WABAH BELUM BERAKHIR, HEPATITIS MISTERIUS MENGANCAM


Oleh : Yuni Nisawati

Ibu Kota China yaitu Beijing menutup puluhan stasiun metro dikarenakan Pandemi Covid-19 yang Kembali menyusahkan China. Hal ini dilakukan untuk menghentikan penyebaran Covid-19. Sekaligus menghindari nasib seperti Shanghai saat jutaan penduduk telah dikunci ketat selama lebih dari satu bulan. (https://gorontalo.tribunnews.com/05/05/2022)

Indonesia kini menghadapi ancaman baru dengan adanya penyakit hepatitis misterius yang menyerang anak-anak. Padahal Indonesia sendiri belum selesai diterjang pandemi Covid-19. Gejala yang ditemukan pada hepatitis misterius tersebut adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran. Juru Bicara Kementrian mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan tengah berupaya melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut. Utamanya melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap. (https://www.cnbcindonesia.com/08/05/2022)

Ledakan kasus Covid-19 di China mengartikan bahwa Covid-19 belum berakhir. Covid masih terus mengancam seluruh dunia. Alih-alih mereda karena tidak adanya media yang menyiarkan Covid-19 seintens dulu, faktanya Covid-19 masih meledak di negeri-negara luar seperti China. Covid-19 sudah cukup menjadi momok untuk seluruh umat manusia. Kematian yang tinggi akibat Covid-19 mampu memporak-porandakan seluruh negara di dunia. Ketidak tegasan pemeintah pada Covid-19, membuat masalah Covid-19 belum berakhir sampai saat ini.

Belum selesai masalah Covid, kini Indonesia dihadapkan pada masalah baru. Indonesia dihadapkan oleh hepatitis yang misterius. Hepatitis ini menyerang anak-anak dan mampu merenggut nyawa anak-anak. Hepatitis ini tidak kalah berbahayanya. Dalam 2 pekan mampu merenggut nyawa 3 anak. Sedangkan Kementrian Kesahatan masih menginvestigasi hepatitis ini. Artinya kita belum tahu di mana virus ini berasal, penyebabnya apa, dan bagaimana cara mengatasinya, hal tersebut masih belum diketahui.

Peran pemerintah dan kebijakan-keijakannya sangat penting dalam menyikapi masalah ini. Pasalnya, pemerintah yang terkesan lalai bahkan terkesan meremehkan Covid-19 dan tidak tegasnya dalam mengambil kebijakan-kebijakan membuat Covid-19 belum terselesaikan. Bahkan pemerintah cenderung gagal dalam menyelesaikan msalah Covid-19. Banyaknya nyawa melayang, ekonomi pun beranktakan semakin banyak yang mengeluh karena hal tersebut. Dan pemerintah yang terkesan memaksakan kebijakan karena ekonomi yang semakin ambruk membuat rakyat mau tak mau berdampingan dengan Covid-19 untuk meningkatkan ekonomi negara ini.

Dari kegagalan mengatasi masalah Covid-19 bukan tidak mungkin pemerintah mengulang kegagalan yang sama dalam kasus hepatitis ini. Pemerintah yang selalu mengukur untung dan rugi atau mengukur sesuatu dengan azas manfaat inilah yang membuat masalah-masalah ini tidak terselesaikan dengan baik. Bahkan kebijakan-kebijakan yang mereka ambil dan buat berdasarkan azas manfaat bukan karena kepentingan atau kebaikan rakyat. Dari mulai membuka pariwisata disaat pandemi, UU Cipta Kerja, bahkan ada beberapa dari mereka yang jalan-jalan ke luar negeri disaat pandemi. Sangat ironis.

Begitulah dampak Sistem Kapitalis. Hukum yang dibuat oleh manusia yang diciptakan untuk keuntungan pribadi atau golongan tertentu tanpa memikirkan kepentingan rakyatnya.

Hukum yang dibuat oleh manusia dan untuk kepentingan manusia yang membuatnya. Entah itu karena uang atau hal lain. Sedangkan rakyat yang terus menjerit karena ekonomi dan diselubungi rasa takut akan Covid-19. Hal tersebut berbanding terbalik dengan kehidupan para pemangku jabatan di negeri ini. Begitulah pemangku-pemangku jabatan di Sistem Kapitalis.

Mari kita melihat sejarah bagaimana hukum islam yang diterapkan. Hal sama pernah terjadi dimana disaat hukum islam diterapkan dan terjadi wabah yang luar biasa. Satu Tindakan tegas bahwa tidak aa yang boleh keluar dari wilayah yang dilanda wabah, begitu pula tidak ada boleh yang masuk ke daerah yang tererang wabah. Selain itu, segala kebutuhan rakyat ditanggung oleh pemerintah secara penuh selama wabah berlangsung sampai wabah tersebut dapat diatasi. Perbedaan yang begitu jauh dengan kebijakan yang diambil di Sistem Kapitalis.

Pernahkah masyarakat berpikir. Bagaimana mungkin sistem hukum yang mengatur segala urusan rakyat dibuat dan dikendalikan oleh manusia? Padahal kita tahu bahwa manusia tempatnya salah dan memiliki hawa nafsu yang mungkin mereka akan mengendalikan dan membuat hukum untuk kepentingan pribadi bukan untuk kepentingan rakyat. Karena nafsu manusia yang tidak pernah puas akan terus mengendalikan hukum dan membuatnya terus menerus demi keuntungan mereka. Apalagi dengan mereka sudah menguasai semua lini pemerintahan atau memegang kekuasaan yang mutlak ditangannya. Bukankah itu berbahaya? Karena kebijakan-kebijakan yang mereka ambil menentukan kehidupan rakyat juga dan rakyat tidak dapat berbuat apa-apa. Banyak sudah kebijakan yang mereka buat yang merugikan rakyat, dan banyak demo yang dilakukan, Tapi tetap saja mereka mengesahkan kebijakan tersebut dan rakyat tidak dapat berbuat apa-apa. Justru rakyat yang dihujani gas air mata karena demo-demo yang mereka lakukan. Bukankah itu bukti bahwa kekuasaan yang dipegang manusia itu berbahaya. Bahkan mereka yang mengendalikan semua hukum dan membuatnya.

Satu hal yang pasti adalah manusia itu tempatnya salah, khilaf, dan lupa, Sehingga, harusnya hukum dan sistem itu bukan dibuat oleh manusia. Karena pasti banyak cacatnya. Hukum yang sebenar-benarnya hukum itu dibuat oleh Sang Maha Pencipta. Allah Sang Maha Sempurna. Mana yang lebih bisa dipercaya, hukum manusia sedangkan manusia itu lemah dan terbatas. Atau hukum Allah yang meciptakan alam dan seisinya bahkan Allah juga yang menciptakan manusia.

Allah sudah mengatur hukum sedemikian rupa. Hukum tersebut Allah ciptakan untuk menyelesaikan segala permasalahan kehidupan di dunia ini. Dunia yang Allah ciptakan. Allah lah yang lebih tahu tentang dunia ini bukan manusia. Hukum-hukum Allah lah yang terbaik yang seharusnya diterapkan untuk kemasalahatan umat.

Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Nabi SAW bersabda: ‘Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat.” (HR Bukhari dan Muslim)




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar