Angka Stunting Terus Meningkat, Islam Solusi Tepat


Oleh: Siti Aminah, S. Pd (Pemerhati Sosial Media Lainea)

Stunting merupakan salah satu potret buram di negeri yang kaya akan sumber daya alam. Dimana, setiap wilayah bisa dikatakan tidak ada yang terbebas dari stunting. Faktor penyebab terjadinya karena kurangnya asupan gizi dan nutrisi bagi ibu hamil dan pasca melahirkan. Tak ayal, stunting pun tidak terkendali. 

Sebagaimana yang dilansir oleh TELISIK.ID bahwa Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), dinyatakan berstatus kuning karena memiliki angka prevalensi stunting di kisaran 20 sampai 30 persen. Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, persentase kasus kekerdilan anak di Kendari mencapai 24 persen. Sedangkan angka maksimal kasus stunting nasional yang ditetapkan adalah 24,4 persen. 

Berbagai upaya pun dilakukan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk menurunkan angka stunting. Seperti yang diungkapkan oleh wali kota Kendari menanggapi masalah ini. Sulkarnain Kadir mengatakan, akan menargetkan penurunan prevalensi Stunting di Kota Kendari. Kami menargetkan penurunan prevalensi stunting tahun 2022 menjadi 20 persen dan untuk 2023 mendatang menjadi 15 persen," ungkapnya, Jumat (TELISIK.ID, 25/3/2022).

Namun, upaya untuk menurunkan angka stunting tidak semata-mata menyembuhkan stuntingnya. Akan tetapi, harus berbanding lurus dengan perekonomian rakyat. Bagaimana mungkin stunting terselesaikan, jika fokusnya hanya dilihat secara superficial saja. Padahal masalah sesungguhnya terletak pada, tidak terpenuhinya kebutuhan pokok dari masyarakat. Seandainya, kebutuhan pokok mereka terpenuhi otomatis tidak akan terjadi stunting.

Maka, angka stunting akan selalu muncul dalam kondisi rakyatnya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan. Ini merupakan persoalan yang saling terkait dengan perekonomian warga dan tersedianya lapangan pekerjaan bagi laki-laki sebagai kepala keluarga. 

Sehingga, untuk menurunkan angka stunting bahkan menghilangkannya bisa saja terjadi. Asalkan, Negara bisa menyediakan lapangan kerja bagi laki-laki, terjangkaunya harga bahan pokok dan terpenuhinya kebutuhan hidup. Akan tetapi, semua itu tidak bisa didapatkan dalam sistem saat ini. 

Karena faktanya, berbagai kebutuhan pokok baik di pasar modern ataupun pasar tradisional harganya meroket dan mencekik rakyat. Belum lagi, tidak tersedianya lapangan kerja bagi laki-laki. Akibatnya banyak laki-laki pengangguran. Padahal, merekalah yang memiliki kewajiban untuk memberikan nafkah kepada anak dan istrinya. Agar terpenuhi gizi serta nutrisi dalam keluarganya.

Maka, berharap pada sistem saat ini yakni sistem kapitalisme sekular untuk menyelesaikan masalah stunting ibarat mengharapkan hujan di musim kemarau. Bagaimana tidak, sistem ini tidak melihat secara menyeluruh persoalan. Personal stunting hanya dilihat sebagai masalah kesehatan semata. Sehingga, Negara hanya fokus menyelesaikan kesehatan, sementara perekonomian rakyat masih belum terpenuhi. Akibatnya, angka stunting tidak akan bersatus hijau sesuai yang diharapkan. Akan tetapi, akan terus berstatus kuning bahkan berstatus merah.

Jika sudah demikian, maka Negara akan menghasilkan generasi yang sakit. Akhirnya, Negara akan mudah dijajah oleh bangsa lain. Karena generasinya kebanyakan terkena stunting. Maka, penerapan sistem kapitalisme sekularlah yang menyebabkan semua ini terjadi. Olehnya itu, penting melihat masalah secara menyeluruh agar tidak salah langkah.

Berbeda dengan Islam. Sistem Islam segala persoalan warganya akan dilihat secara menyeluruh. Karena sistem ini adalah sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Maka, semua bidang saling terkait antara satu dengan yang lain. Sehingga, untuk menyelesaikan stunting bukan hanya sekedar stuntingnya. Akan tetapi, penyebabnyalah yang harus diselesaikan. Stunting tidak hanya akan dipandang sebagai persoalan kesehatan semata, melainkan persoalan ekonomi, pendidikan, sosial masyarakat bahkan politik dan keamanan. 

Mengapa dikaitkan dengan ekonomi, pendidikan, sosial masyarakat, hukum, kesehatan bahkan politik dan keamanan?

Karena, akan tumbuh agen of change jika generasi muda sehat tanpa stunting. Dengan lahirnya generasi yang sehat maka Negara bisa kuat dan tak terkalahkan. Kuat dari sisi ekonominya, politiknya, dan keamanannya. Olehnya itu, sistem Islam tidak akan membiarkan warganya kelaparan. Semua akan diperhatikan tanpa membeda-bedakan antara satu dengan lainnya. Kebutuhan pokok bisa dijangkau oleh masyarakat, kesehatan digratiskan, dan laki-laki disiapkan lapangan kerja agar bisa terpenuhi gizi dan nutrisi keluarganya. Sehingga bisa melahirkan agen of change yang tangguh. Seperti ketangguhan para kesatria kaum muslimin terdahulu yakni Salahuddin Al Ayyubi, Muhammad Al Fatih, dan yang lainnya.

Namun, akan terwujud semua itu jika sistem Islam diterapkan dalam kehidupan. Sebagaimana dahulu pernah diterapkan oleh Rasulullah SAW, para Khulafaur Rasyidin, dan kekhilafahan setelah mereka. Wallahu A'lam.

Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar