Rekayasa Penjajah bagian 3


Oleh : Hasyim Suparno

Semakin besarnya kekuasaan kafir dan penjajah atas negeri -- negeri Islam, terutama negeri -- negeri Arab. Sampai di sini, selesailah tugas kelompok-- kelompok tadi. Penjajah kemudian membagi -- bagi ghanimah ( rampasan perang ) yang di perolehnya itu, yang wujudnya adalah lahirnya penguasa--penguasa di negeri--negeri Islam yang merupakan agen--agen para penjajah tersebut.

Setelah keberhasilan mereka dalam memisahkan negeri--negeri Islam dari Daulah Islam( Daulah Islam sirna). Penjajah langsung menggantikan posisinya. Mereka memerintah negeri negeri Islam secara langsung dan memperluas kekuasaannya keseluruh negeri--negeri islam. Secara praktis mereka membenarkan telah menduduki negeri--negeri  Islam dan mulai menancapkan kekuasaannya pada setiap jengkal wilayah ini dengan cara tersembunyi dan kotor. Dari cara--cara itu adalah dengan menyebarluaskan pemikiran asing penjajah, uang dan agen--agen mereka.

Pemikiran asing mempunyai pengaruh besar terhadap menguatnya terhadap kekufuran dan penjajah, 

Para penjajah tersebut merancang sistem pendidikan dan pemikiran atas dasar falsafah tertentu yang merupakan pandangan hidup mereka yaitu pemisahan materi dari ruh dan pemisahan agama dari negara, penjajah menjadikan kepribadian mereka sebagai satu--satunya sumber pemikiran kita. Mereka juga menjadikan  peradaban ( hadlarah) persepsi( mafahim), unsur unsur sosial pembentuk negara mereka, serta sejarah dan lingkungan mereka sebagai sumber asal bagi pemikiran yang mengisi akal kita. Tidak cukup sampai disitu, mereka bahkan sengaja mendistorsikan berbagai persepsi dan fakta yang kita ambil dari mereka. Mereka memutar balikan gambaran mengenai penjajah sedemikian rupa dengan menggambarkan penjajahan sebagai sesuatu yang mulia sehingga layak untuk di ikuti dan sesuatu yang kuat, sehingga kita harus berjalan bersamanya seraya menyembunyikan tampang penjajah yang sebenarnya dengan cara--cara yang licik.

Mereka terus masuk ke detil-- detil permasalahan. Sampai tak satu pun program yang keluar dari model umum yang mereka rencanakan. Akibatnya kita menjadi terdidik dengana pemikiran yang merusak, kita telah belajar secara alami cara orang lain berpikir. Hal ini telah membuat kita tidak mampu untuk belajar bagaimana seharusnya kita berpikir, karena pemikiran kita tidak lagi berhubungan dengan lingkungan, kepribadian dan sejarah kita, serta tidak lagi bersandar pada idiologi ( Islam ) kita. Oleh sebab itu, kita karena telah terdidik seperti itu menjadi suatu kelompok asing di tengah--tengah rakyat, yang tidak lagi memahami keadaan kita dan kebutuhan--kebutuhan rakyat kita.

Pengaruh pemikiran asing ini tidak hanya terbatas pada kaum terpelajar saja, tetapi merata dalam masyarakat secara keseluruhan. Akibatnya pemikiran--pemikiran masyarakat pun terpisah dari perasaannya. Persoalan masyarakat menjadi bertambah ruwet, dan beben kelompok yang benar untuk membangkitakan umat pun menjadi semakin berat.

Persoalan yang sedang umat dan kelompok Islam sebelum perang Dunia 1 adalah bagaimana membangkitkan suatu masyarakat Islami. Sekarang, persoalannya adalah bagaimana menciptakan keserasian antara pikiran dan perasaan di kalangan kaum terpelajar, menciptakan keserasian antara individu dan masyarakat dalam suatu pemikiran dan perasaan, terutama kaum terpelajar dengan masyarakatnya, sebab, kaum terpelajar telah menerima pemikiran--pemikiran asing dengan sepenuh hati, tanpa mengambil perasaan--perasaannya. Penerimaan mereka yang sepenuh hati itu telah memisahkan mereka dari masyarakat, juga telah mengakibatkan mereka memandang rendah dan tak peduli terhadap masyarakat. Pemikiran asing itu juga telah membuat mereka kagum dan hormat terhadap orang asing. Mereka berusaha mendekatkan diri dan bergaul erat dengan orang--orang asing, meskipun orang--orang asing ini adalah kaum penjajah.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar