Pandemi Belum Berakhir : Varian Baru Muncul, Perlu Solusi Tuntas


Oleh: Ayu Susanti, S.Pd

Pandemi belum berakhir. Masih ada kisah lain dibalik pandemi, walapun kasus perhari tidak seperti beberapa bulan ke belakang yang terus merangkak naik. Namun kita tak boleh lengah dengan virus satu ini. Karena diduga ada varian baru selain delta. 

Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhir pekan ini menggelar rapat untuk antisipasi varian baru Covid-19 bernama Omicron atau B.1.1.529. Pemerintah akhirnya mengambil langkah pengetatan kedatangan dari luar negeri. Hal ini disampaikan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan usai rapat, Minggu (28/11/2021). (cnbcindonesia.com, 28/11/2021). 

Varian Omicron yang terdeteksi di Afrika Selatan turut jadi perhatian pemerintah Indonesia. Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan pihaknya sedang melakukan analisis. "Pemerintah sedang melakukan analisis situasi dan segera merespons dengan langkah pencegahan agar Indonesia terlindungi dari potensi penularan tersebut," jelas Wiku kepada wartawan, Minggu (28/11/2021). (cnbcindonesia.com, 28/11/2021). 

Varian baru ini tentu membuat warga harap-harap cemas. Akankah gelombang covid yang berikutnya muncul kembali? Sudah kurang lebih 2 tahun ini, dunia disibukan dengan menangani pandemi termasuk Indonesia. Namun belum menunjukkan keberhasilan yang tuntas. Varian yang terus bermunculan sampai kondisi masyarakat yang terabaikan masalah kesehatan dan ekonominya menjadi fenomena biasa setiap hari. Warga dilanda kecemasan akan kesehatannya dan masalah kebutuhan sehari-sehari. Karena tidak dipungkiri pandemi ini telah merenggut hampir segala aspek kehidupan baik kesehatan, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya. 

Namun jika kita melihat fakta yang ada, tentu harus dievaluasi berbagai kebiijakan yang dilahirkan saat pandemi ini. Kita tak bisa menyalahkan kondisi pandemi untuk ketidaksejahteraan yang dirasakan. Saat ini justru sistem buatan manusia, kapitalisme sekulerisme tidak mampu untuk menyelesaikan pandemi dengan tuntas. Terbukti bahwa aturan-aturan yang dilahirkan selama pandemi seakan-akan tidak memihak keselamatan warga dan penuntasan terputusnya rantai virus. Dengan aturan yang ada semisal tidak diberlakukannya lockdown dari awal karena alasan ekonomi, diterimanya WNA yang masuk ke Indonesia selama pandemi sampai buka tutup fasilitas publik serta yang lainnya justru membuat cenderung virus semakin betah dan tidak terputusnya rantai penularan virus tersebut. Kebijakan yang diambil justru tidak menyentuh pada akar masalah dan semakin berlarut-larut. Inilah bukti gagalnya sistem kapitalisme-sekulerisme untuk mengatur urusan masyarakat termasuk pandemi. 

Sistem sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan membuat manusia memiliki wewenang penuh untuk melahirkan kebijakan dan aturan. Standar materi yang terkenal dalam sistem ini, membuat siapapun yang melahirkan aturan akan berpikir sesuai standar tersebut. Apakah aturan yang dikeluarkan menguntungkan dari sisi materi ataukah tidak. Kasus covid yang belum kunjung berakhir, akan sulit menemukan titik terang jika sistem hidup yang digunakan masih menggunakan sistem kapitalisme-sekulerisme.

Berbeda halnya dengan Islam. Islam adalah sistem hidup sempurna yang Allah turunkan untuk manusia agar selamat dunia dan akhirat. Semua masalah kehidupan bisa terselesaikan dengan aturan Islam, termasuk masalah pandemi. “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Maidah:3). 

Islam dari awal sudah merekomendasikan lockdown untuk wilayah yang terkena wabah. Dan saat kebijakan lockdown ini diberlakukan, maka pemerintah pun akan cepat tanggap dalam memenuhi kebutuhan primer warga termasuk kebutuhan pokok sehari-hari dan kesehatan yang gratis dan berkualitas. Pemerintah pun akan menutup peluang dan kesempatan virus bisa berkembang biak dengan cepat. Dan akan berpikir keras bagaimana caranya agar bisa memutus rantai penyebaran virus tersebut. Tentu dengan terus menggandeng para ahli untuk menyelesaikan pandemi ini. 

Sudah jelas adanya perbedaan sistem kapitalisme-sekulerisme dengan sistem Islam. Dimana landasan mengurusi urusan umat pada sistem sekulerisme adalah dorongan materi dan pemisahan agama dari kehidupan sedangkan pada sistem Islam, dorongan dan landasan saat mengatur urusan ummat adalah keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Sehingga aturan yang dilahirkan akan berstandar pada keimanan dan untuk meraih keridhoan Allah semata bukan untuk mendapatkan keuntungan materi sebesar-besarnya termasuk dalam menangani masalah pandemi. 

Semua masalah akan terselesaikan dengan baik jika kita menggunakan sistem Islam. Oleh karena itu jika kita mau terlepas dari problematika kehidupan, maka kembalilah kepada Islam secara menyeluruh.  

Wallahu’alam bi-showab.



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar