Demo Mahasiswa Akankah Membuahkan Perubahan yang Hakiki?


Oleh : Leni Fuji Astuti (Aktivis Dakwah)

Tujuan demo 11 April telah disuarakan oleh Aliansi BEM SI saat peristiwa demonstrasi di depan gedung DPR kemarin. Aksi demo yang dikoordinasi BEM SI tersebut merupakan lanjutan dari aksi pada tanggal 28 Maret 2022.

Dalam demo tersebut, mereka menuntut sejumlah hal kepada pemerintah. Berikut beberapa tuntutan Aliansi BEM Seluruh Indonesia:

1. Menuntut pemerintah untuk bersikap tegas menolak dan memberikan pernyataan sikap terhadap penundaan pemilu 2024 atau masa jabatan 3 periode karena sangat jelas mengkhianati konstitusi negara.

2. Menuntut pemerintah untuk menunda dan mengkaji ulang UU IKN termasuk dengan pasal-pasal yang bermasalah dan dampak yang ditimbulkan dari aspek lingkungan, hukum, sosial, ekologi, politik, ekonomi, dan kebencanaan.

3. Mendesak dan menuntut Jokowi untuk menstabilkan harga dan menjaga ketersediaan bahan pokok di masyarakat dan menyelesaikan permasalahan ketahanan pangan lainnya.

4. Mendesak dan menuntut Jokowi untuk mengusut tuntas para mafia minyak goreng dan mengevaluasi kinerja menteri terkait.

5. Menuntut Jokowi untuk menyelesaikan konflik agraria yang terjadi di Indonesia.

6. Menuntut dan mendesak pemerintah untuk berkomitmen penuh dalam menuntaskan janji-janji kampanye di sisa masa jabatannya.
(Detik.News 12/4).

Para mahasiswa berharap, tuntutan mereka segera ditindaklanjuti oleh Presiden. Unjuk rasa yang dilakukan secara besar-besaran sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap kondisi negeri. Mahasiswa pun ingin mewakili suara rakyat yang tercekik dan kian sengsara. Selama ini, Kebijakan penguasa telah banyak merugikan rakyat dan pro pengusaha. Tanpa pernah mementingkan kesejahteraan rakyat. 

Memahami akar masalah adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh para mahasiswa karena mereka calon agen perubahan. Jangan sampai demo besar-besaran dan perjuangan menuntut beberapa kebijakan diubah, berakhir sia-sia.

Buah diterapkannya sistem kapitalisme menjadi penyebab kesengsaraan yang menimpa rakyat. Suara rakyat hanya dianggap sebagai hembusan angin belaka. Penguasa dan pengusaha hanya berfikir bagaimana caranya memperoleh keuntungan dari berbagai kebijakan yang mereka buat. Dalam sistem ini, keduanya menjadi tombol pembuat kebijakan.

Demo serupa sering kali dilakukan mahasiswa, akan tetapi tidak  membuahkan perubahan yang signifikan. Penyampaian tuntutan hanya sebatas pada orasi perubahan kebijakan yang ada. Belum mengarah pada level perubahan sistem. Seharusnya mahasiswa tak hanya menuntut tuk merubah arah kebijakan, namun juga menuntut mengganti sistem pemerintahan. Kalau yang diganti hanya presiden dan kebijakannya, maka kesengsaraan akan terus berlanjut.

Disaat kezaliman terjadi kritikan sangat diperlukan, seperti dalam sabda Nabi SAW :

أَفْضَلُ الْجِهَادِ، كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
”Seutama-utama jihad adalah menyampaikan kalimat yang adil (haq) kepada penguasa (sulthan) yang zalim.” (HR Abu Dawud 4346, Tirmidzi no 2265, dan Ibnu Majah no 4011).

Perubahan yang hakiki akan dirasakan seluruh masyarakat, di saat sistem kapitalisme digantikan dengan sistem Islam. Karena sistem Islam telah terbukti menjadi rahmat seluruh alam dan menjadi solusi bagi setiap permasalahan.

Wallahu a'lam bish shawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar