Be The Real "Anak Baik"


Oleh: Destiantini Siti Mardiah., S.Pd (Ibu Rumah Tangga - Sumedang)

Chingu penikmat drama negeri gingseng akhir-akhir ini pasti tahu kabar yang membuat patah hati para ciwi-ciwi, ya dunia entertainment pasti tidak akan sepi dengan berbagai kontrovesi seperti halnya yang terjadi di korea baru-baru ini. Terkuaknya skandal masa lalu yang dilakukan seorang aktor yang sedang digilai kaum hawa, membuat heboh di berbagai negeri tak terkecuali di Indonesia.

Sang aktor yang digadang-gadang sebagai "anak baik" karena sukses menjiwai peran sebagai sad boy itu nyatanya pernah melakukan pemaksaan tindak aborsi kepada sang pacar, mendengar fakta tersebut para fans yang di dominasi kaum hawa sangat kecewa dan mengaku patah hati nasional, bahkan ada yang menangis seharian hingga masuk RS karena asam lambung naik akibat stress mendengar skandal sang idola. Subhanallah, begitu hebat dampak dari skandal tersebut bagi para fans nya. Padahal fenomena-fenomena serupa sering terjadi di dunia hiburan yang sarat akan hedonisme dan kapitastik, namun nyatanya hal tersebut belum cukup dalam membongkar keborokan dalam sistem hiburan kapitastik ini. Berbagai romantisme dan eloknya kepribadian hanya disodorkan dalam alur drama saja padahal dalam dunia nyata mereka kering akan ketulusan dan hal-hal indah lainnya seperti dalam drama.

Tak heran ya, ketika kita hidup dalam aturan sekularisme dan kapitalisme mereka sibuk mencari kebahagiaan berupa materi, hingga lupa akan hubungan dengan sekitarnya. Boro-boro ingat dengan pahala dan dosa, ingat tuhan saja hanya pada momen-momen keagamaan atau hanya di tempat ibadah saja itu pun bagi mereka yang masih memiliki agama, karena banyak dari orang-orang yang hidup di negeri-negeri sekuler kini lebih memilih hidup tanpa agama agar bisa lebih fokus dalam mengejar materi atau kedudukan dimata manusia.

Chingu, dewasa ini kita harus lebih cerdas dalam memilah milih hiburan. Karena hukum asal mendengarkan musik atau menonton itu adalah mubah maka jangan sampai hiburan ini melalaikan bahkan memalingkan kita pada hukum syara'. Seperti kita tahu juga bahwa tontonan maupun lirik lagu yang berasal dari luar Islam itu pasti mengemban ide tertentu atau setidaknya mengenalkan gaya hidup yang bersebrangan dengan ide Islam, jika kita tidak memfilter berbagai hiburan tersebut maka secara tidak sadar kita akan membenarkan Gaya hidup tersebut, misalnya mewajarkan aktivitas pacaran hingga perzinahan. 

Gaya hidup tersebut juga marak dipertontonkan dalam drama romantic ala oppa dan noona negeri gingseng, dibawa dengan begitu manis dan apik sehingga kita sulit menolak propaganda dosa besar tersebut. Maka saat terkuak berbagai skandal yang meski dalam kacamata kemanusiaan saja sudah melenceng namun masih saja ada membela atau memaklumi aktivitas tersebut dengan berbagai pembelaan. Chingu, sebagai seorang muslim saat beraktifitas kita wajib untuk menyandarkannya pada hukum syara'. Meski dalam kacamata manusia aktivitas tersebut dipandang baik namun belum tentu dibenarkan dalam kacamata syara', karena dalam beramal kita harus Ikhlas dan sesuai hukum syara' agar bernilai pahala disisi Allah swt.

Ambil saja contoh aktivitas pacaran, jika dilihat oleh orang awam sebagai aktivitas biasa (karena memang sidah marak di masyarakat kita) bahkan katanya bisa memberikan "energi positif" bagi pasangan karena akan menambah semangat karena dapat perhatian lebih, memberikan perhatian meski pada hal-hal kecil yang itu dianggap baik dan bertanggung jawab. Tapi nyatanya aktivitas tersebut dalam pandangan syara' adalah dosa, mengapa? Karena aktivitas pacaran menjadi pintu gerbang perzinahan,  baik itu zina besar, zina mata atau zina dalam bentuk lainnya. Akibat dari pemakluman masyarakat terhadap aktivitas pacaran ini juga mengakibatkan tinggi nya angka free seks, aborsi dan permasalahan-permasalahan lainnya.

Kita terlalu sibuk dalam urusan-urusan tidak penting sehingga melupakan akar permasalahan yang sesungguhnya, terlena pada senyuman para idol hingga memusuhi sahabat yang mengingatkan pada hukum syara', rela mendonasikan uang ratusan ribu rupiah untuk mendukung para idol agar sukses karier nya padahal tidak ada pahala yang didapat. Sesungguhnya kehidupan yang abadi itu adalah akhirat, dan di dunia ini seharusnya kita berusaha keras mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya untuk bekal di akhirat kelak. Jadi, jangan sampai kita menyianyiakan harta, waktu, tenaga hanya untuk hal-hal yang tak menghasilkan pahala apalagi malah menambah dosa, Naudzubillah. Yuk jadilah anak baik sesungguhnya yang segala aktivitasnya sesuai standard hukum syara', agar baik bukan hanya dalam pandangan penduduk bumi saja tapi juga dalam pandangan penduduk langit Nya. Wallahu a'lam bi ash showab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar