Dilema Pembelajaran Tatap Muka


Oleh: Astriani Lydia, S.S

PTM (Pembelajaran Tatap Muka) sudah digelar di beberapa daerah, salah satunya di Bekasi. Untuk itu Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi menghimbau kepada seluruh kepala Sekolah Dasar (SD) untuk sangat berhati-hati dalam menggelar PTM. Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Krisman Irwandi mengatakan, peningkatan protokol kesehatan (prokes) menjadi hal yang penting. Protokol kesehatan dasar seperti menggunakan masker dan mencuci tangan harus terus dipantau. “Anak harus tetap memakai masker, anak harus cuci tangan, pokoknya safety lah. Di kelas juga harus safety, kalau bisa sekolah hari ini sudah bisa nyemprot ruangan, anak pulang pun disemprot lagi”, ujarnya. Hal tersebut tadi penting untuk diterapkan lantaran anak usia dibawah 12 tahun belum diperkenankan untuk mendapatkan vaksin Covid-19. (KOMPAS.Com, 5/9/2021)
PTM juga diselenggarakan untuk anak-anak PAUD. Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi menyatakan, hari pertama pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di jenjang PAUD dan sederajat, berjalan lancar. Terlihat anak-anak sangat gembira mengikuti PTM terbatas. “Hari pertama pelaksanaan pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan berjalan lancar dan tidak ada hambatan,” Kata kepala Disdik Kota Bekasi, Inayatullah, Senin (20/9/2021). Beliau juga mengatakan para murid dan orangtua sangat antusias karena sudah menunggu-nunggu pelaksanaan PTM ini. Ia menegaskan, pihaknya mengedepankan penerapan protokol kesehatan bagi anak didik dengan ketat. Salah satunya dengan membatasi jumlah anak dalam satu kelas agar memudahkan dalam pengawasan penerapan protokol kesehatan. (Beritasatu.com, 20/9/2021)
PTM memang sangat dinanti oleh anak-anak setelah sekian lama mereka harus berjibaku dengan kegiatan daring yang menimbulkan kebosanan luar biasa. Beberapa siswa mengungkapkan kesenangannya dikarenakan dapat bertemu teman-teman kelasnya setelah lebih dari setahun hanya bertatap muka melalui media daring. Siswa SMP Negri 29 Kota Bekasi, Satrio Budi mengatakan masih ada rasa canggung karena sudah lama tidak bertemu temannya. "Perasaan senang sih yang pasti, cuma gitu agak canggung yah. karena sudah lama nggak bertemu teman," kata Satrio saat ditemui di lokasi, Rabu (1/9/2021). Dia juga mengatakan lebih menyukai PTM karena dapat bertanya langsung kepada gurunya jika ada yang tidak dimengerti. "Kalau online (PJJ) kita bisa cari sumber lain di internet, mungkin kalo offline enaknya bisa ketemu guru langsung sama temen-temen," ungkapnya. (suarabekaci.id, 1/9/2021)
  
Kebahagiaan juga dirasakan para guru. Para guru menyambut gembira dan antusias dengan dibukanya kembali kegiatan belajar mengajar secara langsung di sekolah. "Alhamdullilah saya senang pembelajaran tatap muka sudah kembali dilaksanakan walau kegiatan masih dalam keadaan yang terbatas," ujar Ririz selaku guru IPA SMPN 2 Bekasi sekaligus Staff Wakil Kepala Sekolah, Rabu (1/9/2021). Ririz menyambut baik dengan adanya kegiatan pembelajaran tatap muka walau kegiatan masih terbatas. "Saya senang karena bisa berinteraksi secara langsung dengan anak-anak dan proses pengajaran juga bisa lebih optimal dibandingkan secara daring," ucapnya. Ia berharap kedepannya kegiatan pembelajaran tatap muka dapat kembali normal. "Saya berharap pengajaran semua bisa kembali normal dan bisa berinteraksi secara langsung di sekolah tanpa harus belajar secara daring," tuturnya. "Kalau belajar secara daring, guru bekerja jadi dua kali. Kalau tatap muka kita juga enak mengajarnya bisa langsung berinteraksi dengan anaknya," sambungnya. Ia juga menjelaskan bahwa selama pembelajaran jarak jauh (PJJ), tidak bisa berinteraksi secara langsung dengan anak. "Kalau berinteraksi langsung kita lebih mudah saja dalam mengontrol anak-anak dalam belajar," tutupnya. (Tribunnews.com, 1/9/2021)
  
Akan tetapi dilema melanda para orangtua. Dicky Syahputra (41), warga Kelurahan Bintara, menyambut baik dan mendukung rencana tersebut. Menurut Dicky, sekolah sudah seharusnya dibuka. Dicky berharap sekolah bisa segera dibuka karena anaknya sudah jenuh belajar di rumah dan belum mengenal langsung teman-temannya. "Muridnya sendiri sudah jenuh juga. Apalagi anak saya ini pindah sekolah dari swasta ke negeri pada tahun lalu, makanya sampai sekarang karena belum ada tatap muka jadi untuk mengenal temannya belum bisa," ujar dia. Menurut Dicky, selama pembelajaran jarak jauh atau online, materi yang disampaikan guru tak banyak sehingga lebih baik pembelajaran dilakukan tatap muka. "Kalau belajar online kan guru menerangkan hanya terbatas saja, kami sebagai orangtua harus pintar-pintar mengerti. Kalau ibaratnya orangtuanya yang cuek atau tidak mengerti, kan dia bingung. Kami juga kuota (internet) juga nambah," ujarnya. Sementara itu, Risma Uli (51), warga Jatiasih, mengatakan bahwa dia belum mengizinkan anaknya untuk sekolah tatap muka. Sebab, penyebaran Covid-19 masih cukup tinggi meski angka kasus mulai menurun. "Jangan dulu karena kan kasusnya juga masih tinggi, kalaupun menurun, tetap ribuan juga (kasusnya). Kalaupun dikasih pilihan 50:50 PTM, kayaknya masih lebih milih untuk daring aja, ini untuk keselamatan juga," ujar Risma. Risma memilih anaknya tetap belajar online karena khawatir akan penularan Covid-19, sedangkan anak-anak seusia anaknya masih sulit menerapkan protokol kesehatan ketat. (Kompas.com, 27/8/2021)
   
Kabar adanya anak-anak yang terpapar Covid-19 selama PTM juga menambah dilema para orangtua. Adanya kabar melalui pemberitaan yang dihimpun WHO, didapatkan data bahwa ada 54 siswa di Padang Panjang, Sumbar, tersebut terpapar COVID-19 sejak diberlakukannya kembali PTM terbatas mulai 4 September 2021. Lalu 139 siswa dari sebuah institut di Kabupaten Bengkayang, Kalbar, terpapar Covid-19. Semua siswa/i tersebut diketahui terpapar Covid-19 setelah dilakukan RT PCR. Karenanya, WHO menyoroti tingginya kasus klaster siswa yang positif terinfeksi Corona Virus Desease 2019 atau COVID-19 setelah pembelajaran tatap muka (PTM) digelar. "Sekitar satu bulan selama aktivitas pembelajaran daring, 54 siswa dari SMA 1 Padang Panjang, Sumatera Barat dipastikan terpapar COVID-19 pada 11 September," tulis laporan situasi COVID-19 mingguan WHO per 15 September 2021, Kamis (16/09/2021), dilansir bizlaw.id (17/9/2021). Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito angkat bicara soal penularan Covid-19 yang mulai bermunculan di sekolah. Wiku menegaskan, pemerintah mengizinkan pembukaan sekolah tatap muka dengan sejumlah syarat yang ketat. Jika masih terjadi penularan, maka Wiku menilai syarat-syarat tersebut belum dijalankan dengan baik. "Apabila terjadi klaster atau kasus baru di dalam sekolah, itu tentunya terkait dengan proses pembukaan yang mungkin belum sempurna dalam melakukan simulasinya," kata Wiku dalam keterangan pers daring dari Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (13/8/2020), dikutip dari Kompas.com (13/8/2020).
  
"Kalau itu semua dilakukan dengan baik seharusnya tidak terjadi klaster-klaster di sekolah atau mana pun juga," ujar Wiku. (GridHEALTH.id, 17/9/2021)

  Melihat hal diatas, maka pelaksanaan PTM tidak boleh sembarangan. Semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan PTM harus disiplin menerapkan protokol kesehatan, salah satunya lewat vaksinasi bagi para guru. Perhimpunan Pendidikan Guru (P2G) mencatat, jumlah vaksinasi yang terealisasi masih sedikit, dibawah 10% atau sekitar 10:100. Maka melihat jumlah yang masih sedikit ini dikhawatirkan herd immunity tidak akan terbentuk. Hal ini perlu dibereskan segera sehingga tidak ada dilema yang melanda para orangtua. Negara harus menjamin bahwa pelaksanaan PTM ini aman dan nyaman bagi semua pihak terutama anak-anak dan para guru. Negara harus memenuhi pengadaan sarana prasarana di sekolah, pengawasan terhadap prokes, hingga keamanan di luar lingkungan sekolah, seperti sarana transportasi, tempat-tempat perbelanjaan, dan lain sebagainya. Hal ini Nampak mustahil terlaksana dengan baik di negara kapitalis seperti saat ini, dimana keuangan negara sangat kacau dan kebiasaan lempar tanggungjawab diantara para pemangku kebijakan. 
Secara proses, belajar tatap muka memang lebih efektif dibandingkan daring. Penelitian menunjukkan bahwa sekolah tatap muka lebih menghasilkan capaian belajar dibandingkan PJJ/daring. Adanya ancaman learning loss serta banyaknya risiko eksternal jika tidak belajar di sekolah, seperti pernikahan dini, eksploitasi anak, dan kehamilan remaja menjadi alasan untuk segera dilaksanakannya PTM. Maka, agar pengambilan keputusan tentang PTM ini tidak terburu-buru sehingga membahayakan kesehatan khususnya para guru dan murid, maka pemimpin negara harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan tokoh setempat untuk bisa menentukan apakah di satu wilayah bisa diberlakukan PTM ataukah tidak. Keputusan tetap ada pada pemimpin negara, karena seyogyanya tanggungjawab berada padanya. 
   
Tak dipungkiri pendidikan memang hal yang cukup penting, namun masalah kesehatan juga merupakan hal yang sangat penting yang harus dijaga. Bahkan kesehatan dipandang Islam sebagai sebaik-baiknya nikmat setelah keimanan. Hal ini ditegaskan Rasulullah SAW, dalam haditsnya, “Mohonlah ampunan dan afiyat/kesehatan kepada Allah karena seseorang tidaklah diberi sesuatu yang lebih baik setelah keimanan dari kesehatan.” (HR. Tirmidzi). Maka, jika belum memungkinkan untuk dilaksanakan secara langsung atau tatap muka, maka sebaiknya tetap dilaksanakan secara daring. Negara harus menjamin tidak ada penurunan kualitas pendidikan dalam pelaksanaannya. Meskipun secara daring, pendidikan tetap dilangsungkan melalui proses berpikir yang efektif (talaqiyan fikriyan). Maka di dalam Islam, Khalifah sebagai pemimpin negara akan menggerakkan seluruh sumber daya negara yaitu manusia, dana, fasilitas, energi, dan sebagainya untuk mewujudkan pendidikan yang efektif bagi seluruh warga negara dan juga tanpa biaya. Tak lupa para orangtua juga ikut dalam menyukseskan pelaksanaan pendidikan baik secara PTM maupun PJJ. Orang tua tetap menjaga protokol kesehatan anak-anak, menjaga kesehatan anak, dan mendampingi anak. Karena pembelajaran sejatinya bukan hanya pertemuan guru dan siswa. Namun disana ada proses pembentukan kepribadian Islam dan penguasaan ilmu, baik tsaqofah Islam maupun umum dan terapan untuk mengarungi kehidupan. Dengan seriusnya semua pihak menjalankan tanggungjawabnya, in syaa Allah proses pendidikan yang dilangsungkan baik secara langsung atau tidak langsung, dapat berjalan dengan lancar serta menghasilkan sumberdaya manusia yang unggul untuk mewujudkan peradaban mulia.

Wallahu’alam bishshawab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar