Demokrasi Mudah Ditunggangi


Oleh: Wina Fatiya

Wacana anak keturunan  PKI boleh menjadi parjurit TNI menuai kontroversi. Betapa tidak, banyak pihak menilai bahwa kebijakan ini terlalu politis dan tidak sesuai dengan konstitusi. 

Sebagaimana diungkapkan oleh Achmad Nur Hidayat, Pengamat Kebijakan Publik Narasi Institute kepada suara.com, minggu (3/4/2022). Ia menyatakan, "Terasa ada suasana seperti soft campaign yang ingin dilakukan oleh Andika. Terasa kental muatan politisnya. Angka statistik keturunan PKI di Indonesia sekitar 25 juta orang. Jika Andika ikut dalam konstelasi Pemilu untuk dipilih, maka dia bisa mempunyai peluang dipilih oleh sekitar 25 juta orang." 

Di sisi lain, wacana yang digulirkan oleh Panglima Andika Perkasa  membuat gaduh dan resah masyarakat.

“Keputusan panglima TNI yang membolehkan anak cucu PKI masuk anggota TNI sangat meresahkan masyarakat dan semakin menambah kecurigaan bahwa PKI bangkit menguasai seluruh sektor struktur negara," ungkap tokoh 212 Ciamis, Nonop Hanafi. (republika.co.id, 4/4/2022) 


Demokrasi Adaptif dan Ditunggangi

Demokrasi menjadi wadah tumbuh suburnya berbagai macam paham, baik itu paham yang sejalan dengan Islam maupun yang bertentangan. Hal ini terjadi karena demokrasi tidak memiliki pola baku dalam penjagaan sistemnya. 

Ia diwarnai dan dikendalikan oleh ideologi yang berkembang di masyarakat. Jika ideologi yang menguasai masyarakat adalah kapitalisme, maka jadilah demokrasi ini dikendalikan oleh para Kapitalis. Begitupun jika masyarakat dikuasai oleh sosialisme atau Islam. Pada aspek inilah demokrasi adaptif terhadap beragam paham. 

Secara prinsip, demokrasi menjadikan rakyat sebagai sumber kedaulatan dan kekuasaan. Undang-undang dan aspirasi dibentuk dari rakyat. Dengan kata lain peraturan hidup itu dibentuk oleh manusia. Kemudian dengan prosedur tertentu, rakyat memilih dan menggaji kepala negara. 

Sayangnya tidak semua aspirasi rakyat bisa diserap oleh demokrasi. Rakyat yang menguasai ranah aspirasi untuk dibentuk kebijakan adalah mereka yang memiliki pengaruh dan modal. Terutama mereka yang memiliki political privilege. Pada titik inilah pemilik modal bisa membeli kekuasaan rakyat dan mengendalikan kebijakan. 

Termasuk saat ini, ketika para pemilik modal dan pengendali kebijakan adalah mereka yang pro dengan kebangkitan PKI, maka berbagai wacana dan upaya dihadirkan untuk mendorong rakyat supaya mau menerima paham komunisme dan sosialisme. Padahal TAP MPRS Nomor 26 Tahun 1965 tentang larangan PKI belum dicabut. Ini semakin menunjukkan bahwa demokrasi bisa ditunggangi oleh paham apapun. 


Demokrasi dalam Islam

Demokrasi bertentangan dengan Islam, karena asas yang membangunnya berbeda. Demokrasi berasaskan sekulerisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Imbasnya aturan kehidupan tidak diwarnai agama dan dikembalikan kepada kesepakatan hidup bersama di antara masyarakat. Posisi aturan Tuhan adalah pilihan dan dikerdilkan hanya dalam ranah pribadi. 

Sebaliknya Islam berasaskan aqidah yang berpandangan bahwa semua sisi kehidupan harus diatur oleh aturan Tuhan. Manusia ditempatkan sebagai pelaksana dan penjaga aturan Islam. Adapun undang-undang atau konstitusi haruslah bersumber pada Al-Qur'an, Hadis Rasulullah, Ijma' para sahabat Rasulullah serta Qiyas syar'i para mujtahid. Keempat sumber hukum inilah yang mewarnai dan mengendalikan undang-undang. 

Perbedaan inilah yang menjadikan Islam tidak bisa berkompromi dengan demokrasi. Islam memiliki metode khas supaya paham-paham yang bertentangan dengan Islam tidak merebak.

Sebaliknya demokrasi justru membiarkan paham yang bertentangan dibiarkan bergulir di tengah masyarakat. 

Meskipun pada faktanya demokrasi hanya galak pada Islam dan tidak pada ajaran yang lain, justru inilah peluang Islam untuk merengkuh opini masyarakat. Peluang ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan dakwah Islam. Karena masyarakat yang menentukan corak ideologi yang diinginkan, harusnya Islam bisa lebih mencolok dalam pertarungan paham ini. 

Sebagaimana Allah Swt mengungkapkan dalam QS. At-Taubah ayat 41 berikut:
اِنْفِرُوْا خِفَافًا وَّثِقَالًا وَّجَاهِدُوْا بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Artinya: "Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."

Sudah selayaknya umat Islam menggencarkan dakwah supaya Islam bisa memenangkan pertarungan opini di tengah-tengah masyarakat. 


Wallahu'alam bi showab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar