Faktor Penentu Keberhasilan PPKM di Masyarakat


Oleh : Kurnia Agustini, S.Pd

Masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level  4 diperpanjang hingga tanggal 9 agustus 2021. Perpanjangan ini dilakukan karena masih tingginya angka penularan Covid, meskipun tren penularan kasus Covid telah menurun. Langkah antisipatif dan penjagaan memang harus terus diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat.

Melihat sejarah perjalanan pandemi yang tidak bisa ditentukan waktu berakhirnya, maka tidak ada jaminan pasti strategi PPKM ini akan menyelesaikan permasalahan Covid di Indonesia. Apalagi jika strategi yang diterapkan tidak rapi, rinci, tepat sasaran,  konsisten, berkesinambungan, dan didukung oleh pendanaan yang cukup.  Maka, strategi apapun akan tampak seperti solusi tambal sulam, sekadar bahwa memang seolah ada aksi untuk menyelesaikan masalah. Lebih jauh justru meambah masalah.

Strategi PPKM pun bukan berarti tidak menyisakan masalah besar yang lain. Kesulitan masyarakat dalam berkegiatan ekonomi yang berdampak pada tidak terpenuhimya kebutuhan mendasar, yaitu pangan, sandang, pendidikan, kesehatan,  menimbulkan riak penolakan pada masyarakat terhadap strategi ini. Indonesia yang memang tidak cukup kuat secara ekonomi, pula dihantam badai pandemi.  Ibarat buah simalakama, diberlakukan PPKM rakyat kecil menjadi menjerit, tidak diberlakukan tetap rakyat menjadi korban. Maka pilihannya adalah, mana yang menimbulkan kerugian yang  dianggap lebih kecil.

Adapun PPKM sebagai salah satu strategi, disamping strategi pemerintah untuk mengatsi Covid, semisal 3T (Testing, Tracing, Treatment) dan vaksinansi, belum bisa dikatakan efektif dalam menekan penularan virus Covid di Indonesia.  Lantas, strategi apa yang dianggap paling tepat?  

Sebagai contoh, saat pasien tertular virus Covid yang datang berbondong  berbarengan dalam waktu yang sama seperti waktu yang lalu, dengan fasilitas kesehatan yang tidak memadai, membuat rumah sakit ambruk. Juga menimbulkan kemungkinan resiko kematian yang besar. Oleh karena itu, maka fokus perhatian utama yang harus dicapai pemerintah dan masyarakat dalam setiap strategi adalah bagaimana angka penularan bisa ditekan dan perawatan setelah tertular bisa dilaksanakan semaksimal mungkin. Ini berarti dari sisi pemerintah perlu menambah ketersediaan fasilitas kesehatan yang layak. Ditunjang dukungan sikap dari masyarakat untuk melaksanakan prokes ketat dan melakukan perawatan isolasi secara mandiri.

Sayangnya, pola pikir dan pola sikap masyarakat dalam menghadapi masalah pandemi Covid ini pun masih beragam. Sebagian  ragu, percaya, takut, bahkan paranoid. Sedangkan yang diinginkan adalah pemahaman yang benar, sehingga melahirkan sikap yang tepat dalam menghadapi masalah ini. Maka, informasi dan edukasi yang jelas, sederhana, dan tepat tentang Virus Covid ini, memang sangat dibutuhkan masyarakat saat ini.

Sudah saatnya masyarakat dicerdaskan dan mencerdaskan diri. Dengan informasi yang benar, tepat, dan amanah tentang ikhwal virus Covid 19, pengaruh/dampaknya,serta solusinya. Tentunya informasi ini bukan didapat dari ahli politik ataupun ahli ekonomi, akan tetapi dari ahli virus yang amanah, misalnya. Sehingga, diharapkan akan memunculkan kekritisan dan kreativitas pada diri masyarakat itu sendiri. Masyarakat akan dapat mengambil langkah kreatif yang mandiri dalam mengatasi Covid. Selain itu dapat menyaring  informasi yang salah, serta dapat meng evaluasi strategi pemerintah terkait Covid,  jika memang tidak tepat. Masyarakat pun tidak akan ragu melaksanakan prokes, atau pun mengambil langkah antisipatif lainnya. Apa yang lebih kuat dari pemikiran yang benar? Pastilah itu akan membentuk sikap yang tepat dan solutif.

Edukasi yang benar, jelas, sederhana, mudah dipahami, akan menumbuhkan rasa optimisme bahwa pandemi ini ada dan bisa diatasi. Motivasi yang dilandasi oleh pemahaman utuh. Ditambah dengan transparasi data yang dapat dipercaya. Bukankah lebih baik mengetahui fakta dan akar masalah yang sesungguhnya, agar mampu memilih solusi yang paling efektif? Maka, kalaupun strategi PPKM ini dikabarkan menuai keberhasilan, itu adalah kabar gembira yang sesungguhnya, karena memang demikian yang terjadi.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar