Indonesia Siap Menyongsong Endemi, Benarkah?


Oleh : Lili Marhaini (IRT)

Ahli kesehatan masyarakat Hermawan Saputra menyayangkan kebijakan pemerintah yang melonggarkan pembatasan di masa pandemi, terkait situasi kenaikan kasus Covid-19.

Menurut Hermawan, walau niatnya untuk menggerakkan kembali roda perekonomian, tetapi pelonggaran itu membuat masyarakat cenderung mengabaikan protokol kesehatan seperti tidak mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

"Yang kita sayangkan pemerintah terlalu excuse secara kebijakan. Sehingga sekarang ini kalau kita lihat mulai dari jalanan, orang berangkat dan pulang dari perkantoran, pemukiman, di tempat-tempat fasilitas pelayanan publik, tempat rekreasi, kuliner, dan lainnya hampir semuanya udah bebas," kata Hermawan saat dihubungi Kompas.com, Minggu (12/6/2022).

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada pekan lalu mengatakan, kenaikan kasus Covid-19 saat ini masih dalam taraf aman dan normal selepas peringatan hari raya.

Menurut Budi, saat ini, angka positivity rate di tingkat nasional berada di angka 1,15 persen sehingga kondisi kasus masih terjaga.

"Saya sampaikan ke masyarakat tidak usah terlalu khawatir-khawatir amat karena kenaikannya dari 300 ke 500," ujar Budi dalam jumpa pers pada Jumat (10/6/2022) lalu.

Lebih lanjut, Budi meminta masyarakat untuk tetap mewaspadai dan mengikuti perkembangan kasus Covid-19 dan disiplin menerapkan protokol kesehatan.(Kompas.com)


Kebijakan Asal-asalan Kapitalis

Selepas Hari Raya Idul Fitri Kita mulai terlena dengan kebijakan kelonggaran beraktivitas di luar ruangan tanpa menggunakan  masker.

Akibatnya banyak masyarakat yang bergembira hingga lupa bahwa Covid-19 masih tetap ada. Memang tidak banyak jumlah bertambahnya kasus dalam sehari, namun harusnya kita tetap waspada. 

Kebijakan kebebasan tanpa menggunakan masker saat di luar ruangan memang merupakan keputusan yang kurang tepat. Ditambah lagi alasan untuk memutar perekonomian di saat keadaan belum cukup aman. Belum lagi karakteristik masyarakat Indonesia yang cenderung abai dengan kebijakan yang dianggap sudah benar-benar longgar.

Perekonomian memang bisa saja mengalami perbaikan namun pasti hanya sesaat, karena jika pandemi kembali mengganas maka kita akan terjebak lagi dalam keterpurukan disegala aspek baik kesehatan maupun perekonomian.

Beginilah nasib hidup dalam bayang-bayang kapitalisme yang tidak pernah menjaga keselamatan manusia menjadi yang utama. Pendapatan dan keuntungan adalah hal pertama yang akan dijadikan acuan dalam bernegara oleh sistem kapitalisme. Tidak pernah peduli apakah rakyatnya sengsara atau sejahtera. Meningkatnya kasus corona tentu saja yang mendapatkan keuntungan adalah para pemilik usaha maupun industri yang berkecimpung dalam dunia kesehatan dan yang mengurusi pandemi ini. Bagaimana tidak, vaksin dan pengobatan akan terus dicari. Sementara rakyat akan terkena dampak buruknya.


Hanya Islam Hadirkan Solusi Tuntas

Sistem yang kita butuhkan harus mampu memberantas pandemi secara mengakar dan menyeluruh. Ketika wabah terjadi langsung melaksanakan aturan sesuai apa yang dikatakan oleh Allah SWT. Melakukan lockdown di tempat yang menjadi sumber pertama wabah terjadi namun tetap memberikan ketersediaan pengobatan dan kebutuhan harian bagi mereka. Melakukan pengecekan rutin kepada daerah sekitarnya maupun masyarakat yang mengalami gejala serupa tanpa dipungut biaya. Melakukan riset terhadap virus penyebab wabah hingga penanganannya ditemukan. Semua dilakukan atas dasar keimanan kepada Allah tanpa memikirkan untung rugi, melainkan lebih mengutamakan keselamatan nyawa rakyatnya.

Untuk itu kita tak perlu lagi  berharap endemi akan terwujud jika masih dalam penerapan sistem yang salah.Harusnya  Kita menyadari bahwa yang dibutuhkan adalah perubahan yang mampu memberikan kesejahteraan nyata untuk kita semua, bukan sebagian orang saja. Maka harusla dipahami bahwa dengan mewujudkan sistem Islam dalam naungan khilafah merupakan tujuan umat saat ini agar kesejahteraan yang diimpikan bukanlah impian semata.Allahu a'lam bisshowab []




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar