Oleh: Ratna Mufidah, SE
Amerika Serikat (AS) diguncang teror penembakan masal. Kejadian terbaru berupa penembakan brutal yang terjadi di Sekolah Dasar Robb, Texas pada Selasa (24/5/2022), menewaskan 14 murid dan 1 guru. Pelaku 18 tahun yang beraksi seorang diri tersebut akhirnya tewas di tembak polisi dan belum diketahui motif dari aksinya tersebut.
Penembakan masal yang berturut-turut dalam kurun waktu yang berdekatan menunjukkan pada bulan Mei saja setidaknya terdapat empat kasus. Di area supermarket, dalam dua tahun terakhir telah terjadi empat kali penembakan. Tiga kali di tahun 2021 dan pada bulan Mei ini juga terjadi penembakan di Supermarket di Buffalo, New York yang menewaskan 10 orang dengan motif rasisme dimana dilingkungan pelaku yang berusia 18 tahun tersebut sering terjadi penembakan oleh ras kulit hitam.
Adapun kasus sebelumnya adalah penembakan di area luar Restoran cepat saji di dekat Chicago Avenue dan State Street yang menewaskan 2 orang dan melukai 8 orang. Sebelum kasus tersebut, tertanggal 15 Mei ini sebuah Gereja California Selatan juga menjadi sasaran tembak pria 60 tahun yang belum diketahui motifnya, dimana telah menewaskan satu orang dan empat korban lainnya mengalami kondisi kritis.(medan.tribunnews.com, 18/5/2022)
Sering terjadinya kejadian penembakan masal di tengah publik dengan berbagai motif pelakunya tidak bisa dibenarkan. Hal tersebut membuktikan bahwa ideologi kapitalisme, sekularisme yang sedang diterapkan di negara tersebut telah gagal mengantarkan manusia mencapai fitrah kemanusiaannya, yaitu kehidupan yang tenang dan tenteram.
Kehidupan yang memisahkan agama dari kehidupan tersebut telah membuat manusia limbung dan tidak tau arah solusi yang tepat dalam mengatasi seluruh permasalahan hidup. Akibatnya, timbulah perilaku tak berperikemanusiaan tatkala manusia telah mengalami kebuntuan.
Teror di tengah area publik pun tak bisa dihindarkan manakala di AS sendiri merupakan negara yang membebaskan warga dewasanya membeli dan memiliki senjata api secara legal. Walaupun dengan berbagai aturan lain yang menyertainya termasuk aturan yang berbeda di tiap negara bagian, tetap saja tak bisa mencegah terjadinya tindakan teror dari warganya sendiri.
Sungguh mengerikan membayangkan negara nomer satu di dunia yang selama ini memosisikan dirinya sebagai polisi dunia bagi negara-negara lain namun ternyata di dalam negerinya sendiri terdapat banyak teror dari masyarakat sipil sendiri dengan berbagai motifnya. Artinya, keamanan dalam negeri di AS dalam hal ini patut mendapat sorotan.
Bagaimana mungkin negara yang selama ini menggembar-gemborkan HAM dan perdamaian dunia ternyata dalam negerinya sendiri terdapat banyak kejadian terorisme. Bahkan AS pulalah yang selama ini intens menyuarakan dan menuding “terorisme” pada umat Islam dan ajarannya sembari mempraktekan teror kepada negeri-negeri Muslim. AS telah menyerang Irak, Afghanistan serta berada di balik konflik-konflik negara Timur Tengah dengan dalih memerangi terorisme walau tanpa bukti namun telah menumpahkan darah ribuan umat Islam disana.
Kendati demikian, masih banyak saja umat Muslim yang menjadikan AS sebagai kibat negara berkemajuan dan silau dengan teknologi maupun gaya hidup mereka. Padahal, kemajuan teknologi yang dicapai suatu negara tak lepas dari penerapan ideologi dan kebijakan politik negara tersebut. Termasuk pula, ideologilah yang mewarnai kebijakan politisi maupun warna masyarakat suatu negara apakah menjadi perilaku yang luhur ataukah bobrok.
Sudah menjadi keharusan bagi kaum muslimin untuk menggali dari ideologi agamanya sendiri yaitu Islam untuk bangkit dalam kehidupan seraya tidak silau dengan kemajuan dunia Barat yang menghasilkan perilaku-perilaku kurang terpuji sebagaimana kasus maraknya penembakan masal di atas. Karena Islam sebagai agama sekaligus ideologi juga sudah pasti mampu mengantarkan suatu bangsa mencapai kemajuan kehidupan sebagaimana yang dicapai dunia Barat saat ini.
Tentu saja hal tersebut akan menjadi kenyataan bila sistem Islam diterapkan oleh Negara dalam mengatur seluruh aspek kehidupan saat ini, baik itu masalah politik, ekonomi, pendidikan, pergaulan dan sebagainya. Wallaahu’alamu bi ash showab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar