Oleh : Habibah. A.M, Keb
Bulan ramadhan sebentar lagi, hanya dalam hitungan hari kaum muslimin di dunia akan melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh kemuliaan. Maka tentu saja untuk memasuki bulan yang mulia ini dan ingin menjalani kewajiban puasa, hendaklah kita punya persiapan yang matang.
Persiapan yang utama yang mesti ada adalah persiapan ilmu. Karena orang yang beribadah pada Allah tanpa didasari ilmu, maka tentu ibadahnya bisa jadi sia-sia. Sebagaimana ketika ada yang mau bersafar ke Jakarta lalu tak tahu arah yang mesti ditempuh, tentu ia bisa ‘nyasar’ alias tersesat. Demikian pula dalam beramal, seorang muslim mestilah mempersiapkan ilmu terlebih dahulu sebelum bertindak. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Orang yang beramal tanpa ilmu bagai orang yang berjalan tanpa ada penuntun. Sudah dimaklumi bahwa orang yang berjalan tanpa penuntun tadi akan mendapatkan kesulitan dan sulit bisa selamat. Taruhlah ia bisa selamat, namun itu jarang. Menurut orang yang berakal, ia tetap saja tidak dipuji bahkan dapat celaan.”
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz juga pernah berkata,
مَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ
“Siapa yang beribadah kepada Allah tanpa didasari ilmu, maka kerusakan yang ia perbuatan lebih banyak daripada maslahat yang diperoleh.” (Majmu’ Al Fatawa, 2: 282)
Mengapa kita mesti belajar sebelum beramal? Karena menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari Anas bin Malik. Hadits ini hasan karena berbagai penguatnya. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Hadits ini diriwayatkan dari beberapa sahabat di antaranya Anas bin Malik, ‘Abdullah bin Mas’ud, Abu Sa’id Al Khudri, Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, ‘Ali bin Abi Tholib, dan Jabir. Lihat catatan kaki Jaami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1: 69)
Ilmu apa saja yang harus kita siapkan? Jelas ilmu terkait puasa dibulan Ramadhan, rukun puasa, syarat wajib puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, hal-hal yang dianjurkan untuk menyempurnakan ibadah puasa. Persiapan agar ketika kita berpuasa bisa menjadi hamba Allah yang bertakwa. Karena tidak mungkin gelar takwa bisa diraih dengan ibadah puasa saja, sedangkan puasanya sendiri hanya menahan makan dan minum, tetapi dia tetap melakukan maksiat yang lain di bulan Ramadhan. Maka sejatinya derajat takwa tidak akan terwujud dengan menahan makan dan minum.
Bahwa sesungguhnya manusia yang bertakwa adalah manusia yang menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Berarti orang yang berpuasa haruslah perlu ilmu menuju kesempurnaan ibadah puasanya, dengan menjauhi berbagai kemaksiatan. Dan yang tak kalah penting adalah bertaubat sebelum melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُون
“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”
Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin memasuki Ramadhan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan.
Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk bertaubat, karena taubat wajib dilakukan setiap saat. Allah ta’ala berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٣١)
“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An Nuur: 31).
Taubat itu hukumnya wajib, maka seharusnya kita semua bertaubat kepada Allah bukan hanya dengan perkataan ”Ya Allah ampunilah aku”. Tapi harus secara totalitas dengan perbuatan. Lihatlah betapa banyak kemaksiatan yang dilakukan manusia, pembunuhan dimana-mana, pelecehan seksual marak terjadi, perjudian dibiarkan, kedzaliman merajalela.
Dan dosa terbesar saat ini adalah kita membuat hukum tandingan Allah, menjalankan kehidupan ini dengan dasar aturan manusia, betapa wajibnya kita bertaubat. Bertaubat dengan taubatan nasuha, bertaubat dengan menjadikan Islam sebagai dasar aturan hidup kita, hijrah dari sistem kufur kepada sistem Islam dalam bingkai Khilafah.
Wallohu A’lam Bisshowab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar