Oleh : Meilani Sapta Putri
Awal Bencana
Dahulu wilayah al-Mutafikah memiliki lima kota, yaitu Sabah, Sarah, Amarah, Duma, dan Sodom. Kota Sodom adalah kota yang paling besar di antara kelimanya dan terletak di Yordania dekat pantai bagian barat Laut Mati (Al-Bahr al-Mayyit). Awalnya penduduk Sodom termasuk kaum yang dikaruniai banyak kelebihan yakni suka bersatu, bergotong-royong, biasa berangkat kerja bersama-sama, meninggalkan istri dan anak-anak mereka di rumah.
Namun ternyata Iblis tidak menyukai hal tersebut. Sehingga Iblis menjelma menjadi seorang pemuda tampan untuk menyesatkan kaum pria. Sampai akhirnya penduduk Sodom terperdaya, dan melakukan perbuatan keji yang belum pernah dilakukan umat manusia sebelumnya yakni sodomi. Kerusakan moral ini terus menyebar luas dan telah menjadi kebiasaan. Lalu Iblis menjelma menjadi seorang wanita dan memengaruhi kaum wanita untuk melakukan hubungan sesama jenis (lesbian).
Penduduk kota Sodom melakukannya secara terang-terangan dan tanpa malu-malu. Bahkan mereka melakukannya dengan paksaan kepada siapapun yang sedang melintasi kota tersebut. Sampai akhirnya, Allah SWT mengutus Nabi Luth AS. untuk meluruskan mereka. Namun, nafsu mereka terlalu mendominasi dan Allah SWT akhirnya menghukum kaum Sodom dengan kematian yang mengenaskan.
Misi Politik L98T
Apa yang terjadi pada kaum Sodom ternyata tidak dijadikan pelajaran berharga. Terbukti di zaman sekarang perilaku sodomi dan lesbian justru berkembang dengan perilaku yang jauh lebih buruk lagi yang dikenal dengan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender). Bahkan keberadaan mereka justru dianggap trend dan dilegalkan dalam pernikahan sesama jenis oleh negara-negara tertentu dengan dalih kebebasan dan hak asasi manusia.
Sejak tahun 2008 PBB resmi mengakui hak-hak kaum sodom modern. Akhirnya perilaku L98T bukan lagi sekedar kerusakan moral individu, tetapi menjadi kekuatan politik yang memang sengaja dikampanyekan oleh negara adidaya dan sejumlah besar negara-negara di dunia. Misi L98T ini terus-menerus digulirkan dan menyerang negeri-negeri Muslim, termasuk Indonesia.
Pembenaran atas kampanye L68T ditandai dengan pemberian penghargaan kepada sejumlah aktivis L68T. Atas nama perlindungan hak-hak L68T yang merupakan bagian dari kampanye HAM dan demokrasi, para aktivisnya semakin berani memamerkan kemesraannya di hadapan publik termasuk media sosial.
Standar baik-buruk dan benar-salah diserahkan kepada suara mayoritas ala sekulerisme. Dampaknya sangat luar biasa. Seluruh tatanan interaksi sosial menjadi kacau dan sembraut. Dari sana muncul persoalan turunannya, seperti merebaknya penyakit kelamin, menuntut pelegalan pernikahan sejenis, fiqh waria, penghapusan istilah 'ayah dan ibu', dan persoalan lainnya.
Islam Sesuai Fitrah Manusia
Hal itulah yang terjadi jika aturan kehifupan diserahkan kepada manusia. Semua dikembalikan kepada kebebasan individu tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya. Padahal kerusakan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan umum maupun khusus adalah akibat diterapkannya aturan manusia yang dipenuhi dengan hawa nafsu, ambisi, keserakahan, dan kesombongan.
Sejak dahulu Islam datang dalam rangka untuk mencegah terjadinya kemungkaran dan kerusakan. Perilaku kotor L98T adalah perbuatan yang menyalahi fitrah manusia, bahkan binatang sekalipun tidak pernah melakukan tindakan keji yang seperti itu. Manusia sebagai makhluk yang berakal seharusnya menyadari kekeliruan berpikir dan berperilaku ini.
Meski manusia dianugerahi kemampuan untuk berpikir, namun tidak berarti manusia bebas menentukan apapun. Sebab manusia tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan mana yang baik dan buruk. Untuk itulah Allah SWT mengahdirkan para nabi sebagai utusan untuk menyampaikan risalah-Nya kepada seluruh umat manusia agar mereka bisa menjalani kehidupan yang normal sesuai fitrahnya.
Petunjuk dan aturan yang diturunkan Allah SWT adalah aturan terbaik yang dapat menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan. Penerapan sistem demokrasi liberal justru akan melanggengkan perbuatan keji ini. Sadarilah bahwa perilaku L98T ini tidak akan menghantarkan pada kebaikan, tetapi akan mengundang kemarahan Allah SWT seperti yang terjadi pada kaum Sodom. Wallahu a'lam bishawabb.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar