Ramadhan Datang, Syiar Islam Tak Boleh Dikekang


Oleh: Nuryanti (LISMA Bali) 

Umat muslim saat ini kian hari kian dikekang dengan adanya kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Alih-alih karena toleransi beragama, ternyata moderasi beragama gaya kapitalisme semakin menjauhkan manusia dari beribadah kepada Allah SWT yang menciptakannya. Pelan tapi pasti, umat Islam pasti akan dijauhkan dari peribadatannya. 

Momen Ramadhan telah datang. Momen yang sangat kental dengan peribadatan umat muslim selama sebulan penuh mulai dari tengah malam sampai matahari tenggelam umat muslim disibukkan dengan ibadah-ibadah, baik yang wajib maupun yang sunnah. Mereka jalani dengan khusyuk mengharapkan keridhoan-Nya. Kaum muslimin pun menyambut gembira dengan datangnya bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah.

Namun disisi lain, ada saja yang menghalau dan berusaha menghadang syiar Islam melalui aktivitas umat muslim. Contoh saja, keluarnya surat edaran dari Kementrian Agama mengenai pengeras suara (toa) masjid yang tidak boleh lebih dari 100 desibel, sholat tidak boleh lebih dari 10 menit, tadarus setelah sholat tarawih cukup menggunakan speaker dalam, dan lain sebagainya.

Nah dari sini saja sudah menunjukkan bahwa kebijakan yang dibuat oleh manusia yang sudah terkontaminasi dengan paham sekularisme menjadikan manusia lupa akan siapa yang menciptakannya, untuk apa dia berada di dunia dan mau kemana dia setelah mati.

Syiar Islam yang termudah dan sudah menjadi kebiasaan adalah panggilan adzan. Tentu ini membutuhkan pengeras suara agar umat Islam yang jauh dari masjid, tetap bisa mendengar panggilan adzan melaui toa yang besar. Lalu kenapa toa masjid dibilang mengganggu dan harus diatur besar desibelnya? Padahal ini sudah menjadi kebiasaan dari masa ke masa. Masyarakat pun banyak yang bersyukur karena diingatkan dan menjadi alarm otomatis bagi mereka.

Rasullullah SAW mengutus Bilal bin Rabah sebagai muadzin untuk mencari tempat yang paling tinggi dalam melakukan adzan. Yaitu untuk mengumandangkan adzan agar bisa terdengar sampai kepelosok negeri, agar umat muslim mengetahui bahwa waktu sholat sudah tiba. Kemudian diharuskan untuk meninggalkan urusan duniawinya lalu mengerjakan sholat. Inilah yang patut dicontoh oleh umat muslim saat ini. Bukan justru membatasi dan menuduh umat muslim tidak toleransi dengan umat yang lain.

Kata toleransi menurut kamus KBBI adalah memberikan kebebasan dan berlaku sabar kepada orang lain, sikap menghargai pendapat orang lain. Lantas mengapa isu ketidaktoleranan justru ditujukan kepada umat muslim. Bukankah umat muslim juga menghargai aktivitas di luar Islam?

Jika dibandingkan dengan orang-orang  yang membuat suara bising di sebuah acara hajatan misalnya, suara dangdutan yang ada di kafe, dan sejumlah suara yang datangnya bukan dari Islam, mengapa tidak dikatakan sebagai intoleransi?

Dari sini menunjukkan bahwa selalu aktivitas umat muslim yang disudutkan. Memang begitulah sekularisme menyuntikkan virus menyesatkan kepada masyarakat. Selalu saja mencari cara untuk mengekang syiar Islam dengan berbagai isu yang memojokkan.

Kaum sekularisme sudah membuat proyek besar dalam diri kaum muslimin, yaitu proyek moderasi beragama. Isu Islam moderat dianggap bisa menengahi dari opini ekstrimisme dan liberal. Tentu akan sangat berdampak pada masyarakat karena proyek ini telah digaungkan ke seluruh lini kehidupan. Alhasil umat Islam tidak pede dengan agamanya yang murni. Dianggap kuno jika tidak mau mengikuti agenda moderasi beragama ini. Inilah paham sekuler yang berbahaya. 

Dalam hal ini jika umat muslim mengiyakan dan mengikuti apa yang sudah melanggar syari'at, baik dari dorongan lingkungan sekitar atau dari dalam dirinya sendiri, maka keberkahan akan diangkat dari negeri mereka. Bagaimana bisa negeri muslim terbesar, nyatanya kemaksiatan tersebar dimana-mana. Tentu pertanggungjawaban di akhirat sedang menunggu pembalasan.

Kini Ramadhan telah tiba, kaum muslimin dianjurkan memperbanyak ibadah yang nilai pahalanya bisa berlipat-lipat. Toa masjid menjadi sangat berarti bagi kaum muslimin dalam menjalankan ibadahnya. Selain sebagai alat untuk mengumandangkan azan, kini toa masjid juga untuk pertanda membangunkan sahur, kegiatan tadarusan setelah sholat tarawih, dan lain sebagainya. Inilah salah satu bentuk syiar Islam kepada masyarakat.

Kaum muslimin harus memperkuat pondasi keimanannya dalam menghadapi gerakan-gerakan sekuler yang menjauhkan umat dari fitrahnya. Selalu membaca, menghafal, memahami isi, dan mengamalkan Al-Qur'an dalam setiap keadaan. Ditambah dengan ibadah sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah.

Selain itu, umat Islam juga harus bisa menilai setiap kebijakan yang dikeluarkan penguasa dengan kacamata Islam dan aktif dalam mengkritisi jika didapatkan racun moderasi yang diaruskan secara global ke dalam pemikiran umat muslim saat ini. Umat juga harus berusaha mensolusikan setiap masalah kehidupan dengan pemahaman Islam yang benar agar terselesaikan dengan tuntas. 

Semoga hal ini menyadarkan kita semua, bahwa aturan Islam pasti memberikan kemaslahatan dan menjauhkan diri dari kerusakan dunia. Semua itu akan  bisa terwujud jika Islam bisa diterapkan secara menyeluruh dan sempurna dalam bingkai Khilafah yang nantinya akan memberikan rahmat bagi seluruh alam semesta.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar