Ada Apa dengan Afghanistan?


Oleh: Puji Ariyanti (Pegiat Literasi untuk Peradaban)

Negeri-negeri kaum Muslimin mengalami kehancuran dan kekacaun luar biasa. Tak ubahnya negara serakah Amerika Seikat (AS) yang telah 20 tahun lamanya menumpahkan darah para syuhada di bumi Afghanistan.

Potensi krisis terjadi di Afghanistan. AS yang telah kalah perang di Afghanistan terpaksa menarik pasukannya. Pasukan AS yang telah bercokol di Afghanistan sejak tahun 2001, dengan kebohongannya seolah mengawal proses demokratisasi dan menghalangi penguasaan oleh Taliban. 

Melansir CNN Indonesia 15/8/21. Gerilyawan Taliban dilaporkan menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan dan menduduki Ibu Kota Kabul. Kelompok milisi itu juga menuntut pengalihan kekuasaan secara penuh dari pemerintah Afghanistan setelah Taliban mengerahkan seluruh gerilyawan memasuki Kabul dengan alasan mencegah penjarahan. Sebab menurut mereka anggota Kepolisian Afghanistan memilih meninggalkan markas dan pos penjagaan mereka.

Sejatinya kondisi Afghanistan selama 20 tahun belakangan ini tidak lebih dari permainan politik dan tipu daya AS. Menurut Pengamat Politik Internasional Umar Syarifudin, AS tetap akan melanjutkan pengaruh militer dan politik mereka di Palestina dan berusaha untuk membantu kelompok di Afghanistan yang bisa diajak kompromi. Situasi di Afghanistan itu tidak lebih dari proyek perang Amerika Serika (AS). 

Benarkah dengan kemenangan Taliban dalam menguasai Afghanistan,  akan membawa harapan bagi kaum muslimin? Di negeri para syuhada yang tangguh ini diharapkan sebagai mercusuar penerapan Syariat Islam secara menyeluruh. 

Saat ini Taliban ingin mengambil peluang mengganti pemerintahan ke arah Islam. Namun begitu, komitmen Taliban hampir tertolak. Faktanya Syariat Islam telah di opinikan buruk oleh media-media populer Internasional. Sehingga publik ketakutan terhadap penerapan syariat Islam. Taliban pun mengumumkan pemerintahan yang akan datang adalah pemerintahan yang terbuka terhadap kerjasama dengan negara-negara asing alias negara-negara kafir.

Para pejabat Taliban juga berjanji untuk tidak akan berselisih dengan negara lain dan memberikan jaminan keamanan kepada masyarakat internasional, termasuk Amerika Serikat yang selama ini memerangi mereka. Demi kelangsungan hubungan internasional, Taliban berjanji untuk menjaga semua delegasi asing yang ada di Afghanistan, baik kedutaan dan stafnya atau perwakilan asing lainnya. Kontan.co.id (18/9/21)

Hal inilah yang patut dikawatirkan jika sikap mujahidin berubah menjadi sikap moderasi, sebagai syarat atas pengakuan kekuasaan. Fakta afghanistan menjadi bukti kuatnya intervensi AS dan asing di dunia Islam. Mampu mengubah pola pikir dan sikap di negeri-negeri kaum muslim terhadap ajaran agamanya. Terbukti dunia Islam termakan opini AS, bahwa Taliban adalah kelompok teroris dan kaum pemberontak. Padahal Taliban menerapkan hukum syariah. Penerapan hukum syariah inilah yang tidak disukai oleh Amerika. Karena sejatinya ideologi kapitalisme  AS terancam ekstitensinya atas penerapan Syariat Islam.

Harusnya pendudukan Taliban atas Afghanistan menjadi harapan besar bagi umat di sana karena secara pasti Syariat Islam akan diterapkan. Namun begitu beberapa warga memilih meninggalkan negaranya. Seluruh sudut kota Kabul dipenuhi kendaraan hingga menciptakan kemacetan. Warga berbondong-bondong ingin melarikan diri karena ketakutan. SuaraBatam.id (15/8).

Maka sudah seharusnya bentuk perjuangan Taliban untuk tegaknya Islam  mencontoh metode rasulullah yang berfokus menyiapkan umat pemikiran islam. Dengan mendirikan sebuah negara di kota Madinah Rasulullah hanya berkomitmen terhadap syariat  Islam. Sehingga tidak sedikitpun berkompromi dengan tawaran Barat.

Afghanistan adalah tempat para mujahid yang senantiasa berjuang untuk kehormatan Agamanya. Maka kemenangan Taliban menjadi harapan kaum muslimin. Adalah titik awal sebuah negara yang menerapkan syariat Islam secara sempurna, yang dapat menyatukan negeri-negeri kaum muslimin di seluruh dunia.  Wallahu'alam bish shawab[]




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar