Kemenangan Hakiki Kian Dinanti, Hidup Berkah dalam Naungan Daulah Islamiyah


Oleh : Iis Kurniawati, S. Pd

Takbir Menggema saling bersahut-sahutan, isak tangis haru seakan tak mampu terbendung. Serasa tak rela harus berpisah dengan bulan Ramadhan, bulan dimana Allah SWT melipat gandakan pahala bagi orang-orang yang beriman dan beramal soleh, serta bulan penuh rahmat dan ampunan. Sebulan penuh lamanya menjalankan puasa, tiba saatnya meraih kemenangan Kemenangan ini pada hakikatnya bukan untuk orang dengan pakaian serba baru, kendaraan baru, makanan dan harta yang melimpah. Namun pada hakikatnya kemenangan ini untuk orang-orang yang mendapat ampunan dari Allah SWT dan orang-orang yang ketaqwaannya meningkat. 

Perayaan Idul Fitri kali ini sedikit berbeda dari perayaan-perayaan Idul fitri sebelumnya. Terutama dengan perayaan Idul Fitri dua tahun sebelumnya. Dimana masyarakat dilarang mudik karena pandemi covid-19. Saat itu masyarakat yang berada di perantauan dilarang untuk mudik dengan tujuan untuk memutus rantai penularan, walaupun dalam kenyataannya tanpa mudik pun penyebaran covd-19 tetap terjadi. Berbeda dengan lebaran tahun ini pemerintah tidak lagi memberlakukan ppkm ataupun persyaratan yang ketat bagi pemudik saat akan pulang kampung. Masyarakat hanya dihimbau untuk melakukan vaksin booster. Dengan tidak adanya pelarangan mudik bagi masyarakat suasana kampung halaman di berbagai tempat ramai. Bahkan terjadi banyak kemacetan di ruang-ruas jalan yang dilewati pemudik.

Di tengah suka cita di hari nan fitri, namun kisah sedih masih kerap menghampiri karena lebaran kali ini masih belum berada dalam naungan Daulah Islam sebagaimana cita-cita dan harapan kaum muslim. Kesengsaraan umat seolah tak kunjung usai, selama sitem kuffar ini masih terus diadopsi oleh para penguasa di negeri ini. Berbagai permasalahan muncul mulai dari kenaikan harga bahan pokok yang terus melambung tinggi, kenaikan BBM, hingga perbedaan penentuan awal dan akhir Ramadhan yang setiap tahun hampir terjadi. Padahal penentuan awal dan akhir Ramadhan bukan hanya sekedar ritual ibadah melainkan merupakan syiar Islam. Beginilah jika tidak ada pemimpin yang menjadi pelindung dan pemersatu umat yang akan senantiasa memberikan perlindungan dan jaminan rasa aman saat beribadah.

Berikut dalil-dalil penentuan awal dan akhir Ramadhan berdasarkan rukyatul hilal. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ànhu Rosulullah SAW bersabda : “Berpuasalah kamu karena melihat dia (hilal) dan berbukalah kamu karena melihat dia (hilal)". (HR Al Bukhari, Muslim, Al-Tirmidzi, Al-Nasaì). Kemudian dari Ibnu Umar radhiyallahu`anhu Rasulullah SAW bersabda : “Jika kamu melihat dia (hilal) maka berpuasalah kamu, dan jika kamu melihat dia (hilal) maka berbukalah, jika pandangan kamu terhalang mendung maka perkirakanlah (genapkanlah)”. (HR Al- Bukhari, Muslim, Al- Nasaì, dan Ahmad).

Hadist-hadist tersebut merupakan pengertian yang jelas bahwa sebab syarì puasa Ramadhan dan idhul fitri adalah rukyatul hilal. Rukyatul hilal yng dimaksud disini bukan semata rukyatul lokal melainkan rukyatul global (Muhammad Husain Abdullah, Mafahim Al Islamiyah, Juz II, halaman 157. Oleh karena itu penentuan awal dan akhir Ramadhan melalui metode rukyatul hilal bukan yang lain. Dan Alhamdulillah satu syawal tahun ini jatuh pada tanggal 1 Mei 2022 umat islam telah menyambut hari raya Idul Fitri 1443 H. Segala bentuk peraturan yang menyangkut dengan kepentingan umat secara umum dibutuhkan peran negara yang menjalankan pengaturan berdasarkan syariat Allah SWT. Adalah suatu keharaman ketika manusia menjalankan aturan dan mengamalkan aturan yang bukan berasal dari Allah SWT. 

Umat islam harus bangkit dan tidak berdiam diri dalam ketidakpastian dan carut marutnya permasalahan yang terjadi akibat gagalnya sistem yang diadopsi negeri ini. Umat islam harus bersegera mengubah dan mengganti hukum buatan manusia yang saat ini diadopsi dengan sistem yang paripurna dari dzat yang maha sempuran Allah SWT. Oleh Karena itu mari kita rapatkan barisan demi terwujudnya penegakkan Daulah Islam. 

Wallahu A`lam Bisha-Whab.



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar