Kesuksesan yang Abadi


Oleh: Annisa Alawiyah (Lingkar Studi Muslimah Bali)

Setiap manusia pasti memiliki standar kesuksesan masing-masing. Tergantung, pada sudut pandang apa yang ia pakai dalam memaknai kesuksesan itu.

Berbagai makna kesuksesan tergantung pada isi kepala seseorang. Jika seorang anak yang duduk di bangku SD maka kesuksesan baginya adalah ketika mampu melewati Ujian Nasional dan dinyatakan lulus untuk naik ke tingkat berikutnya.

Ada juga orang menganggap sukses adalah segala pencapaian yang bersifat materi seperti rumah, kendaraan mewah, harta berlimpah, karir, atau jabatan. Tentu, ini adalah sudut pandangnya kapitalis, yakni kesuksesan materi.


Bagaimana Islam memandang arti kesuksesan?

Sebagai seorang muslim, tentu kita harus merujuk kepada Al Qur'an dan Assunnah, agar lebih jernih memandang kehidupan dan tidak tersesat. Oleh karenanya, kesuksesan yang hakiki adalah kesuksesan yang diraih di jalan Allah.

Analoginya, seorang yang memiliki mata minus maka dia tidak bisa memandang atau melihat dengan jernih, maka seseorang itu membutuhkan kacamata minus untuk membantu penglihatannya supaya menjadi lebih jernih dan jelas.

Sama halnya dengan manusia, jika ia mengalami keluhan namun ia tidak memiliki sudut pandang yang berasal dari Al Qur'an dan As-sunnah, maka dia akan tersesat. Sulit mencari jalan keluar. Oleh karenanya, Al Qur'an dan As-sunnah ibarat kacamata yang membantu orang muslim untuk menyaksikan realitas kehidupan yang lebih nyata, jelas, dan jernih, serta mampu memberi jalan keluar bagi keluhannya. 

Coba kita pikirkan, apakah seorang koruptor yang memiliki harta berlimpah, rumah yang mewah, beserta kendaraan mahal adalah orang yang sukses? Apakah Fir'aun yang memiliki istana megah juga termasuk orang yang sukses?

Tidak! Justru dengan berlimpahnya harta yang mereka miliki, mereka berpaling dari Allah. Hingga Allah abadikan kisah Fir’aun dalam Al Qur'an sebagai orang yang terlaknat dan mati dalam keadaan hina dina. 

Di dalam Al Qur'an, Allah mengabadikan banyak kisah Rasul dan para sahabat yang diberikan kemenangan dalam berbagai perang melawan musuh-musuhNya. Namun kemenangan itu diraih dengan proses dan strategi perang yang tidak mudah, hingga terjadi pertumpahan darah para syuhada' di medan perang. Oleh karena itu, Allah janjikan syurga bagi para syuhada'.

Inilah hal menarik yang akan kita bahas, tentang kabar yang membahagiakan para sahabat dan Rasulullah, tentang kesuksesan yang besar dan nyata yang Allah abadikan kisahnya dalam surat Al fath. Surat ini turun setelah terjadinya peristiwa perjanjian Hudaibiyah.

Sejarah Perjanjian Hudaibiyah adalah gambaran perjanjian yang mengutamakan perdamaian. Perjanjian ini terjadi antara kaum Quraisy dengan kaum Muslimin Madinah dan dilaksanakan di Hudaibiyah pada Maret 628 M atau Dzulqa’dah 6 H.

Akibat Perjanjian Hudaibiyah, sebagian kaum Muslimin merasa kecewa atas hasil perjanjiannya. Mereka menilai bahwa perjanjian itu merupakan suatu kelemahan dan kekalahan. Bahkan ketika Nabi Muhammad SAW memberikan perintah untuk menyembelih hewan kurban, mereka tidak segera mematuhi perintahnya. Umar bin Khattab meronta tidak rela atas kesepakatan yang telah dicapai antara kedua belah pihak. Perjanjian tersebut seperti sebuah sikap perendahan dan penghinaan terhadap Islam, Nabi dan para pengikutnya.

Seiring berjalannya waktu, hasil dari perjanjian ini pun mulai terlihat. Sejarah Perjanjian Hudaibiyah ibarat suatu kemenangan nyata bagi kaum Muslimin dan perjuangan Islam. Nabi Muhammad SAW sudah memahami betul karakter orang-orang Mekkah, sehinga beliau memastikan bahwa kaum Quraisy Mekkah akan melanggar perjanjian tersebut sebelum selesai 10 tahun. Perjanjian Hudaibiyah pun dilanggar oleh kaum Quraisy, sehingga perjanjian ini menjadi landasan hukum untuk menaklukkan kota Mekkah.

Pelanggaran Perjanjian Hudaibiyah mampu diatasi oleh kaum Muslimin. Kaum Muslimin bisa membalasnya dengan penaklukan Mekkah (Fathul Makkah) pada tahun 630 Masehi. Kaum Muslimin berpasukan sekitar sepuluh ribu tentara. Mereka hanya menemui sedikit rintangan di Mekkah. Akhirnya kaum Muslim pun mampu menaklukan Mekkah. Mereka meruntuhkan segala simbol keberhalaan di depan Ka’bah. 

Setelah peristiwa perjanjian Hudaibiyah inilah Allah mengabadikannya dalam Al Qur'an surat Alfath, Allah berfirman, “Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata” (TQS. Al-Fath:1).

Dalam surat Al-fath, Allah mengabarkan berita yang begitu membahagiakan. Allah menggambarkan kemenangan yang besar dan nyata bagi para sahabat. Kemenangan yang tidak dilalui dengan perang besar di medan perang dan tidak dengan dua pasukan yang saling berperang dengan senjata. Kemenangan yang diraih tanpa pertumpahan darah. Inilah kemenangan yang besar di mata Allah.

Peristiwa Hudaibiyah ini mengajarkan pada diri kaum muslimin bahwa semua yang diperintahkan Rasulullah adalah yang terbaik meskipun dirasa tak masuk di akal dan merugikan diri sendiri. Namun, begitulah diri Rasulullah, apa yang dikatakannya adalah wahyu yang diwahyukan.

Boleh jadi apa yang kamu anggap baik, ternyata tidak bagi Allah. Begitupun sebaliknya. Boleh jadi yang kamu anggap tidak baik, ternyata baik di sisi Allah. Sesungguhnya Allah-lah yang mengerti semua hal. Oleh karenanya, kesukesan yang sesungguhnya adalah yang diniatkan kepada Allah dan Allah meridhoinya.

Akhir dari surat Al-Fath, Allah tutup dengan janji yang menggiurkan, yakni kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar. Masyaa Allah.

Akan tetapi, hari ini ketika hukum Allah telah dicampakkan dan diganti dengan hukum manusia, maka yang terjadi justru adalah kehancuran dan kekalahan bagi kamu muslimin. Musuh-musuh Islam dengan mudah memecah belah umat. Hal ini terjadi karena umat Islam tidak maksimal dan disiplin untuk mentaati Allah dan RasulNya. Padahal Allah telah memilih umat Nabi Muhammad SAW sebagai umat terbaik sepanjang zaman.

Gaya hidup ala kapitalis sekuleris, adalah gaya hidup hedonis yang melahirkan kebebasan dalam perilaku manusia, bahkan agama tidak berwenang untuk mengatur segala aktivitas kehidupan. Hal ini justru memunculkan sikap acuh terhadap ketaatan kepada Allah dan RosulNya. Aturan yang dilahirkan memaksa manusia untuk keluar dari fitrahnya.

Tuntutan materi yang harus dipenuhi membuat manusia hanya sibuk mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya. Pola hidup seperti ini akhirnya menjadi sebuah mindset bahwa mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya adalah standar prioritas dan kesuksesan adalah keuntungan yang besar. 

Bisa kita lihat pada realita hari ini, ketika banyak orang yang berlomba-lomba menyusun sebuah kesuksesan dengan membangun gedung-gedung tinggi nan megah. Pagi hingga malam sibuk mengumpulkan materi, padahal “sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau.” (TQS. Muhammad:36).

Realita yang kita lihat saat ini adalah bukti bahwa sistem kapitalis dan sekuleris telah berhasil mengalihkan sudut pandang kaum muslimin. Kaum muslimin akhirnya memandang bahwa kesuksesan adalah yang bersandar pada hawa nafsu, sehingga tidak lagi menjadikan ridho Allah sebagai satu-satunya tujuan. Umat saat ini telah dibutakan oleh kesenangan dunia yang mengantarkan kepada kesengsaraan.

Oleh karena itu, satu-satunya solusi adalah dengan mengembalikan pemikiran-pemikiran Islam di tengah-tengah umat. Mengajak umat untuk sadar akan perangkap-perangkap yang telah dirancang musuh Islam dengan menciptakan tipu muslihat yang dapat mengalihkan ketaatan menjadi kekufuran.

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al Baqarah:208). Bangkitlah dan raihlah kesuksesan dan kemenangan dengan ketaatan kepada Allah dan RasulNya. Dengan begitu musuh-musuh Islam akan semakin takut tak berkutik dan kaum muslimin dapat meraih kemenangan yang nyata seperti kemenangan yang Allah berikan kepada para sahabat.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar