Hepatitis Akut Melanda, Bagaimana Islam Menanganinya?


Oleh : Aas Asiyah

Tiga tahun sudah kita melewati wabah covid-19 dengan berbagai macam jenis variannya, memang kasus positif yang ada di negeri ini sudah sedikit berkurang, tapi tak bisa dipungkiri wabah ini belum bisa dinyatakan berakhir. 

Salah satu contohnya, kasus di kota Beijing, China yang menutup puluhan stasiun metro dan rute bus pada rabu, 4 Mei 2022 sebagai upaya menghentikan bertambahanya kasus penyebaran Covid-19. Reuters melaporkan, Beijing menutup lebih dari 40 stasiun kereta bawah tanah, sekitar sepersepuluh dari jaringan kereta, dan menutup 158 rute bus. (Tribungorontalo.com 5/5/2022 15:10 WIB) 

Dengan lusinan kasus baru setiap hari, Beijing berusaha menghindari penguncian penuh, seperti yang juga dilakukan Shanghai yang sudah melakukan lockdown sejak April 2022 lalu. 

Kasus Covid-19 yang belum jelas kapan selesainya, dunia kembali dihebohkan dengan munculnya kasus penyakit baru yaitu Hepatitis misterius yang muncul dibeberapa negara yang mengancam kesehatan masyarakat. 

Ada tiga pasien anak yang dirawat di RSPUN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta meninggal dunia dalam waktu yang berbeda dengan rentang dua pekan terakhir hingga 30 April 2022 dengan gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran. (Cnbcindonesia.com 08/22/2022 

Setelah WHO mempublikasikan kasus Hepatitis misterius ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), jumlah laporan kasus hepatitis terus bertambah, tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara. 

Penyebab dari penyakit ini pun masih belum diketahui, setelah dilakukan pemeriksaan labolatorium di luar negeri, penyebab penyakit Hepatitis misterius ini tidak sama dengan virus Hepatitis tipe A, B, C, D dan E. (Cnbcindonesia.com 08/05/2022) 

Melihat virus Hepatitis misterius ini yang mengancam kesehatan anak-anak tentunya menjadi bukti untuk ketidakmampuannya sistem yang berjalan saat ini, yaitu sistem kapitalis dalam menangani kasus kesehatan yang terjadi. 

Tak bisa dipungkiri dunia pun mengakui bahwa sebelumnya dalam penanganan virus Covid-19, sistem ini sudah sangat kewalahan. Pengambilan keputusan yang masih setengah-setengah dengan dalih ekonomi negara saat itu menjadikan penanganannnya tidak maksimal. Tampaknya titik kritis pandemi Covid-19 yang lalu belum menjadi pelajaran berharga, sehingga pada penyakit hepatitis ini pun masih banyak kebingungan dalam penanganannya. 

Bisa dibayangkan bukan, jika kasus Hepatitis misterius ini ditangani kembali oleh sistem Kapitalis, status yang tadinya hanya KLB pada penyakit ini akan berubah menjadi status yang lebih buruk daripada saat ini. 

Memang penyakit ini tidak seganas Covid-19, tapi melihat penyebaran penyakit Hepatitis ini yang cukup cepat bahkan sampai menyebabkan kematian, semua ini tidak bisa diabaikan begitu saja. 

Hepatitis akut sendiri adalah liver yang mengalami radang atau inflamasi. Hanya saja, penyakit ini terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung dalam jangka waktu yang singkat. Hepatitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi virus. 

Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman pun menanggapi hal ini. Menurutnya, pemicu penyakit Hepatitis akut ini masih dalam kajian. Di antaranya seperti Adenovirus atau dari Covid-19. Menurut Dicky upaya mitigasi berdasarkan hipotesa tadi tentu harus disampaikan pada publik. Dengan tujuan dapar mencegah korban lebih lanjut. Ia berpendapat jika hepatitis ini berisiko menginfeksi beberapa anak. Dan anak-anak Indonesia pun terhitung rawan, belum lagi dengan status imunisiasi yang menurun selama pandemi. Begitu pun dengan status gizi yang kurang baik bahkan sebelum pandemi Covid-19 terjadi. (Tribunnews.com 16/05/2022) 

Setelah masyarakat mengetahui akan bahayanya penyakit misterius ini, tak cukup melalui himbauan semata dari pemerintah untuk menjaga diri tapi yang sangat dibutuhkan saat ini adalah terjangkaunya biaya pelayanan kesehatan yang masyarakat terima. 

Tindakan pencegahan yang saling mendukung satu sama lain mulai dari lingkungan kecil seperti keluarga, masyarakat sekitar bahkan dalam ruang lingkup yang lebih besar sekalipun seperti negara sangatlah dibutuhkan. Tapi tentu saja tujuan ini tidak akan tercapai jika sistem kapitalisme yang mengedepankan asas manfaat masih diterapkan. 

Kesehatan adalah salah satu tonggak penting dalam membangun kualitas generasi bangsa. Kesehatan juga tidak seharusnya dikapitalisasi sebagaimana yang sudah terjadi selama ini. Kesehatan merupakan aspek penting yang harus diurusi sebaik-baiknya oleh penguasa dengan kebijakannya yang tepat dan memberi kemashlahatan kepada masyarakat. Sehingga masyarakatnya pun sehat dan mampu berkarya untuk negaranya. 

Tentunya semua itu hanya bisa diwujudkan dengan sebuah sistem yang dimana sistem itu dapat memberikan solusi secara tuntas dalam menangani setiap permasalahan umat, khususnya dalam pelayanan kesehatan ini. Dan pastinya sistem itu adalah sistem Islam yakni khilafah yang berasal dari Allah swt. 

Dalam Islam sendiri pengasuhan anak merupakan tanggung jawab orangtua, tanggung jawab ini bukan hanya sekedar memberikan kasih sayang tapi juga memberikan pendidikan yang terbaik, dan kebutuhan yang lainnya. Termasuk agar kesehatan anak terjamin dengan mengupayakan pemberian makanan yang sehat dan bergizi agar pertumbuhan anak bisa optimal. 

Selain itu memastikan kebersihan anak dan orangtua dengan rajin mencuci tangan baik itu setelah atau sebelum makan, setelah buang air dan sebagaianya. Selalu menyajikan makanan yang sehat, matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, tidak berkontak langsung dengan orang sakit dan selalu menjaga kebersihan dan melaksanakan protokol kesehatan. 

Dan ketika anak sakit maka orangtua wajib mengupayakan kesembuhan bagi anaknya. Segera membawa anak ke klinik kesehatan tanpa harus menunggu gejala penyakit itu memburuk. 

Tentunya masalah kesehatan ini tidak lepas dari peran negara. Dalam Khilafah kesehatan merupakan satu kebutuhan masyarakat yang wajib dipenuhi oleh negara. Islam pasti memberikan yang terbaik bagi umatnya. Dalam sistem ini pun  kesehatan masyarakat dijadikan instrument untuk menjaga nyawa manusia tanpa ada niat komersialisasi sedikitpun. 

Jika ada seorang ahli khususnya dibidang kesehatan, menemukan sebuah penemuan sebagai upaya pengobatan dan telah teruji, maka khilafah akan mengupayakannya supaya penemuan itu cepat dilakukan dan bisa menyalurkan manfaatnya kepada umat. 

Ketika sudah ada yang terinveksi, khilafah akan mengupayakan pelayanan dengan kualitas terbaik bagi pasien sampai pasien itu sembuh. Mulai dari perawatan, rumah sakit, dokter, perawat, obat-obatan, alat medis penunjang pengobatan akan pasien dapatkan dengan gratis. 

Khilafah akan mebiayai semua itu secara penuh, tentunya dana yang didapat berasal dari kas kepemilikan umum dari Baitul Mal. Inilah yang akan khilafah berikan dalam pelayanan kesehatan, khilafah akan menjaga nyawa manusia sebaik-baiknya.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar