Oleh : Gien Rizuka
Kabar penindasan terhadap umat islam dari kaum kafir zalim tak henti-hentinya diberitakan. Sebut saja kaum muslim di India yang hampir setiap tahunnya menjadi target keganasan ekstrimis Hindu. Hari ini, konflik agama di negara tersebut terulang kembali. Setelah sempat mendingin pasca umat Islam dan Hindu bentrok karena persoalan tempat ibadah pada 29 September 2021 lalu.
Pasalnya, Ekstrimis Hindu menggembor-gemborkan serangan genosida umat Islam di konferensi Desember 2021. Isinya, dengan dalih mempertahankan negara, Hindu mempropagandakan pada sekutunya untuk membasmi kaum muslim. "Jika 100 dari kita menjadi tentara dan siap untuk membunuh 2 juta muslim, maka kita akan menang .. melindungi India dan menjadikan negara Hindu," kata Anggota Senior Sayap Kanan Hindu. Partai Politik Mahasabha dalam sebuah video, dikutip dari CNN Internasional, Sabtu (15/1/2022).
Tepuk tangan yang hangat dari seorang pemuka agama serta penonton menambah riuh seruan tersebut. Sayangnya, sambutan itu tidak menjadi ciri bahwa masyarakat India menyetujui ide tersebut. Sebagian warga India justru murka dengan gagasan itu, bahkan kemurkaan warga semakin menjadi kala mereka mengetahui bahwa pemerintah minim reaksi terhadap ide kotor ektrimisme Hindu tersebut.
Padahal warga sendiri sudah memprediksi, jika pemerintah membiarkan ide gila Hindu itu tetap dibiarkan, maka akan memperburuk iklim hubungan umat Islam di negaranya (www.cnbcindonesia.com, 16/1/22). Meskipun Mahkamah Agung India telah menyelidiki pernyataan provokatif umat Hindu tersebut.
Tapi nyatanya, Desember telah berlalu, bulan dimana kejadian tersebut terjadi. Hingga di 13 Januari 2022, pengadilan baru akan memulai penyelidikan. Bersamaan itu pula belum ada yang ditangkap atas kasus tersebut. Ungkap pemerintah bagian uttarakhand (republika.co.id, 13/1/22).
Berharap keadilan dalam sistem sekarang ini, terutama bagi umat Islam bagai "punguk merindukan bulan", artinya mustahil berharap belas kasihan untuk membela umat Islam sedangkan sistem negaranya masihmemberlakukan aturan yang sengaja dibuat oleh kafir penjajah. Aturan buatan manusia yang lama mencengkram negeri-negeri muslim di dunia termasuk India. Prosedur pengharaman agama sebagai panduan negara guna membuat kebijakan.
Pemikiran inilah yang seharusnya diemban warga India khususnya dan umat Islam di dunia umumnya. Karena dengan memblacklist sistem negara saat inilah yang akan menjadi solusi komprehensif. Sebab bila Islam diterapkan secara kafah, maka umat Islam memiliki pelindung sekaligus perisai. Di mana umat Islam akan memunculkan taring terhadap musuhnya.
Musuh takluk dengan adanya kekuatan umat Islam atau setidaknya tidak akan berani lagi mengganggu kaum muslim. Maka, pemimpin-pemimpin zalim di negeri kaum muslim seperti halnya Petahana Perdana Menteri Narendra Modi, Khilafah (negara Islam) akan berusaha menundukkannya. Pemimpin India yang bersifat diskriminasi telah menjadi momok, hingga kerap menyebabkan terjadinya bentrok agama di negaranya.
Sebab, khilafah sebagai institusi yang berlandaskan Al-Qur'an dan Hadis tidak akan membiarkan kebatilan dan kezaliman merajalela. Sehingga, negara mampu menyelamatkan mereka yang teraniaya. Terlepas itu kaum muslim atau pun kafir, selama mereka terzalimi pasti akan diselamatkan oleh khilafah.
Maka, menjadi PR besar bagi kaum muslim untuk mengaplikasikan Islam secara totalitas. Karena berkaca dari sejarah, Islam dapat mewujudkan peradaban keemasan (golden civilization). 500 tahun lamanya Islam mampu berjaya di dunia. Hal itu mampu membuktikan bahwa Islam dapat menciptakan rasa kedamaian dan kesejahteraan bagi setiap umat.
Wallahu'alam Bishowab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar