Dekadensi Moral Generasi, Buah Pendidikan Bernafas Liberalisasi


Oleh : Fani Ratu Rahmani (Aktivis dakwah dan Pendidik)

Miris, melihat kondisi seorang guru Agama di sebuah Pondok Pesantren Samarinda harus tewas di tangan santrinya sendiri. Korban dikeroyok hingga tewas oleh dua santrinya yang masih berusia 17 tahun. Kejadian ini disinyalir karena para pelaku sakit hati ponsel mereka disita oleh korban, dikutip dari Kompas.com, pada tanggal 24 Februari 2022. Lantas, bagaimana perasaan anda melihat 'keberanian' generasi saat ini yang sudah di luar batas?

Kita bisa mengatakan bahwa kini terjadi kemerosotan moral pada generasi. Kita bisa sebut sebagai dekadensi moral. Tentu hal ini tak bisa disangkal, secara fakta kita bisa lihat generasi bukan lagi melakukan kenakalan remaja tapi sudah pada tingkat kriminalitas remaja. Ada perbedaan yang jauh antara moral generasi di tahun 80'an atau 90'an dengan generasi z saat ini.

Dan kriminalitas yang kerap kali dilakukan adalah perundungan (bullying). Kasus perundungan ini bisa antar siswa atau penganiayaan terhadap guru dan orangtua. Komisioner Bidang Pendidikan KPAI Retno Listyarti mengatakan, KPAI mencatat ada 17 kasus kekerasan yang melibatkan peserta didik dan pendidik sepanjang tahun 2021. Retno mengungkapkan, kasus bullying di satuan pendidikan terjadi di sejumlah daerah, mulai dari SD sampai SMA/SMK. Ini adalah kasus yang terlapor, bagaimana dengan yang tidak terungkap dan terlapor?


Kapitalisme Bukan Ideologi Solutif

Mengenai kasus perundungan ini, sejatinya berbagai pihak sudah berusaha untuk mengatasinya. Mulai dari edukasi kepada para pelajar tentang bahayanya perundungan terhadap orang lain, keluarga yang difungsikan agar bisa bekerjasama dengan sekolah untuk membina anak-anak, lalu program Sekolah Ramah Anak, organisasi Pik-R sebagai konselor sebaya, hingga ada lembaga BKKBN yang programnya terintegrasi dengan sekolah dan media untuk mencegah perundungan serta pihak penegak hukum yang menindak pelaku perundungan. Namun, kejahatan ini tetap saja terjadi di tengah generasi. Lantas apa yang salah dari semua ini? 

Ketika semua elemen telah berupaya tetapi tidak membuahkan hasil yang baik bagi generasi, ini membuktikan bahwa ada yang salah dari langkah atau solusi yang diambil. Dan kesalahan ini bukan hanya faktor teknis, tetapi mendasar pada asas apa yang digunakan dalam sistem pendidikan dan sistem kehidupan lainnya. Karena dari asas inilah akan lahir kebijakan, pengaturan, dan solusi atas problematika yang sedang dihadapi.

Kehidupan bermasyarakat dan bernegara saat ini tidak diatur berdasarkan asas dan aturan yang shahih. Sekularisme menjadi dasar dari sistem pendidikan. Walhasil, kurikulum pendidikan yang dihasilkan adalah sekuler dengan memisahkan agama dari kehidupan. Kurikulum yang mengebiri nilai-nilai agama dan justru menanamkan ide-ide yang bukan berasal dari Islam. Sehingga sesuatu yang wajar, saat ini kita bisa saksikan generasi yang tidak mencerminkan sebagai generasi muslim yang beriman dan bertaqwa.

Sistem pendidikan yang sekuler ini adalah sistem warisan penjajah. Kuatnya penjajahan Belanda atas Indonesia telah menanamkan ide bathil yang berkelindan dalam dunia pendidikan. Mungkin kita tahu di masa sejarah Indonesia saja banyak tokoh yang bersekolah di sekolah Belanda dan ditambah kebijakan politik etis yang dilakukan Belanda. Kebijakan ini justru menjadi corong untuk mensekulerkan generasi. Ini membuktikan hegemoni asing begitu kuat hingga saat ini. Lantas, apakah sistem seperti ini yang mau kita pertahankan untuk generasi?


Sistem Islam adalah Solusi

Sebagai seorang muslim, maka kita mesti menyadari bahwa Islam adalah jalan hidup bagi manusia. Allah sebagai Al Khaliq dan Al Mudabbir telah memberikan syariat Islam bagi manusia agar manusia mendapatkan petunjuk untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Sebagaimana firman Allah : "Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (Muslim)." [TQS. An Nahl : 89]

Islam mengatur terkait pendidikan. Pendidikan dalam Islam berdasarkan aqidah Islam saja. Mengapa demikian ? Karena konsekuensi dari keimanan kita sebagai muslim adalah terikat dalam segala aspek pada syariat Islam, menjalani hidup berdasar aqidah Islam. Aqidah Islam ini menjadi nafas bagi pendidikan baik tujuan, kurikulum, metode, media pembelajaran dan sebagainya.

Hanya saja, implementasi sistem pendidikan dalam Islam melibatkan beberapa peran. 

Pertama, keluarga yang berperan pertama dan utama. Keluarga menanamkan aqidah Islam sejak buaian, mendidik anak-anak dengan aqidah dan syariat Islam. 

Kedua, masyarakat yang merupakan lingkungan bagi setiap manusia. Masyarakat juga mesti berperan dalam pendidikan yakni dengan menegakkan syariat Islam dan juga melakukan amar ma'ruf nahi Munkar. Masyarakat menjaga generasi dari segala kemunkaran dan kemaksiatan. 

Ketiga, sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan. Sekolah bukanlah tempat menuntut ilmu saja, tapi sekolah menjadi wadah untuk membentuk syakhsiyyah Islam pada generasi. Sehingga sekolah seharusnya memakai kurikulum pendidikan Islam, memiliki tujuan yang benar sesuai Islam, metode talaqiyyan fikriyyan, dan lain-lain.

Keempat, inilah peran yang besar yakni negara. Negara mesti menerapkan Islam secara kaffah. Sebab, sistem pendidikan islam tidak akan berjalan dengan totalitas dan sempurna tanpa penerapan sistem Islam lainnya. Sebagaimana kita ketahui ada sistem ekonomi Islam, politik Islam, media berdasarkan Islam, maupun sistem sanksi dalam Islam. Jika penerapan Islam secara komprehensif maka ini akan menjaga generasi dari berbagai kemunkaran dan kemaksiatan.

Dengan kesempunaan islam ini maka sudah seharusnya kita sebagai umat Islam berjuang untuk menerapkan kembali syariat Islam secara kaffah. Seperti yang pernah terjadi dalam sejarah dunia, ketika Islam Kaffah terwujud dalam naungan khilafah islamiyyah. Khilafah eksis selama tiga belas abad lamanya dan memberikan pengaruh besar bagi dunia. Bukankah ini adalah sebuah kebaikan yang kita inginkan? Mari rapatkan barisan dalam perjuangan Islam hakiki, dengan izin Allah Khilafah Islamiyyah akan tegak kembali. Aamiin. Wallahu a'lam bish shawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar