Bulan Rajab: Muhasabah Diri dan Tingkatkan Kualitas Diri


Oleh : Evalasari, S.Pd

Bulan Rajab adalah bulan yang mulia, karena bulan Rajab adalah bulan haram (suci) sebagaimana Allah sebutkan dalam firmannya Q.S Attaubah ayat 36 
 إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِن اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ 
Artinya: "Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram." (QS At-Taubah:36).

Bulan Rajab yang berarti bulan ‘keagungan” dan mulia ini, banyak hal yang harus dilakukan oleh kaum muslimin untuk meningkatkan kualitas diri, dan tentunya untuk meraih ridho Allah Swt. Bulan Rajab ini bulan yang mulia dimana kita melakukan amalan-amalan yang dicontohkan rosul pada bulan ini ada beberapa keistimewaan, keistimewaannya yaitu:

1.Mendapat kenikmatan luar biasa di syurga, sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dari Annas bin Malik, yakni:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ نَهْراً يُقَالُ لَهُ رَجَبٌ مَاؤُهُ أَشَدُّ بَيَاضاً مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ العَسَلِ، مَنْ صَامَ مِنْ رَجَبٍ يَوْماً وَاحِداً سَقَاهُ اللهُ مِنْ ذَلِكَ النَّهْرِ
Artinya: “Sesungguhnya di surga ada sungai yang disebut dengan sungai ‘Rajab.’ Airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Barangsiapa berpuasa satu hari pada bulan Rajab, maka Allah akan memberikan minum kepadanya dari air sungai tersebut”.

2. Akan Mendapatkan Pahala Beribadah selama 700 Tahun, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir dari Ibnu Abbas, yakni:
من صام من شهر حرام الخميس والجمعة والسبت كتب له عبادة سبعمائة سنة
Artinya: “Barasngsiapa berpuasa di bulan haram pada hari Kamis, Jumat, dan Sabtu, maka baginya dicatat seperti beribadah 700 tahun”

3. Dimasukkan ke syurga dan dijauhkan dari api neraka, sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dari Ibnu Abbas, yakni:
من صام من رجب يوما كان كصيام شهر ، ومن صام منه سبعة أيام غلقت عنه أبواب الجحيم السبعة ، ومن صام منه ثمانية أيام فتحت له أبواب الجنة الثمانية ، ومن صام منه عشرة أيام بدلت سيئاته حسنات
Artinya: “Barangsiapa berpuasa sehari pada bulan Rajab, maka dia seperti berpuasa sebulan. Barangsiapa berpuasa pada bulan Rajab selama tujuh hari, maka tujuh pintu neraka ditutup untuknya. Barangsiapa berpuasa pada bulan Rajab sebanyak delapan hari, maka delapan pintu surga dibuka untuknya. Barangsiapa berpuasa pada bulan Rajab sebanyak sepuluh hari, maka keburukannya diganti kebaikan”.

Dalam hal ini, Imam As-Suyuthi mengomentari hadist tersebut, bahwa menurutnya ketiga hadits itu merupakan hadist yang memiliki kualitas dhaif (lemah), namun itu boleh dijadikan sebagai fadhilah amal.

Bulan Rajab juga selain dari ajang meningkatkan kualitas diri sebelum datangnya bulan Ramadhan, juga menjadi ajang muhasabah diri bahwa di bulan yang mulia ini umat Islam tidak sedang baik-baik saja. Umat Islam saat ini masih menjadi umat yang tertindas kemerdekaannya menjalankan syariat secara menyeluruh, juga kemiskinan dimana-mana, akhlak  para pemuda  semakin rusak dan jauh dari gambaran pemuda Islam.

Hal ini tejadi sudah semenjak lama umat Islam asing kepada ajarannya sendiri semenjak runtuhnya institusi umat Islam yaitu Khilafah Islamiyah di Turki pada 26 Rajab 1342. Lenyapnya Khilafah tentunya menyisakan kesedihan yang mendalam bagi umat Islam karena tidak ada lagi pelindung, perisai agi umat Islam. Sampai detik ini, seratus tahun hampir berlalu umat Islam tidak mengenal lagi apa itu Khilafah bahkan terdengar asing di telinganya, lebih jauh dari itu banyak yang menentang penerapan syariah Islam yang mana adalah kewajiban kaum muslim.

Miris, hal ini terjadi terus menerus. Hal yang membahagiakan penjajah untuk melanggengkan penjajahannya terhadap umat Islam. Hal ini menjadi renungan kita bersama bahwa umat Islam harus kembali kAllah kepada fitrahnya, menjalankan kehidupan sesuai dengan yang Allah tetapkan yaitu berdasarkan Alquran dan Assunah. Tentulah Allah akan ridho dengan kehidupan ini dan kesejahteraan yang akan didapat.

Wallohualam bishowab.



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar