Pengasuhan Berbasis Moderasi, Tujuan Sesat Islam Moderat


Oleh : Dewi Soviariani (Ibu dan Pemerhati Umat)

Pola Asuh kekinian yang berbasis Moderasi harus dipertanyakan, ditengah gaya hidup sekularisme arah pengasuhan turut menjauhkan anak anak dari penanaman tauhid. Padahal fakta telah memberikan bukti rusak nya aqidah menjadikan umat semakin mudahnya meninggalkan ajaran Islam.  Orang tua yang harus berjuang keras  untuk menyelamatkan aqidah anak, tak main main sistem kapitalisme sekuler begitu gencar menggalakkan berbagai macam program untuk  membuat opini moderasi agama ini bisa diserap oleh kaum muslimin. Mereka juga menyiapkan dana yang tidak sedikit untuk lancar nya pelaksanaan ide sesat tersebut. Hal ini sejalan adanya penerapan Islam moderat melalui upaya untuk turut berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan terorisme dengan bentuk pengabdian di lembaga pendidikan dasar Islam, yakni Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) dengan kerangka besar moderasi beragama. Kegiatan yang dijalankan ada dua, yakni parenting yang bernuansa wasathiyah dan perpustakaan Qur’ani. Dengan metode Participatory Action Research (PAR) dan dilaksanakan dalam jangka waktu tiga bulan, yaitu Juli sampai September 2020, pengabdi sampai pada kesimpulan bahwa dua kegiatan tersebut cukup bisa membangun pemahaman keagamaan masyarakat TPQ menjadi lebih moderat, atau paling tidak, bisa lebih memperkuat moderasi beragama yang sudah mereka yakini.

Tak sampai disitu, dibeberapa daerah di Indonesia pun menjalankan program yang sama dengan strategi moderasi agama. Seperti di Yogyakarta misalnya, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Yogyakarta mengenalkan model parenting atau pola asuh kebangsaan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi keluarga dalam menumbuhkan semangat dan jiwa nasionalisme anak sejak usia balita. “Dari survei kecil-kecilan yang kami lakukan, peran keluarga untuk mengenalkan wawasan kebangsaan masih perlu ditingkatkan. Makanya, kami melakukan intervensi dengan mengenalkan pola asuh berwawasan kebangsaan,” kata Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Yogyakarta Budi Santosa di sela peluncuran Program Parenting Kebangsaan di Yogyakarta, Selasa. Untuk memperkenalkan dan merealisasikan program parenting kebangsaan tersebut, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Yogyakarta menggandeng Kampung KB yang sudah ada di tiap kelurahan.

Gencarnya opini moderasi agama ini membuat kita sebagai orang tua menjadi was was dalam mendampingi pendidikan anak, pasalnya penanaman ide sesat ini mulai masif dikampanyekan mulai level anak usia dini. Usia dimana pondasi keimanan harus nya tertancap kuat dalam diri seorang muslim. Arus sekularisme semakin deras mengupayakan lahir nya generasi yang hanya berstatus Islam, tetapi pemikiran nya sekuler. Mengusung gaya hidup hedonis dan liberal, moderasi agama bertujuan untuk menjadikan umat Islam tumbuh menjadi penganut Islam KTP.  Mereka kaum muslimin pada akhirnya meninggalkan ajaran Islam dan mengambil syariat sesuai kepentingan saja. Jauhnya umat Islam dari keislamannya menjadikan kapitalisme semakin kuat mencengkram dan menjajah kaum muslimin. Akhirnya Islam hanya dijalankan sebagai ritual dan rutinitas belaka. Agama hanya untuk mengurusi ibadah wajib kepada Allah Taala. Ujung-ujungnya, anak-anak memiliki kepribadian islami yang tidak utuh. Salat oke, tetapi pacaran jalan. Berkerudung hanya ketika salat atau mengikuti pengajian, selebihnya bebas berpakaian bahkan dengan membuka aurat di depan umum. Dalam kehidupan sehari-hari tidak mau diatur dengan Islam karena menganggap aturan Allah Swt. itu terlalu rumit dan mengekang kebebasan mereka.

Pengasuhan Berbasis Moderasi agama Dengan parenting kebangsaan dan wasathiyah justru yang diajarkan ide liberal yang melarang anak-anak mendapatkan pengasuhan dengan perspektif kebenaran agama (Islam). Dari mulai usia dini ide ini mereka tanamkan, Kapitalisme yang mengagungkan uang, uang, dan uang juga mengajarkan anak-anak kita memiliki gaya hidup hedonis, akhirnya berkembang lah mereka menjadi generasi yang doyan hura-hura, malas dan enggan bekerja keras. Apalagi mau memikirkan agama nya. Fisik dan lahir nya baik tapi jiwanya rusak. Kondisi ini semakin mengkhawatirkan jika terus dibiarkan. Entah bagaimana keadaan generasi Islam tanpa landasan aqidah yang kuat. Harus ada upaya untuk menghentikan propaganda tersebut. 

Dalam pandangan Islam, pendidikan anak usia dini mempunyai peran penting. jika keimanan sudah menancap kuat pada diri anak, insyaallah, mereka akan siap menghadapi tantangan zaman. Itulah maklumat awal bagi anak yang akan ia bawa sampai dewasa dan ia yakini sebagai kebenaran. Mendidik anak diusia dini laksana mengukir diatas batu, ia akan terpahat kuat tak lekang oleh waktu. Islam telah memberikan petunjuk dalam metode mendidik anak. Sejak mulai alam kandungan ketauhidan telah diajarkan. Memulai dengan menanamkan keyakinan bahwa orang tua lah yang akan menentukan keyakinan dan akidah (agama) anak karena anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci).

Dari Abi Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR Bukhari Muslim)
Sejak dalam kandungan, orang tua dapat memperdengarkan ayat-ayat Allah Swt. (Al-Qur’an) dan perkataan yang baik-baik saja.

Kemudian setelah seorang anak dilahirkan, pendidikan selanjutnya orang tua berkewajiban mengajarkan tentang tauhid sejak dini. Mengenalkan asma Allah Swt., Rasulullah saw., dan para sahabat/shahabiyah Nabi, serta terus perdengarkan Al-Qur’an sepanjang hari. Orang tua yang berperan pertama mengajarkan anak tentang Islam sebagai ideologi atau pandangan hidup, mengajarkan tentang baik-buruk, halal-haram, terpuji-tercela, juga ideologi lain selain Islam seperti kapitalisme dan sosialisme komunis yang harus dijauhi/ditinggalkan. Tak sampai disitu, ditengah arus sekularisme yang kuat ini orang tua juga harus bisa meminimalisir kan lingkungan pergaulan anak. Sebisa mungkin kita bersinergi dengan tetangga dan teman yang memiliki visi-misi yang sama untuk menciptakan lingkungan yang positif untuk pembentukan karakter baik pada anak. Sebisa mungkin kita bersinergi dengan tetangga dan teman yang memiliki visi-misi yang sama untuk menciptakan lingkungan yang positif untuk pembentukan karakter baik pada anak. Mendidik anak memiliki  Kepribadian yang utuh sebagai seorang muslim. 

Semua itu akan menjadi mudah terealisasi jika negara turut andil dalam mengurus permasalahan ini. Karena masalah pendidikan tauhid terhadap anak anak dan kaum muslimin adalah tanggung jawab penuh negara. Negara yang memegang kekuasaan untuk menciptakan lingkungan positif bagi anak. Negara yang berkuasa mencegah masuknya konten-konten pornografi dan pornoaksi di masyarakat. Negara yang bisa membuat peraturan tertulis seperti undang-undang dan lainnya dalam mengatur interaksi sosial, memberikan hukuman tegas atas pelaku pelanggaran hukum syariat, dan sebagainya. Ini semua berpengaruh besar dalam menanamkan akidah pada anak.

Sayangnya negara saat ini justru menerapkan aturan yang membawa pada jurang rusaknya akidah generasi. Umat membutuhkan penerapan Islam secara totalitas yang bisa mengayomi dan melindungi aqidahnya. Bukan malah menawarkan Islam moderat yang menyesatkan. Harta yang paling berharga bagi seorang muslim adalah aqidah, jangan sampai ternodai dengan perbuatan syirik dan mungkar melalui ide liberal sekuler dalam kemasan moderasi beragama. Mari kita kembalikan kehidupan Islam dengan penerapan Islam kaffah satu satunya solusi terbaik mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin dan menjadi junnah bagi aqidah kaum muslimin.

Allahu A'lam bisshawwab.



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Subhanallah, sebuah pemikiran yang Mustanir, jauh melihat kedepan.
    Semoga selalu istiqomah, dalam dakwah.
    Menegakkan Kalimat TAUHID.

    BalasHapus