subur dan merebak. 

Wallahu a'lam bishowab.



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar