Hilangnya Sayap Pelindung Hilang Pula Kehormatan Islam dan Kaum Muslimin


Oleh : Puji Ariyanti (Pegiat Literasi untuk Peradaban)

Di negeri mayoritas muslim, azan masih menjadi perdebatan diantara beberapa manusia. Ada media asing AFP asal Perancis. Agence France-Presse (AFP), menyoroti suara azan di Indonesia yang dinilai bising. Menyampaikannya pun tanpa rasa sungkan apalagi takut. 

Dalam berita AFP mengutip seorang perempuan yang merasa terganggu dengan suara azan yang berkumandang di dekat rumahnya. Setiap pagi pukul 03.00 WIB perempuan tersebut tersentak bangun oleh pengeras suara yang sangat keras hingga dia mengalami gangguan kecemasan.

Diceritakan juga perempuan bernama Rina itu mengalami gangguan kesehatan, tidak bisa tidur hingga mual. Namun, Rina takut untuk melaporkan, karena hal itu bisa membuatnya terancam penjara 5 tahun. Sehingga AFP menurunkan berita berjudul "Piety or noise nuisance? Indonesia tackles call to prayer volume backlash (Ketakwaan atau gangguan kebisingan? Indonesia mengatasi reaksi volume azan)  17/10/2021).

Hal seperti ini selalu berulang, seolah negara ini tak memiliki wibawa. Media asing tak ada rasa sungkan mengekspos keberatan terhadap suara azan. Berpandangan negatif terhadap syiar Islam. Padahal, bagi kaum muslimin suara azan adalah panggilan untuk tunaikan shalat. Bagian dari rukun Islam kedua. 

Lalu di mana letak toleransi beragama? Mengapa membiarkan orang-orang kafir mencampuri urusan ibadah kaum muslimin. Tanggapan Kementerian Agama Kamaruddin adalah benar. Bahwa, azan adalah panggilan bagi umat Islam untuk menunaikan shalat. "Azan adalah panggilan salat, sehingga dikumandangkan pada waktunya. Durasinya juga tidak lama," tegas Kamaruddin lewat keterangan tertulis pada Kompas.com, Minggu (17/10/2021).

Seolah suara azan sumber kebisingan, sumber petaka sehingga sejak dahulu solusi yang di lakukan hanya mengatur volume suara azan bukan menghentikan suara-suara sumbang pembenci azan. Tak ada solusi atas persoalan ini. 

Hal yang sama juga terjadi di negeri muslim minoritas. "Menurut Apple, aplikasi Quran Majeed telah dihapus dari App store China karena berisi konten yang memerlukan dokumentasi tambahan dari otoritas China (Suara.com, 18/10/'21).

Berdasarkan laporan BBC, perusahaan mengaku menghapus aplikasi tersebut atas permintaan pejabat pemerintah. Hal itu lantas membuat sejumlah pihak terkejut mengingat Islam merupakan agama yang dilindungi di Republik Rakyat China. 

Islam tak memiliki otoritas atas kebebasan umatnya untuk melakukan ketundukan kepada Ilahi Rabi. Selalu tercederai oleh kepentingan politik bangsa lain. Padahal Indonesia tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Hal ini tak mensyaratkan apapun, umat Islam tetap terpojok.

Mengapa bisa demikian? Karena umat Islam tak memiliki pelindung. Padahal di masa Rasulullah SAW  perlindungan terhadap umat selalu di berikan tanpa batas. Saat seorang wanita muslimah diganggu Yahudi Bani Qainuqa, sehingga tersingkap auratnya. RasulullaÀh SAW  bersama pasukan kaum Muslim berangkat menuju tempat Bani Qainuqa dan mengepung mereka.

Saat ini, hilang perlindungan terhadap umat bahkan tiada pula kehormatan terhadap simbol dan syiar Islam. Oleh karenanya kaum muslimin membutuhkan kepemimpinan secara umum dan luas, baik dalam urusan agama maupun dunia sebagai pengganti kepemimpinan Nabi Muhammad saw.

Wallahu'alam Bissawab[]




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar