Kontelasi Pemilu 2024, Politisi Mulai Unjuk Gigi


Oleh : Citra Salsabila (Pegiat Literasi)

Ajang pemilihan umum akan segera dimulai. Walaupun masih dua tahun lagi, tetapi persiapannya sudah dari tahun sekarang. Banyak partai politik yang mulai menyiapkan kandidatnya dan mencari kerjasama dengan partai lain untuk berkoalisi. Politisinya pun mulai unjuk gigi di hadapan masyarakat.  

Bukan tanpa alasan parpol seperti itu, yaitu untuk meningkatkan elektabilitas di tengah masyarakat. Berharap rakyat mengenalnya sebagai orang yang akan berpihak kepada kebutuhan rakyat. Dimana proses inilah yang tak mudah didapatkan politisi, butuh kerja keras dan strategi jitu. Salah satunya dengan safari silahturahmi. 

Seperti yang dilakukan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Prabowo Subianto memulai safari dari tanggal 2 Mei hingga 5 Mei 2022. Beliau bertemu dengan Presiden Joko Widodo, Megawati Soekarnoputri, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, hingga berkunjung ke  ponpes Al Anwar yang dipimpin KH Muhammad Najih Maimoen atau Gus Najih di Rembang, Jawa Tengah. Selain itu, beliau berziarah ke makam Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. (Tirto.com, 09/05/2022). 

Menurut Direktur IndoStrategi Research and Consulting, Arif Nurul Imam menyatakan bahwa hal tersebut bagian dari kerja politik. Sehingga, para politisi menjadikan momentum lebaran sebagai ajang bertatap muka dan bertukar pikiran demi meraih kerja sama politik. Dimana partai yang mengusung para politisi ini akan terus berupaya konsolidasi, melakukan pengkaderan hingga sosialisasi baliho demi meningkatkan keterpilihan nanti pada pemilu 2024. 

Lantas, sesuai targetkah cara seperti itu? Dimanakah posisi rakyat ketika pemilihan umum? Tentu, hal tersebut yang amat diperhatikan parpol, berbagai cara akan dilakukan untuk mengambil simpatisan rakyat. Karena rakyat menjadi penentu kemenangan para politikus. 


Unjuk Gigi Dimulai, Rakyat pun Terpedaya

Tahun 2024 akan menjadi tahun politik yang menegangkan. Pasalnya, sekitar bulan Februari akan ada pemilihan umum serentak. Dari mulai pemiliham presiden, DPR, dan DPRD. Perlu cara yang unik untuk memenangkan konstelasi pemilu 2024. 

Alhasil para politisi yang tergabung dalam partai politik sedang menyiapkan cara untuk memulai unjuk gigi dihadapan publik. Dan biasanya setiap partai politik sudah menyiapkan kandidatnya. Seperti Ridwan Kamil yang disebut-sebut bakal menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang diusung Koalisi Indonesia Bersatu. Diduga Ridwan Kamil sudah mengunjungi pemimpinnya dan bekerja sama dengannya. (Detik.com, 17/05/2022). 

Dari sana nampak betapa para politisi yang notebene-nya masih menjabat sebagai penguasa, malahan sibuk mencari kolaborasi untuk pemilu 2024. Seolah-olah ada kekhawatiran jika tidak ada persiapan dari sekarang. Dan berakhir pada kekalahan. 

Inilah penguasa negeri ini, disibukkan dengan safari politik demi menaikkan elektabilitas dihadapan rakyat. Amanah menjadi penguasa pun terlupakan. Dan akhirnya, hak rakyat tidak terpenuhi. 

Tetapi, demi menjaga kepercayaan rakyat, mulailah para politisi mendekati rakyat dengan memenuhi hak-haknya, mempermudah urusannya terutama dalam perkara kebutuhan pokok, dan sebagainya. Tak apa dilakukan, sebab masih menjabat sebagai penguasa. Hanya saja, rakyat lebih diperhatikan, agar naik popularitasnya. 

Lantas, terpedayakah rakyat Indonesia? Sebagian besar, iya terpedaya. Rakyat masih ada yang percaya akan ada pemimpin yang amanah, adil, mengutamakan kebutuhan rakyat, dan menepati janji-janjinya. Sehingga, rakyat tetap memilih para politisi di negeri ini saat pemilu berlangsung. 

Hanya saja ada beberapa rakyat yang memang sudah tidak percaya akan para politisi negeri ini. Alasannya, karena kebanyakan dari mereka bekerja sama dengan pengusaha (baca: pemilik modal) untuk berhasil menjadi penguasa. Dimana rakyat hanya dijadikan tameng untuk mendulang suara saja. 

Akhirnya, adanya unjuk gigi para politisi saat ini tidaklah bisa mengubah kondisi rakyat. Rakyat tetap terpuruk, menjerit, bahkan tersayat hatinya. Astagfirullah. 

Memang benar, rakyat amat berharap ada pemimpin yang melayaninya dengan sepenuh hati, namun itu hanyalah impian belaka. Sebab, aturan demokrasi memunafikan hal tersebut. Faktanya terbukti sampai saat ini tak ada yang benar-benar lurus menepati janji. 

Sehingga, rakyat Indonesia harus sadar, jangan mudah terpedaya dengan ucapan-ucapan para politisi. Sebab, aturan yang diterapkan masih berasal dari buatan manusia yang bersifat lemah dan terbatas. Dimana didalamnya ada sistem sekuler kapitalis yang pastinya menghasilkan pemimpin tidak amanah. Yang ada hanyalah untuk memenuhi kepentingan pengusaha, bukan tulus murni mengurusi urusan rakyat semata.


Sosok Pemimpin dalam Islam

Islam hadir untuk menyelesaikan perkara umat manusia. Apalagi untuk perkara pemilihan pemimpin, amat sangat diperhatikan. Sebab, pemimpin dalam Islam tugasnya melayani kebutuhan rakyat dengan kesabaran dan keikhlasan. 

Pemilihan pemimpin dalam Islam berstandarkan dengan dalil syara’ yakni bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist yang berasal dari wahyu Allah Swt untuk mengarahkan pada jalan yang benar. Sehingga, pemilihan itu cepat, tidak berlama-lama. 

Selain itu, pemilihan pemimpin tidak memerlukan biaya besar seperti yang terjadi pada sistem demokrasi.  Sebelumnya, para calon pemimpin di suatu negara, mereka terlebih dahulu sudah dikenal keaktifannya ditengah-tengah masyarakat dan sering menyibukkan diri dalam mengurusi urusan umat. Adapun kampanye dilakukan hanya memerlukan media cetak dan elektronik, baik audio maupun video, online maupun offline yang dijadikan sebagai perantara. Tidak memberatkan dan tidak bertele-tele. 

Tak lupa, syarat menjadi pemimpin (baca: Khalifah) ada tujuh yang merupakan syarat in'iqod, yaitu muslim, laki-laki, baligh, merdeka, mampu, adil, dan berakal. Adapun syarat afdhaliyah (keutamaan) seperti berasal dari kalangan Quraisy, mujtahid, harus ahli dalam menggunakan senjata, atau syarat-syarat lain yang tidak memiliki dalil yang tegas. 

Maka, hanya dengan aturan Islamlah sosok pemimpin yang didambakan akan muncul. Pemimpin yang akan menjadi pelayan bagi rakyat. Sebab, menjadi pemimpin akan dipertanggunjawabkan kelak dihadapan Allah Swt. Wallahu'alam bishshawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar