MEMUTUS TUNTAS RANTAI PARA PENCELA


Oleh : Wina Apriani

Sungguh sedih melihat kebencian non muslim serta cercaan sekaligus merendahkan terhadap simbol dan syiar Islam terus berulang diberbagai belahan negara lain. Salah satunya ditunjukkan oleh media asing serta dari beberapa negeri minoritas muslim. Mereka Seolah tak ada matinya nyinyir dan mengolok-olok agama dan tak habis pikir menjadikannya bahan tertawaan. Seperti yang disampaikan POSKOTA.CO.ID bahwa sejumlah media asing baru-baru ini tampak menyoroti suara adzan di DKI Jakarta yang dianggap berisik. Sontak saja hal itu tak bisa diterima, hingga akhirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) angkat bicara. Menurut keterangan Sekretaris Jendral Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Amirsyah Tambunan ia sangat menyayangkan pemberitaan tersebut. Pasalnya menurut Amirsah saat ini pun sudah ada pengaturan pengeras suara Masjid seperti yang disampaikan oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI).

Sebelumnya, media asing AFP telah melaporkan salah satu warga Jakarta, bangun tiap pukul 03.00 pagi karena pengeras suara yang begitu keras dari masjid di pinggiran Jakarta saat adzan berkumandang. Media lokal Prancis, RFI, juga turut melaporkan hal serupa. Menurut laporannya, keluhan soal pengeras suara yang bising semakin meningkat di media sosial. Dikutip Poskota.co.id dari laman resmi MUI, suara adzan memang beberapa kali sempat jadi sorotan di sejumlah negara, mulai dari banyak yang risih, sampai ada yang memparodikannya jadi lelucon. Beberapa waktu lalu, pogram televisi di Korea Selatan melalukan remix terhadap potongan adzan, aksi ini pun menuai protes keras dari warganet dunia.

Apa yang terjadi diatas  jelas begitu miris  mengapa terus berulang terjadi cercaan terhadap simbol dan syiar Islam merebak. Walau ada MUI yang merupakan lembaga representasi ulama di Indonesia tapi hanya bisa bersikap keberatan atas pemberitaan media asing tadi tanpa bisa berbuat banyak. Begitupun di negeri ini, hampir sebagian masyarakat beragama Islam, tapi tidak  bisa bersikap tegas atas cercaan terhadap simbol Islam ini.

Mengapa demikian? Hal ini bisa terjadi karena umat tak lagi memiliki wibawa dan tak ada pemimpin yang menerapkan Islam kaffah. Alhasil, hinaan serta cercaan terus berulang tanpa ada tindakan tegas. Padahal begitu tampak kebencian media asing-AFP- pada Islam. Media asing tersebut bahkan sebelumnya memberitakan Indonesia terkenal dengan toleransi antaragama yang baik, tetapi kini muncul perhatian bahwa corak keagamaan Islam moderat terancam oleh penganut garis keras.

Sebagai umat Islam jelas hal ini sangat menyakiti hati umat. Karena berani betul menilai suara adzan sebagai bentuk kebisingan dan menunjukkan sikap tak toleran antar umat beragama. Sama halnya dengan penguasa negeri ini pun tak bereaksi, walau hanya untuk mengecam dan menunjukan sikap marah atau bentuk ketidaksukaan terhadap berita di media asing tersebut.

Sudah sangat jelas bahwa inilah karakter dan wajah penguasa dalam sistem demokrasi Kapitalistik yang tak acuh saat simbol dan  syiar Islam dicerca. Oleh karena itu kita tidak bisa berharap kepada sistem sekuler saat ini untuk bisa mengatasi permasalahan ini. Bagaimanapun hal itu mustahil teratasi dan justru berakhir pada kalimat, “Umat harus bersabar.” Apakah maksud dari sikap sabar adalah tidak berbuat apa-apa? Bukankah sabar itu ialah mengerahkan segala daya dan upaya atas suatu perkara? Berarti, jika mereka meminta umat Islam bersabar, seharusnya mereka juga mengerahkan segala daya dan upaya untuk menindaknya. Pada saat yang sama, pemerintah saat ini meminta umat untuk tidak reaktif atau bertindak anarkis menghadapi para pembenci, sementara pemimpin negara cuma berdiam diri. Wajar jika hinaan dan cercaan terhadap simbol dan syiar Islam dari para pencela makin tumbuh subur saja.

Apa daya kaum muslim memang tidak memiliki pemimpin yang berani bersikap tegas terhadap para pembenci Islam. Maka demikian cuma satu cara yaitu mewujudkan sistem Islam yang akan memberikan solusi tuntas dalam menyikapi permasalahan ini. Dalam sistem Islam negara wajib melindungi kemuliaan Islam. Serta negara juga wajib mendidik rakyat bahwa pelecehan terhadap Islam, ajaran dan simbol-simbolnya merupakan dosa besar. Ditambah pula ada sanksi dan hukuman juga sangat berat bagi pelaku. Berbeda dengan sistem sekuler, kebebasan berpendapat dijamin bagi setiap orang, meski mengolok-olok agama lain. Mereka menganggap olok-olok itu sah-sah saja. Oleh karenanya, hinaan dan cercaan terhadap Islam akan terus terjadi.

Setidaknya ada dua penyebab utama hinaan ini bisa terus ada. Pertama, Islam tidak lagi menjadi asas bagi kehidupan. Saat ini, musuhlah yang seolah mengatur seluruh aspek kehidupan umat Islam. Padahal, Allah Swt. tegas menyampaikan, “Barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka kehidupan menjadi sempit.” Kedua, tidak adanya penjaga di tengah-tengah dunia Islam. Penjaga tersebut adalah pemimpin tunggal untuk seluruh umat Islam. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang imam adalah perisai, orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung, maka jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggung jawab atasnya.” (HR al-Bukhari an-Nasai dan Ahmad).

Tentu satu-satunya jalan untuk mengakhiri adalah dengan tegaknya sistem Islam yakni Khilafah Rasyidah ala minhaj an nubuwwah, yang merupakan junnah (perisai) bagi umat yang lemah tak berdaya. Umat butuh junnah sebagaimana perintah Nabi, agar dengannya mereka dapat terlindungi. Para ulama pun bersepakat menegakkan Khilafah yang akan menerapkan syariat kaffah. Dengan syariat-Nya, seluruh umat akan merasakan segala kebaikannya, muslim maupun nonmuslim. Keadilan tegak, kezaliman pun mampu tersingkirkan. Terkait hal ini, Al-Qur’an mengingatkan umat mengenai karakter musuh-musuh Islam yang tidak akan berhenti menyerang. Dengan demikian, sudah seharusnya umat dapat bersikap tegas dan turut memperjuangkan tegaknya Islam.

Wallahu alam bi ash shawab []



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Semoga yg membaca bisa mendapatkan ibroh pelajaran tentang pentingnya islam

    BalasHapus