Moderasi Agama: Beragama Biasa-Biasa Saja?


Oleh: Evalasari, S. Pd.

Moderasi agama yang akhir-akhir ini dibahas bahkan akan disisipkan ke dalam kurikulim di sekolah baik itu tingkat dasar ataupun menengah ataupun perguruan tinggi. Mungkin masih banyak masyarakat yang bertanya-tanya apa itu moderasi beragama?

Moderasi beragama adalah cara pandang dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan (pemahaman agama yang sangat kaku) maupun ekstrem kiri (pemahaman agama yang sangat liberal). (Lipipress.go.id)

Mengapa moderasi beragama ini lantang digaungkan, bahkan direncanakan akan ditanamkan sejak anak usia dini. Bukankah Islam hanya satu yaitu Islam yang berdasarkan pada Alquran dan Assunah saja semuanya sama. Kita sebagai umat muslim wajib taat kepada syariat Islam secara menyeluruh atau sempurna, itu merupakan suatu keharusan seorang hamba bukti akan kecintaannya pada Allah dan Rasul-Nya.

Menjalankan agama itu harus sempurna karena meupkan bukti ketundukkan seorang hamba. Tidak ada istilahnya dalam beragama itu netral, biasa-biasa saja, tidak berlebihan, terlalu dalam dan sebagainya. Kata-kata yang biasa namun sarat akan makna. Di dalam beragama tidak ada kata netral, jika seseorang itu  tidak sedang condong kepada kebaikan pastilah dia condong dalam keburukan, begitupun sebaliknya. Sedang condong kepda ketaatan ataukah kepada ketidaktaatan.

Pemahaman moderasi beragama ini seperti halus dan baik padahal tersirat untuk tidak terlalu dalm atau terlalu taat dalam menjalankan agama. Inilah kebahayaanya ketika memperdalam ilmu Islam dikatakan sebagai radikal atau kaku padahal disana adalah bentuk ketundukan seorang hamba kepada pencipta-Nya dan memang itu yang disyariatkan. Namun seolah-olah hal tersebut digambarkan terlalu ekstrem hingga tumbuhlan moderasi beragama ini. Bahkan faham-faham asing terus merajalela merasuki kaum muslim, tetapi tidak disebut radikal atau ekstrem, misalnya seperti  paham feminisme, pluralisme dan paham-paham lainnya yang jelas-jelas bertolak belakang dengan ajaran Islam.

Permasalahan dari semua ini terlalu ribet dengan  pemikiran manusia yang belum tentu kebenarannya, beragama harus begini dan begitu. Sebetulnya simpel tinggal kembalikan saja kepada Alquran dan Assunah bagaimana Allah mengatur bagaimana seharusnya dalam beragama. Kembali kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Albaqarah: 208
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَآ فَّةً  ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ  ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu"

Wallohua’lambishowab.



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar