Oleh : Vanny Vadhila (Aktivis Muslimah Karawang)
Baru-baru ini ramai diperbincangkan mengenai pernyataan yang disampaikan oleh Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (PANGKOSTRAD) yakni Letjen TNI Dudung Abdurachman "Bijaklah dalam bermain media sosial sesuai dengan aturan yang berlaku bagi prajurit. Hindari fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama. Karena semua agama itu benar di mata Tuhan" (Liputan6.com 14/09/2021).
Di Indonesia sendiripun terdapat banyak agama, keberagaman ini menjadi hal yang mudah sekali menyulut perdebatan. Tidak heran jika banyak bermunculan para pengusung pluralisme agama yang terkesan 'benar' padahal menyesatkan. Mereka dengan lantang mengatakan bahwa "semua agama benar", "semua agama sama", "jangan terlalu fanatik" dan lain sebagainya.
Benar dan salah adalah hal yang pasti. Layaknya perhitungan matematika jika satu ditambah satu sama dengan dua, maka ketika ada orang yang menjawab selain dua sudah dipastikan dia salah . Itulah kebenaran ia bersifat mutlak.
Tuhan yang berbeda, sesembahan yang berbeda, aturan yang berbeda bahkan saling bertolak belakang tentu tidak bisa disamakan. Seperti yang terkandung dalam surat Al-Kafirun ayat 6:
Ù„َÙƒُÙ…ْ دِÙŠْÙ†ُÙƒُÙ…ْ ÙˆَÙ„ِÙŠَ دِÙŠْÙ†ِ
"Untukmu agamamu dan untukku agamaku"
Rasulullah bahkan menolak dengan tegas usulan kompromi dari kaum quraisy untuk menyembah berhala maka turunlah firman Allah bahwa Islam adalah ajaran yang tegas, tidak ada campur aduk dalam hal agama. Islam cukup dengan menghormati adanya perbedaan agama ini dengan tidak mengganggu peribadahan agama lain.
Jika yang mereka sebut fanatik adalah orang yang rajin beribadah, orang yang menggunakan jilbab dan celana cingkrang, sering shalat di mesjid, memperdalam agama Islam dan bahasa Arab, lalu bagaimanakah seharusnya seorang yang beragama Islam, berislam? Padahal yang mereka lakukan hanya taat dalam memeluk agamanya.
Pluralisme agama ini sangat berbahaya bagi akidah umat Islam. Sebab agama yang di ridhai di sisi Allah hanyalah Islam sesuai dengan firman Allah
Ø¥ِÙ†َّ الدِّينَ عِÙ†ْدَ اللَّÙ‡ِ الْØ¥ِسْÙ„َامُ
“Sungguh agama (yang diakui) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS Ali Imran [3]: 19)
Sebagai umat Islam sudah tentu kita harus menyampaikan bahwa Islam adalah agama yang benar, selain Islam semuanya bathil, salah, cacat. Hanya Islam yang sempurna, sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 3:
الْÙŠَÙˆْÙ…َ Ø£َÙƒْÙ…َÙ„ْتُ Ù„َÙƒُÙ…ْ دِينَÙƒُÙ…ْ ÙˆَØ£َتْÙ…َÙ…ْتُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ Ù†ِعْÙ…َتِÙŠ Ùˆَرَضِيتُ Ù„َÙƒُÙ…ُ الْØ¥ِسْÙ„َامَ دِينًا
“Pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, telah aku cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama kalian.”
Setelah Islam turun, zaman jahiliah itu menuju terang benderang. Segala hal yang kurang telah Allah sempurnakan pada Islam dan Al-Qur'an. Islam adalah agama yang paripurna yang mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Islam juga mengatur bagaimana hidup berdampingan dengan non muslim. Tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam, mereka dilindungi oleh negara, mereka boleh beribadah sesuai dengan kepercayaannya di lingkungan mereka sendiri. Begitulah Islam mengatur bagaimana kehidupan dengan masyarakat yang plural.
Semua itu hanya bisa terwujud dengan adanya institusi, dengan diterapkannya aturan Islam dalam bernegara maupun bermasyarakat.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar