Oleh : R. Miranda Risang Ayu, S.Pd (Pengajar MDA)
Belum usai pandemi Covid-19, masyarakat kini dihadapkan dengan ancaman baru penyakit hepatitis misterius yang menyerang anak-anak.
Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso membeberkan rincian 18 kasus infeksi hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya alias hepatitis misterius yang ditemukan di Indonesia baru-baru ini.
Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso Mohammad Syahril menyebut belasan kasus itu dilaporkan terjadi di tujuh provinsi Indonesia. Sementara rentang usia yang paling banyak terpapar terjadi pada anak usia 5-9 tahun. (ccnindonesia.com, 14/05/2022)
Hepatitis akut telah menyebar di beberapa negara termasuk di Indonesia. Di dalam negeri, ada sejumlah gejala yang ditemukan pada pasien diidentifikasi.
Beberapa gejala yang ditemukan seperti demam, mual, dan muntah. Ada juga diare akut, warna kuning pada mata, dan warna urine yang berubah seperti teh. (CNBC, 13 Mei 2022).
Perlu Langkah Cepat, Tepat dan Serius
Kesehatan adalah salah satu tonggak pembangunan kualitas generasi. Titik kritis pandemi Covid-19 yang lalu harus menjadi pelajaran berharga. Jangan sampai kebingungan dan kegagapan sistem dalam penanganan penyakit hepatitis akut ini kembali melanda. Oleh karena itu, pemerintah harus bertindak cepat, tepat dan serius menghadapi ancaman penyakit hepatitis misterius ini.
Hepatitis akut misterius adalah kondisi peradangan pada lever. Kondisi ini paling umum disebabkan oleh infeksi virus. Selain vaksinasi, penguasa sebagai pengambil kebijakan semestinya mengupayakan dan memenuhi langkah-langkah pencegahan setidaknya dari dua aspek, yakni kualitas makanan/bahan pangan dan imunitas terhadap virus penyebabnya.
Perkara makanan/pangan pemerintah harus memastikan individu rakyat mengkonsumsi makanan/pangan yang berkualitas. Pun halnya perkara imunitas tubuh, pemerintah harus bisa mencegah faktor yang dapat menurunkannya, salah satunya adalah stress, panik, dan sebagainya. Jangan sampai realitas hidup sekuler, jauh dari fitrah penciptaan mewarnai kehidupan rakyat.
Masalah penanganan wabah atau penyakit adalah masalah umat yang tidak bisa ditangani dengan skema kerja individualitas. Perlu diadakan serangkaian tindakan penguasa yang secara normatif mengakomodasi berbagai aspek demi menjaga kesehatan warganya.
Tetapi bukan hanya sebatas kesehatan, aspek lainnya seperti ekonomi, pendidikan, ketahanan pangan, serta politik harus diakomodasi dengan baik. Sehingga kemaslahatan rakyat akan tercipta.
Sayangnya dalam sistem kapitalisme saat ini, pemerintah belum bisa menjalankan fungsinya dengan sempurna untuk mengurus umat. Tidak heran masalah kesehatan justru dikapitalisasi. Karena fungsi pemerintah hanya sebatas regulator. Padahal dalam Islam pemerintah adalah pengurus umat, pelindung dan perisai bagi rakyatnya.
Rasulullah saw bersabda, "Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya." (HR. Muslim dan Ahmad).
Oleh karena itu, sudah semestinya penguasa amanah mengemban kekuasaan. Memimpin adalah mengurusi urusan rakyat. Menjabat pun bukanlah untuk mengumpulkan harta.
Kesehatan adalah aspek yang harus diurusi dengan sebaik-baiknya oleh penguasa melalui kebijakan-kebijakan yang manusiawi dan tepat sasaran, sehingga warganya mampu berkarya membangun negara.
Wallaahu'alam bishawwab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar