Moderasi atau Liberalisasi?


Oleh: Iim Kamilah

Gerakan moderasi agama saat ini terus di aruskan secara sistemik, struktur dan masif. Pemerintah juga tengah getol membenturkan antara moderasi dengan radikalisasi, padahal jika kita melihat lebih dalam ada satu sisi yang dilupakan atas pemaknaan tersebut.

Secara bahasa kata moderasi diambil dari bahasa latin moderatio, yang berarti kesedangan (tidak kelebihan dan tidak kekurangan).  Dalam bahasa arab moderasi agama dikenal sebagai wasathiyah al-islam. Yang secara harfiah kata ini mengandung arti "tengah" atau "pertengahan", merujuk pada firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat 143,

اعوذبالله من الشّيطان الرّجيم
، ÙˆَÙƒَØ°ٰÙ„ِÙƒَ جَعَÙ„ْÙ†ٰÙƒُÙ…ْ اُÙ…َّØ©ًÙˆَّسَØ·ًالِّتَÙƒُÙˆْÙ†ُÙˆْا Ø´ُÙ‡َدَاءَعَÙ„َ النَّاسِ ÙˆَÙŠَÙƒُÙˆْÙ†َ الَّرَّسُÙˆْÙ„ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ Ø´َÙ‡ِÙŠْدًا،
Yang artinya;
"Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu (umat islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia, dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kamu,,"

Lawan kata wasathiyah ada dua, yaitu berlebihan dan berkurangan . melihat dari makna ini, maka tidak ada yang salah dengan moderasi agama, sebab melebihkan dan mengurangi suatu aturan yang telah ditetapkan oleh syariat adalah sebuah kebatilan.

Seperti halnya dalam sebuah riwayat. dari anas ra. berkata bahwa "ada tiga orang menemui rumah istri-istri nabi shalallahu alaihi wassalam untuk bertanya (tentang ibadah beliau shallallahu alaihi wassalam). Mereka menganggap ibadah Beliau itu sedikit sekali. Mereka berkata, " kita ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan nabi shalallahu alaihi wassalam!. Beliau telah diberikan ampunan atas semua dosa-dosanya baik yang telah lewat maupun yang akan datang". Salah seorang diantara mereka mengatakan, "adapun saya, maka saya akan shalat malam selama-lamanya", lalu orang lainnya menimpali, "adapun saya, maka sungguh saya akan puasa terus menerus tanpa berbuka, kemudian yang lainnya lagi berkata " sedangkan saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan menikah selamanya". Kemudian Rasulullah salalahu'alaihi wassalam mendatangi mereka seraya berkata," benarkah kalian yang telah berkata begini dan begitu?  Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling takwa kepadanya diantara kalian, akan tetapi aku berpuasa dan aku juga berbuka(tidak berpuasa), aku shalat (malam) dan aku juga tidur, dan aku juga menikahi wanita. Barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku. (HR. Bukhari no 5065,).

Hadits di atas menggambarkan bahwa kita tidak diperkenankan menambah atau mengurangi ajaran Islam yang telah ditetapkan. Sebab Islam telah sempurna dengan segala aturannya. Masalah aqidah, ibadah, sosial masyarakat, hingga politik telah jelas diatur oleh Islam. Tak perlu lagi bagi kita untuk menambah ataupun mengurangi.

Ketika kita mencari lawan kata dari moderasi, maka akan muncul kata extreme, radical dan excessive. Karena memang saat ini atas narasi moderasi pemerintah hanya fokus memerangi ekstrimisme atau radikalisme yang seolah ditujukan hanya kepada Islam . Padahal seharusnya tidak melihat siapa dan dari agama mana. Adapun lawan kata dari "pertengahan" itu memiliki dua sisi, yakni berlebih dan berkurang. Jika kata berlebihan dalam agama dimaknai radikal, maka kata berkurangan pantas di sebut dengan Liberal. 

Pengertian radikalisme itu sendiri menurut Tohir Bawazir dalam bukunya berjudul Top 10 Masalah Islam Kontemporer. Radikalisme dalam bahasa arab disebut At Tatharruf yang berarti sesuatu yang berada di pinggir. Alias lawan kata tengah atau moderat.

Menurut definisi para ahli, istilah radikalisme ini adalah suatu ideologi (baik ide atau gagasan) yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan menggunakan kekerasan yang ekstrim.  Kelompok radikal kata Tohir umumnya menginginkan perubahan secara cepat dan drastis. (Republik.co.id, Rabu, 09/09/2020).

Ketika sekelompok orang yang mengakui beraqidahkan Islam dan menginginkan perubahan secara cepat dan extrem, maka mereka disebut dengan kaum Islam radikal. Kaum radikal ini terbagi menjadi dua.

Pertama, kaum radikal dalam pemikiran dan pemahaman. Maksudnya setiap kelompok Islam yang tidak dapat bertoleransi dengan kelompok  Islam lainnya, hanya berbeda organisasi atau hanya beda pemahaman yang bersifat furu'iyah, bukan perbedaan yang menyangkut aqidah atau ushuluddin atau ketauhidan. seperti adanya kelompok Wahabi yang senang mengkafirkan kaum muslimin karena di anggap melakukan bid'ah dhalalah.
Kedua, kaum radikal dalam perilaku. Kelompok ini adalah mereka yang melakukan kekerasan fisik tanpa dibenarkan oleh syariat seperti menyerang dan melukai orang yang dianggap tidak sepaham, merusak tempat peribadatan agama lain atau melakukan bom bunuh diri.

Sedangkan liberalisme merupakan paham kebebasan yang mengedepankan hak individu dan mengekspresikan segala kondisi dengan bebas, lepas, tanpa beban. Maka, orang yang mengaku Islam tapi menginginkan hidup bebas tanpa terikat dengan aturan Islam, atau memisahkan agama dari kehidupan, kelompok ini dinamakan Islam Liberal. Seperti halnya ia shalat, puasa, zakat dan melakukan ibadah ritual lainnya tapi tidak mau menutup aurat, tidak ingin kebebasan hidupnya diatur oleh agama, dan tidak berhukum sesuai syariat.

Dalam hadits dari Abdullah bin Amr bin Al Ash radhiyallahu anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam berkata;
Ù„َايُؤْÙ…ِÙ†ُُÙˆْ اَØ­َدُÙƒُÙ…ْ Ø­َتّٰ ÙŠَÙƒُÙˆْÙ†َ Ù‡َÙˆَاهُ تَبَعًالِÙ…َا جِءتُ بِÙ‡ِ
"Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai ia menundukan hawa nafsunya untuk tunduk pada ajaran yang aku bawa (HR Al Hakim, Al Khatib, ibn Abi Ashim, dan Al Hasan bin sufyan).

Berdasarkan hal di atas maka prinsip moderasi yang benar seharusnya menerima dan menjalankan ajaran Islam apa adanya, tanpa dilebihkan atau dikurangi.

Pada faktanya, Di jelaskan ada empat indikator utama moderasi beragama, yaitu komitmen kebangsaan, anti kekerasan, toleransi, dan mengambil kearipan lokal.( Republika.co.id, Rabu, 24 November 2021). 
Ketika di cermati, kami melihat bahwa keempat indikator di atas lebih mencerminkan kepada liberalisasi yang berciri khas mengenyampingkan nilai-nilai agama dan mengedepankan perasaan juga hawa nafsu.

Wallahu'alam



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar