Islamophobia Melanda, Posisimu Dimana?


Oleh : Anita Sya’ban (Lisma Bali)

Kejadian yang terjadi sepekan yang lalu nampak sebagai Islamophobia yang berulang. Penistaan pada sosok mulia panutan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Dikutip dari detikcom (13/6/2022), sejumlah umat muslim turun kejalan untuk memprotes komentar anti-islam yang dibuat oleh dua anggota Partai Nasionalis Hindu (BJP), Nupur Sharma dan Naveen Kumar Jindal. 

Komentar-komentar mereka sangat menyakiti kaum muslimin. Meskipun akhirnya partai yang sedang berkuasa di India tersebut mengeluarkan pernyataan bahwa komentar mereka bukan berasal dari partai, tetapi tetap saja mereka harus ditindak. Setelah sebelumnya Prancis pun melalui presidennya, Macron, menyatakan bahwa karikatur Charlie Hebdo yang menggambarkan Nabi Muhammad merupakan bentuk kebebasan berekspresi. 

Alih-alih gentar dan menghentikan aksi-aksi penghinaan tersebut, justru Islamophobia terus berulang terjadi. Tak hanya pada Baginda Rasulullah shallalahu alaihi wassalam, tetapi juga pada simbol-simbol, Al Qur’an dan ajaran Islam. Pimpinan negara-negara muslim hanya mampu mengecam hingga yang paling maksimal adalah memboikot produk-produk dari negara asal pelaku. 

Bila dibandingkan dengan apa yang dilakukan pemimpin kaum muslimin Sultan Hamid II amat nyata perbedaanya. Ancaman beliau terhadap Prancis yang kala itu akan menampilkan drama tentang kehidupan Nabi Muhammad, benar-benar mampu menghentikan pementasan tersebut. Para pelaku penistaan hendaknya dihukum, baik dia adalah individu, kelompok bahkan negara sekalipun. Namun kini siapa yang akan melakukannya? Umat ini masih terlelap kendati sudah mulai nampak tanda-tanda bahwa tidurnya tak lagi nyenyak. 

Terbukti benarlah apa yang disampaikan oleh Rasulullah, akan ada masa dimana kaum muslimin ibarat buih dilautan, jumlahnya banyak namun tidak berarti. Tiada pelindung dan pembelanya. Tapi seperti gelapnya malam jika gelapnya semakin pekat maka pertanda pagi akan segera datang. 

Tak perlu berkecil hati, jika kita mempercayai apa yang Rasulullah sampaikan adalah kebenaran, maka hendaklah kita berlomba berusaha menjadi bagiannya. Pantaskan diri kita sebagai pejuang dakwah. Kecil ataupun besar peran kita tetap akan dituliskan pada siapa kita memihak. Mengembalikan kehidupan Islam yang kaffah akan menghapuskan islamophobia itu hingga keakar-akarnya. Wallahu’alam bishowab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar