Harga Minyak Goreng Naik, Ibu-ibu Jadi Panik


Oleh : Hanifah Afriani

Belum lama ini, harga minyak goreng melambung tinggi, per liter bisa sampai harga diatas Rp. 20.000. Tidak sedikit masyarakat yang keberatan perihal kenaikan ini, mau tidak mau mereka harus membelinya dengan harga mahal karena kebutuhan.

Harga minyak goreng melambung hingga lebih dari 100 persen dalam tiga bulan belakangan. Hal ini tentu dikeluhkan oleh masyarakat, terutama ibu-ibu rumah tangga. Saat ini harga minyak goreng di pasaran mencapai Rp 18.000 per liter. Bahkan di beberapa daerah, harga minyak goreng berada di atas Rp 20.000 per liter.
Harga ini jauh melampaui harga eceran tertinggi (HET) Rp 11.000 per liter yang ditetapkan Kementerian Perdagangan. (Tribunnews.com, 09/01/2022)

Pun belum lama ini pemerintah mengambil kebijakan menyediakan minyak goreng untuk masyarakat dengan harga Rp14.000,00 per liter di tingkat konsumen yang berlaku di seluruh Indonesia,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada press briefing kebijakan Pemerintah terkait harga minyak goreng, di Jakarta, Rabu (5/01). (Bisnis.com, 06/01/2022)

Ketika ada harga minyak yang murah masyarakat langsung memborongnya karena ditakutkan tidak akan kebagian lagi minyak dengan harga murah.  
Bahkan ada ibu-ibu yang sampai membawa keluarganya agar mendapat minyak banyak dengan harga Rp. 14.000 per liter  yang telah disediakan oleh pemerintah karna dijatah per orang nya.

Beragam trik dilakukan, salah satunya dengan mengajak anggota keluarga untuk membantu membeli supaya mendapatkan minyak lebih dari yang ditentukan. Salah satu pegawai ritel modern di bilangan Bekasi, Febri (26) mengaku, fenomena panic buying sudah terjadi sejak hari pertama program minyak goreng satu harga diberlakukan. Dikatakannya, khususnya hari ini, Sabtu (22/1/2022), minyak goreng satu harga merek Bimoli sudah ludes terjual tak lebih dari satu jam sejak dibukanya ritel pada pukul 07.00 WIB. "Sejak hari pertama pembeli pada panic buying. Banyak yang bawa keluarga. Hari ini saja yang merek Bimoli habis nggak sampai satu jam pas ritel dibuka," ujarnya kepada MNC Portal Indonesia saat ditemui di lokasi. (SINDOnews.com, 22/01/2022)

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai pemerintah telah salah menjalankan strategi dalam menerapkan kebijakan minyak goreng satu harga Rp 14 ribu per liter, sehingga terjadi panic buying di masyarakat. "Ini merupakan bentuk kesalahan strategi marketing pemerintah dalam membuat kebijakan publik, dan kegagalan pemerintah dalam membaca perlaku konsumen Indonesia," kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tutus Abadi, Senin (24/1/2022). (Tribunnews.com, 24/01/2022)


Sistem Kapitalis Melahirakan Kesengsaraan

Fenomena panic buying di Indonesia masih saja terjadi, mulai dari handsanitizer, masker, susu beruang dan sekarang minyak goreng. 

Subsidi yang bersifat terbuka rentan salah sasaran, sebab semua bisa mengakses dengan mudah. Potensi munculnya panic buying yang dilakukan oleh konsumen dengan kemampuan finansial baik akan sangat besar, bahkan mungkin saja akan terjadi penimbunan oleh oknum untuk keuntungan pribadi.

Padahal Indonesia adalah pemasok terbesar kelapa sawit di dunia, ironinya harga minyak untuk masyarakat Indonesia harus membeli dengan harga mahal. Sehingga menimbulkan panic buying ketika ada minyak dengan harga murah.

Negara yang mengemban sistem kapitalis akan menjunjung tinggi kebebasan, salah satunya kebebasan kepemilikan. Yang punya modal yang berkuasa. Yang memiliki finansial yang baik berpotensi memborong minyak goreng dengan harga murah dan berpotensi terjadinya penimbunan oleh segelintir orang untuk kepentingan pribadi. Sedangkan rakyat biasa bisa kehabisan stoknya, padahal sama-sama membutuhkan.

Tentunya para pengusaha kelapa sawit sangat diuntungkan atas kenaikan harga minya goreng ini. Sementara masyarakat biasa sangat keberatan. Dengan harga sekian bagi masyarakat kecil sangat mahal dari harga biasanya, mungkin sebagian pengusaha dan penguasa itu harga yang biasa. 

Sistem kapitalis yang menjunjung tinggi kebebasan, adanya pemisahan antara agama kehidupan akan melahirkan kesengsaraan. Karna hukum buatan manusia, bisa diotak-atik sesuai kepentingan segelintir orang saja. 


Sistem Islam Melahirkan Kesejahteraan

Berbeda dengan sistem Islam yang rahmatan lil’aalamiin, hukum yang datang dari pencipta yaitu Allah SWT. Islam adalah agama yang sempurna, mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk mengatur perekonomian rakyatnya. Tidak hanya mengatur pada aspek ibadah.

Pemimpin dalam Islam yaitu khalifah akan memastikan rakyatnya agar tidak kekuarangan sandang, papan juga pangan. Bahkan itu bisa diberikan secara cuma-cuma kepada rakyat yang membutuhkan. Juga khalifah akan memastikan pasar agar tidak terjadi kenaikan harga yang memberatkan rakyatnya. Tidak akan terjadi penimbunan barang sehingga harga naik ataupun sumber daya alam milik umat akan diurus oleh negara untuk kemaslahatan umatnya.

Khilafah tegak diatas syariat Islam bukan asas manfaat. Islam telah memperinci peran negara dalam menjaga terwujudnya perdagangan yang sehat, yaitu:
Pertama, larangan pematokan harga, baik harga batas atas atau harga batas bawah karena akan menyebabkan kedzaliman pada penjual atau pembeli. 

Kedua, melakukan operasi pasar, qadhi hisbah khilafah akan menjalankan tugasnya mengawasi pasar dan menghilangkan penyebab distorsi pasar seperti kartel sehingga mekanisme pasar yang terbentuk akan sehat. Baitul mal khilafah akan menjaga harga di pasar dengan melakukan operasi pasar ketika terjadi panen raya, penawaran yang melimpah akan menyebabkan harga menurun, maka baitul mal cukup memborong barang tersebut dengan harga yang mendekati harga pasar, kemudian menyimpannya di gudang baitul mal, untuk persediaan musim paceklik yang mengakibatkan terjadinya kenaikan harga.

Ketiga, tidak perlu ada pungutan pajak, pemerintah dalam sistem ekonomi Islam tidak perlu memungut berbagai pajak beserta turunannya, misalnya pajak impor, pajak ekspor, cukai, bea materai dan lainnya yang memberatkan pelaku pasar. 

Pemimpin atau penguasa wajib memastikan sistem tersebut dijalankan. Jika tidak, maka akan ada konsekuensinya, baik di dunia maupun di akhirat. Seperti dalam hadis berikut: "Siapa yang diamanati Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia tidak memimpinnya dengan tuntunan yang baik, maka ia tidak akan dapat merasakan bau surga." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Sebaliknya, ketika dijalankan maka akan melahirkan kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup. Kelak di akhirat, Allah pun akan memasukkan ke dalam surga-Nya. Hanya sistem Islam yang paripurna mengatur kehidupan manusia. Dibawah naungan khilafah manusia akan sejahtera. 

Wallahu’alam bi shawab



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar