Oleh : Dewi Soviariani (Ibu dan Pemerhati Umat)
Bagai anak ayam kehilangan induk, nasib umat muslim di seluruh dunia sungguh memprihatinkan. Bersimbah darah dan air mata sudah menjadi pemandangan biasa yang menimpa mereka. Tak heran jika penghinaan nabi kerap terjadi dan kaum muslimin yang pada akhirnya menjadi korban. Kejadian tersebut sebagaimana diberitakan oleh REPUBLIKA.CO.ID, LUCKNOW. Kepolisian India mengumumkan pada Sabtu (11/6/2022), bentrokan antara umat Hindu dan Muslim di India timur memakan korban dua remaja pada Jumat (10/6/2022). Bentrokan ini buntut dari pernyataan menghina yang dilakukan pejabat Bharatiya Janata Party (BJP) kepada Nabi Muhammad SAW.
Tak sampai disitu kebrutalan juga terus menghampiri umat Islam India, mereka terus menerus mendapat perlakuan buruk atas insiden tersebut. Dikabarkan Wilayah utara Uttar Pradesh polisi mengatakan, telah menangkap 230 tersangka perusuh setelah kerusuhan menyebar di beberapa kota setelah salat Jumat. Muslim telah memprotes komentar menghina kepada Nabi Muhammad SAW dengan demonstrasi yang sering berubah menjadi kekerasan antara umat Hindu dan Muslim. Sungguh menyakitkan kejadian serupa sebelumnya sudah sering terjadi. Menurut beberapa komunitas Muslim minoritas melihat ini sebagai contoh terbaru dari tekanan dan penghinaan di bawah aturan BJP tentang berbagai isu mulai dari kebebasan beribadah hingga pemakaian jilbab. Kasus penghinaan nabi kali ini memakan korban jiwa dari kaum muslimin. Bahkan beberapa diantaranya menerima tekanan karena memimpin demonstrasi protes atas sikap penghinaan nabi oleh BJP. Rumah rumah mereka dihancurkan dengan alasan pembangunan ilegal. Kaum muslimah sendiri menghadapi pelecehan terhadap kerudung yang dikenakan. Buntut panjang dari kejadian ini menuai protes dibeberapa negara timur tengah. Arab, Kuwait dan Qatar mengecam dan melakukan aksi boikot produk India. Indonesia hanya bisa melakukan aksi kecam saja. Ketergantungan komoditas impor membuat Indonesia tak bisa menunjukkan keberpihakan dan pembelaan yang serius.
Malang nasib kaum muslimin sejak ketiadaan kepemimpinan umat, Penghinaan berulang terhadap kehormatan Islam dan kaum muslim, di sistem sekuler. Orang terbaik yang dipilih Allah Swt., Rasulullah Saw, dihina kembali. Di negeri yang menganut sistem sekuler kapitalisme, atas nama HAM seseorang bisa bebas bertindak sesuai dengan keinginannya. Jika kaum muslimin diam saja terhadap penistaan Islam dan penghinaan terhadap Rasulullah Saw, para pelakunya akan merasa aman. Hal ini wajar karena sistem sekuler kapitalisme yang menjadikan manfaat sebagai asas akan melahirkan kebebasan, yaitu kebebasan beragama, berpendapat, kepemilikan, dan bertingkah laku.
Hal ini tidak terjadi jika para penguasa muslim tidak berkhianat, kurang kesadaran, dan tidak lamban. Mereka merasa puas menjadi agen kolonial kafir Barat, merantai umat, menciptakan perkelahian di antara umat, bahkan memerangi umat dengan keras. Di sisi lain, mereka pengecut di depan musuh-musuh umat dan agamanya sendiri. Merekalah para penguasa negeri negeri muslim yang pertama kali harus bertanggung jawab karena telah melanggar syariat Allah dan Rasul-Nya. Beragam Tindakan protes dan boikot tidak mampu hentikan kecuali oleh negara yang berbasis syariat dan memiliki kekuatan menggentarkan rezim Hindu radikal di India. Serangan terhadap keyakinan kaum muslim ini hanyalah mata rantai dari agresi yang terus menerus, meluas, dan makin meningkat. Ini dimulai dengan penghancuran negara (Khilafah), terjadinya pembagian tanah kaum muslim, pertumpahan darah, penjarahan kekayaan, dan berakhir dengan penghinaan terhadap agama.
Fakta fakta yang terjadi terhadap beberapa negeri muslim lainnya yang mengalami penindasan seperti Palestina, Rohingya, Xin Jiang serta jatuhnya korban puluhan muslim terluka dan 2 pemuda syahid seharusnya menguatkan dorongan muslim Bersatu membangun kekuatan politik Islam (khilafah). Dari jalur al-Bara’ bin ‘Azib ra., Rasul saw. bersabda, “Lazawâlu ad-dunyâ ahwanun ‘alâ Allâh min qatli mu’minin bi ghayri haqqin.” (“Sungguh lenyapnya dunia lebih ringan bagi Allah dari pembunuhan atas seorang mukmin tanpa hak.”) (HR Ibnu Majah, Al-Baihaqi).
Pernyataan betapa agungnya nilai nyawa seorang mukmin tersebut juga memberikan pengertian dan dorongan untuk melindungi nyawa seorang mukmin dan mencegah agar tidak ada nyawa seorang mukmin di mana pun dan siapa pun yang dilenyapkan. Penjagaan atas nyawa sesuai ketentuan hukum-hukum syarak itu hanya bisa terealisasi dengan kekuasaan eksekutif yang melaksanakan hukum Islam dan berkhidmat untuk kepentingan Islam dan kaum muslim. Oleh karena itu, Islam mewajibkan kaum muslim untuk membaiat seorang imam, yang disifati oleh syarak laksana perisai yang akan menjadi pelindung. Islam memandang bahwa akidah dan syariat Islam adalah perkara penting yang harus eksis di tengah-tengah masyarakat, negaralah yang akan mewujudkannya. Atas dasar ini, negara tidak akan menoleransi pemikiran, pendapat, perbuatan, atau sistem hukum yang bertentangan dengan akidah dan syariat Islam, termasuk penistaan terhadap Rasulullah Saw.
Ø¥ِÙ†َّÙ…َاالْØ¥ِÙ…َامُجُÙ†َّØ©ٌÙŠُÙ‚َاتَÙ„ُÙ…ِÙ†ْÙˆَرَائِÙ‡ِÙˆَÙŠُتَّÙ‚َىبِÙ‡
”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll.) Hadis ini menjelaskan bahwa khalifah akan melindungi rakyatnya dari penghinaan terhadap Rasulullah Saw. dan menjaga akidah umat dengan mengontrol semua media sosial, media massa dan berbagai sarana, juga memberlakukan sanksi bagi orang-orang yang menghina Rasulullah Saw. dan ajaran Islam.
Maka tidak ada alasan lain untuk tidak mempersatukan umat dalam naungan khilafah, kehormatan Islam dan kaum muslimin akan terjaga dalam naungannya. Kesadaran umat untuk melihat fakta buruk yang terjadi harus segera dibangkitkan. Menyegerakan penerapan hukum-hukum Allah adalah solusi tuntas yang akan mencabut permasalahan kaum muslimin hingga ke akar akarnya. Inilah perisai yang dibutuhkan oleh umat untuk melepaskan diri dari cengkeraman kapitalisme global yang menjajah kehidupan kaum muslimin dan segera menggantinya dengan sistem Islam. Inilah saatnya untuk kita semua umat Islam bergandengan tangan bahu-membahu berjuang di tengah-tengah umat untuk mendakwahkan Islam. Sehingga, umat paham Islam dan rindu untuk menerapkannya dalam naungan Khilafah. Dengan diterapkannya sistem Islam, penghinaan terhadap Rasulullah SSaw tidak akan terulang kembali.
Wallahu a’lam bishshawwab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar