ISLAM MENCIPTAKAN KEMERDEKAAN HAKIKI


Oleh : Leni Fuji Astuti (Ibu Rumah Tangga)

Indonesia memperingati hari jadinya yang ke 76 dalam suasana pandemi. Upacara bendera merupakan salah satu kegiatan dalam perayaan HUT RI ke-76 tahun. Pada tahun 2021 ini, tema hari kemerdekaan yang diusung adalah “Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh”. Pelaksanaan upacara bendera juga dilaksanakan secara daring karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19, dilansir dari suara.com (16/8).

Memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 2021, google juga memberikan persembahan khusus. Google Doodle di mesin pencarian hari ini muncul dengan tema Hari Kemerdekaan Indonesia. Google Doodle tersebut menampilkan ilustrasi keragaman yang ada di Indonesia sesuai dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yaitu berbeda-beda tapi tetap satu, dilansir dari kompas.com. (16/8).

Masyarakat menyambut kemeriahan HUT Ri dengan semarak. Salah satu yang menjadi tradisi adalah menghiasi rumah dengan lampu kelap kelip. Memasang bendera merah putih di sepanjang jalan juga mengadakan berbagai perlombaan sebagai wujud kegembiraan mereka dalam mengisi hari kemerdekaan. 

Ironi, kemeriahan ini berbanding terbalik dengan kondisi rakyat saat ini. Katanya Indonesia 76 tahun sudah merdeka. Namun faktanya secara non fisik Indonesia masih dipengaruhi kendali  asing. Baik secara pemikiran, ekonomi, pendidikan dan pengelolaan sumber daya alamnya. Alhasil, kekayaan alam yang melimpah ruah pun tak dapat dinikmati 

Dalam sistem kapitalisme, sumber daya  alam yang melimpah hanya dinikmati para korporat dan sebagiannya diangkut ke luar negeri. Alhasil, bumi pertiwi yang dianugerahi kekayaan alam luar biasa  belum mampu menjadikan rakyat sejahtera akibat pengelolaannya diserahkan kepada  asing.

Aspek pendidikan pun direcoki kurikulum yang tidak jelas. Siswa dijejali oleh pemikiran plural sehingga tidak menghasilkan generasi berakhlak mulia. Dengan demikian, tujuan pendidikan tak lagi tuk mencerdaskan anak bangsa apalagi dengan diterapkannya moderasi beragama. 

Sistem demokrasi dengan ekonomi kapitalismenya terus mengorganisir pinjaman ribawi di tengah-tengah masyarakat sehingga masyarakat semakin terjepit. Alih-alih rakyat terbantu dengan pinjaman bank dan sejenisnya, yang ada rakyat dibuat kalang kabut dengan bunga yang terus membengkak dan tentunya kian membebani. 

Keadilan dan kesejahteraan yang ditawarkan demokrasi hanya ilusi. Jargon dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat hanya sebatas slogan semata. Saat ini kezaliman dan penindasan di mana-mana. Kelaparan semakin meluas, keadilan nyaris hilang, hukum tumpul ke atas dan tajam ke bawah, kesengsaraan rakyat seakan tiada  hentinya. Jeritan rakyat menjadi angin lewat bagi penguasa tanpa memberikan solusi berarti.

Dalam islam, kemerdekaan hakiki adalah penghambaan kepada Allah Swt bukan kepada manusia, seperti dalam firman Allah Swt,
اِÙŠَّاكَ Ù†َعْبُدُ ÙˆَاِÙŠَّاكَ Ù†َسْتَعِÙŠْÙ†ُۗ
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan".
(TQS.Al-Fatihah ayat 5).

Kemerdekaan sejatinya saat sistem dan aturan Allah Swt diterapkan secara menyeluruh. Hanya dengan menegakkan hukum syariat Islam, kesejahteraan bisa tercipta sehingga keberkahan dari langit dan bumi akan dirasakan umat manusia.

Wallahua'lam bish shawwab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar