Si Miskin dan Si Kapitalis Kaya Saat Pandemi, Beda Banget


Oleh : Nuryanti (Lingkar Studi Muslimah Bali)

Selama pandemi melanda Indonesia bahkan dunia sampai saat ini sangat jelas terlihat di kalangan masyarakat antara orang kaya yang berkelas menengah ke atas (seperti pejabat dan pemodal asing) dengan orang miskin di kalangan menengah ke bawah bahkan di kalangan anak di bawah umur yang belum saatnya untuk bekerja. Dengan kondisi terpaksa ini seorang anak pun harus banting tulang untuk membantu perekonomian keluarga meski hanya untuk sekadar makan.

Dilansir dari berita kompas.com (13/07/2021), semenjak pandemi melanda Indonesia jumlah orang kaya atau super kaya semakin meningkat bahkan jumlahnya mencapai 171.740 orang di tahun 2021. Sementara itu di tahun 2019 ada sebanyak 106.215 orang. Tentu angka ini meningkat 61,69 persen. Lembaga Credits Suisse mencatat jumlah orang Indonesia yang kekayaannya melebihi 100 juta dolar AS di tahun 2020 mencapai 417 orang, meningkat 22,29 persen dari tahun sebelumnya. Perhitungan ini dilakukan berbasis regresi untuk 144 negara di dunia. Regresi ini untuk meneliti aset keuangan serta aset non keuangan. Khusus untuk Indonesia, regresi yang digunakan adalah sistem survei bukan data HBS.

Di samping itu juga Credits Suisse menghitung terjadi peningkatan perekonomian global di kalangan orang-orang super kaya. Seperti krisis perekonomian global yang mengakibatkan perekonomian merosot semenjak pandemi. Orang kaya bisa melakukan apa saja yang dia mau di tengah pandemi demi untuk mencari keuntungan, seperti pengadaan alat kesehatan dan sembako.

Oleh karena mereka sebagai pemodal sehingga mereka bisa mendongkrak pundi-pundi kekayaan yang mereka miliki. Namun ada yang lebih mencemaskan yaitu ketimpangan yang terjadi semakin parah, bagaimana tidak? Orang-orang yang menengah ke atas bisa saja bertahan hidup dari hasil investasi dan impian, bahkan mereka bisa saja membeli apa saja yang mereka mau. Bukan dari situ saja bahkan mereka bisa saja membeli kebijakan-kebijakan yang mereka perlukan. Semakin lama pandemi menggerogoti bumi kita ini maka mereka akan semakin kaya karena aset yang mereka miliki berasal atau bekerjasama dengan asing.

Jadi di tengah keterpurukan dalam menghadapi wabah pandemi ini sejatinya banyak terjadi campur tangan asing dalam meraup keutungan. Sedangkan orang miskin, ketika mereka ingin membeli sesuatu maka mereka harus berpikir panjang sebab mereka hanya bermodalkan jiwa dan raga. 

Angka kemiskinan juga meningkat semenjak pandemi melanda dan penerapan kebijakan yang plin-plan. Banyak usaha kecil menengah ke bawah yang bangkrut sebab adanya kebijakan yang diterapkan. Ketimpangan yang terjadi bukan tidak bisa dihindari. Tetapi ini butuh sistem yang revolusioner. Jadi hanya soal kebijakan pemerintah saja yang bisa mengakhiri lingkaran kemiskinan atau menambah besar lubang kemiskinan. 

Meningkatnya angka kemiskinan yang berakibat meningkat pula problematika yang dialami masyarakat, bukan hanya masalah ekonomi saja, tetapi juga masalah kesehatan, sosial, bahkan politik Negara. Dengan beragamnya problematika masyarakat, kalau tidak segera ditangani bukan tidak mungkin akan mengganggu kestabilan Negara. Bahkan Negara bisa diambil alih oleh korporasi asing.

Karena politik yang diterapkan  di negeri ini adalah politik sistem kapitalis, maka negeri ini akan mudah untuk membuka ruang bagi para pemodal maupun calon yang akan diusung untuk berbuat kecurangan. Sistem kapitalis demokrasi yang sedang  diterapkan saat ini berpihak pada  pemilik modal termasuk aturan atau kebijakan yang dikeluarkan antara orang miskin dengan orang kaya.

Di sisi lain, sebenarnya ada sistem yang terbukti bisa berpihak pada kemaslahatan umat manusia. Baik muslim ataupun bukan. Sistem itu adalah sistem Islam yang penerapan hukum-hukumnya melalui Negara Khilafah. Yaitu di bawah kepemimpinan seorang Khalifah. Semua masyarakat diatur oleh seorang Khalifah. Semua dilakukan dalam sistem Islam yang bernilai pahala dan dosa. Tentu ini adalah suatu kewajiban bagi seorang Khalifah dalam meriayah  umat dan harus bisa menegakkan al-haq dan meninggalkan kebathilan tanpa harus melihat keuntungan ataupun kemanfaatan yang ditawarkan oleh asing.

Disamping itu seorang pemimpin berkewajiban mengatur perekonomian rakyatnya yang memiliki kelebihan harta. Bagi yang memiliki kelebihan harta harus bisa mendonasikan sebagian hartanya sebagai zakat atau infaq, kemudian dikumpulkan ke Baitul mal. 

Dana yang telah terkumpul akan dibagikan kepada rakyatnya yang fakir, miskin, janda, dan orang-orang yang termasuk ke dalam kategori penerima zakat, infaq atau shadaqoh secara merata baik dalam bentuk  tempat tinggal maupun dirham sesuai apa yang dibutuhkan rakyatnya sehingga tercipta kesejahteraan terhadap rakyatnya secara menyeluruh sampai ke pelosok negeri.

Apabila seorang pemimpin membiarkan ada rakyatnya yang terlantar akibat kekurangan makanan, maka akan menjadi pertanggungjawaban si pemimpin kelak di akhirat. Dalam sejarah kepemimpinan Umar bin Khattab membuktikan bahwa ada seorang Khalifah yang rela kelaparan selama 9 bulan lamanya demi rakyatnya. Sebagai seorang pemimpin sangatlah berat tanggung jawab yang dipikul dipundaknya, karena kelak ia akan ditanya tentang kepemimpinannya.

Rasullullah SAW bersabda, “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya”. Oleh karena itu, Imam yang memerintah manusia adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang rakyatnya. Jangan sampai ada rakyatnya yang terlantar apalagi sampai kelaparan. 

Rasulullah SAW dan para Khulafaur Rasyidin sebagai pemimpin telah memberikan teladan yang baik dalam mensejahterakan rakyatnya melalui kebijakan yang tepat untuk menyelamatkan rakyatnya baik dari kekurangan pangan, sandang, dan papan, ataupun penanganan wabah penyakit yang menimpa rakyatnya.

Wallahu alam bishowab.



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar