Islamphobia Merajalela Menjangkit Para Intelektual


Oleh : Evalasari, S. Pd.

Islamphobia yakni ketakutan  terhadap ajaran Islam yang semakin berkembang di negeri ini menjangkiti para intelektual. Seperti yang baru-barii ini terjadi  dalan tulisan seorang professor di sumuah universitas yang memacu kemarahan umat Islam karena berbau SARA dan mengarah kepada Islam padahal dia adalah seseorang yang berintelektual tinggi. Begini kutipan tuisan Profesor Budi Santoso professor di Universitas Teknologi  Kaliantan (ITK).

”Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pintar yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5 persen sisi kanan populasi mahasiswa. Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8, dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8.5, bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145, bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan, dan asisten lab atau asisten dosen. Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagaianya. Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi-posisi di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada dua cowok dan sisanya cewek. Dari 14, ada dua tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun.” (Fajar.co.id)

Tulisan ini viral terutama bagian “tidak ada satu pun dari mereka yang menutup kepala ala manusia gurun”. Hal ini jelas yang dimaksudkan beliau adalah muslimah yang memakai kerudung atau khimar. Hal ini sangat disayangkan ketika diucapkan oleh seorang yang intelektual dalam pandangan masyarakat namun hal yang dikatakannya kontroversional. Seperti kita ketahui di Indonesia sendiri mayoritas penduduknya adalah muslim, dan penutup kepala ala manusia gurun kan dikatakan Profesor Budi itu adalah kerdung yang mana bagian dari hukumsyara yang diperintahkan Allah untuk seluruk muslimah ketika keluar rumah sebagai alat untuk menutup aurat. Dan itu kewajiban dari Allah bukan dari manusia. Miris melihatnya semakin intelektual malah semakin tidak memahami hokum syara bahkan cenderung mengejeknya dengan kata-kata yang berkonotasi negatif.

Kemudian kata-kata yang tidak mengenakan juga ada pada kalimat sebelumnya “Tidak bicara rtisoal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagaianya” .Sangat menyakitkan kalimat-kalimat khas dari Islam terkesan dianggap remeh. Terlihat keangkuhannya terkesan bahwa orang yang pintar dari sisi akademik adalah orang-orang yang jauh dari agamanya.

Di system saat in memang tidak aneh lagi seorang yang intelektual tapi tidak faham masalah agama atau lebih jauhnya bukan hanya tidak faham mereka justru mengejek orang yang faham dengan agama Islam khususnya selalu berada dalam ketertinggalan versi mereka. Memang dalam system kapitalisme yang menjadi dasar adalah pemisahan agama dari kehidupan alhasil inilah kaum intelektual pada hari ini dengan leluasanya mereka mengolok-olok agama. Walaupun tidak semua kaum intelektual seperti itu tapi jumlahnya sedikit dibandingan dengan para intelektual yang bersikap seperti Profesor Budi Santoso tadi.

Berbeda halnya dengan system Islam bahwa seseoranga yang semakin pintar, semakin intelektual diiringi oleh pemahaman agama yang kuat, sehingga semakin pintar seseorang maka semakin tunduk ketaatannya kepada Allah dan takut kepada murkanya Allah, karena dia semakin bias melihat dengan keilmuannya tadi maha kuasa dan maha besarnya Allah dalam kehidupan ini. Contoh ilmuan- ilmuan di dalam Islam seperti  Ibnu Sina Karya fenomenal: Qanun fi Thib dan Asy Syifa, Al Farabi Karya fenomenal: Al-Madinah Al-Fadhilah dan Syarh Kitab al Sama' al Tabi'I li Aristutalis,  Al Khawarizmi Karya fenomenal: Al-Kitab al-Jabr wa al-Muqabalat, Jabir bin Hayyan Karya fenomenal: Al-Rahma al-Kabir, Al-Sabe'en, dan Al-Khams Mi'a,  Al Kindi Karya fenomenal: Risalah dar Tanjim, Ikhtiyarat al-Ayyam, dan Ilahyat-e-Aristu,  Al Battani

Karya fenomenal: Kitab al-Zij, Tsabit bin Qurra Karya fenomenal: Mukhtasar fi Ilmin Nujum, Kitab fi Thaba'il Kawakib wa Ta'tsiriha,  At Tabari Karya fenomenal: Firdous al-Hikmah, Kitab fi al-hijamah, Kitab fi Tartib al-'Ardhiyah, Al Asma'I Karya fenomenal: Berbagai kitab bidang zoologi misal Al Ibil, Al Farq, Al Khail, Abas Ibnu Firnas Karya fenomenal: Pelopor di bidang penerbangan, Al Dinawari Karya fenomenal: Kitab Al Nabat, Ar Razi Karya fenomenal: Kitab al- Mansoori, Al-Hawi, Kitab al-Mulooki, dan Kitab al-Judari wa al- Hasabah,  Al Biruni Karya fenomenal: Qanun i Masoodi dan Al Athar Al Baqia, Ibnu Haitham Karya fenomenal: Kitab Al Manadhir dan Mizan Al Hikmah., Al Zahrawi Karya fenomenal: Al-Tasrif.

Itulah sebagian ilmuan-ilmua Islam selain mereka menguasai sains sesuai bidangnya mereka juga memahami agama sebagai pondasi dasarnya, dan taat kepada Allah.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar