Bunuh Diri dalam Sistem Kapitalisasi


Oleh : Thoyibah (Muslimah Pejuang Peradaban)

Seorang pelajar lulusan SMA ditemukan tewas bunuh diri akibat overdosis alkohol dan beberapa obat dari psikiater. Setelah mengetahui dirinya tidak lulus Perguruan Tinggi Negri (PTN) favoritnya, pasalnya sebelumnya dia sudah bernadzar akan memberikan santunan kepada anak yatim bila lolos dan bunuh diri jika gagal. Berita ini pertama kali diuggal oleh akun twitter oleh akun @utbkfess dan diceritakan oleh kakak korban. Kasus bunuh diri pada pelajar bukan pertama kali ini terjadi, sebelumnya dikutip dari detik.com Seorang gadis bernama Mimi Daniati (19) asal Desa Adu, kecamatan Hu'u Kabupaten Dompu,NTB, nekat bunuh diri dengan menenggak racun serangga. Korban diduga stres karena tidak lulus di Perguruan Tinggi Negri di kota Mataram melalui jalur mandiri. Kasus bunuh diri akibat gagal ujian sendiri tak hanya terjadi di dalam Negri, di India contohnya dikutip dari Tribun Lampung.com lantaran menduga dirinya tak lulus ujian, sebanyak 25 siswa nekat bunuh diri. Jumlah 25 siswa bunuh diri terjadi dalam 10 hari. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah kematian akibat bunuh diri lebih tinggi daripada korban meninggal akibat HIV, malaria, kanker payudara atau kematian akibat korban perang dan pembunuhan. Bahkan setiap 40 detik terdapat 1 orang yang meninggal akibat bunuh diri atau setara denga 800 ribu orang setiap tahun. (suara.com).

Ini sekali lagi menjadi bukti nyata kegagalan Sistem Kapitalisme yang diterapkan di dunia saat ini dalam mengelola eksistensi orang-orang yang bernaung didalamnya. Dalam sistem Kapitalisme setiap Individu dibiarkan mencari jalan sendiri untuk kebutuhan hidup, sementara dalam sistem ini berlaku hukum rimba kapitalisme yang menghamba pada harta dan materi, kebutuhan hidup semakin sulit kebahagiaan hanya dipusatkan pada pencapaian nominal. Cepat atau lambat membuat orang mengalami depresi. Banyaknya kasus bunuh diri pada pelajar menjadi buktinyata kegagalan pendidikan sekuler kapitalis membangun kepribadian kuat pada pelajar, pasalnya sistem ini menjauhkan peran agama dari kehidupan. Sistem ini membentuk generasi berkarakter materealistik dan liberalis, standar kehidupan mereka berputar pada harta dan materi karena itu mental meraka mudah rapuh hanya karena kekurangan materi. Disamping itu sistem sekuler membangun masyarakat penuh tekanan hidup sulit mengakses kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Apalagi dapat dipahami bahwa sistem pendidikan saat ini menjadi barang komersil dimana pendidikan yang berkualitas hanya bisa dinikmati oleh orang kaya saja, smentara yang berpenghasilan menengah kebawah harus bersaing mendapatkan pendidikan murah yang jumlahnya masih sedikit.

Berbeda dengan sistem Islam yang menjadikan kepribadian Islam sebagai inti dari sistem pendidikan, menjamin akses pendidikan bagi semua Warga Negara dan menjadikan masyarakat yang kokoh dan sejahtera. Akses pendidikan dalam islam adalah akidah islam pendidikan dalam islam bertujuan menguasai tsaqofah islam membentuk kepribadian islam juga menguasai ilmu kehidupan. Hal ini menjadikan peserta didik dalam pendidikan islam  menjadi sosok yang shalih karena menstandarkan kebahagiaan pada Ridho Allah. Negara khilafah bertanggung jawab penuh dalam mengarahkan potensi anak didik dan calon intelektual serta mengupayakan agar pendidikan diperoleh rakyat secara mudah. Dalam politik ekonomi Negara Khilafah memberikan perhatian besar terhadap pemenuhan pokok tiap warga negaranya. Rosulullah saw bersabda "Cukuplah seseorang itu dianggap berdosa (bila) menelantarkan orang yang wajib ia beri makan" (HR. Abu Dawud). Begitu pula seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan. Pemenuhan atas itu semua dijamin oleh khalifah sebagaimana yang diajarkan oleh Rosulullah Saw dalam menjamin pendidikan rakyatnya, rosul mewajibkan tawanan perang mengajarkan kaum muslimin sebagai tebusan pembebasan mereka. Dalam khilafah dipastikan todak ada anak-anak yang putus sekolah atau kuliah, karena semua anak dari  kelas sosial dapat mengakses pendidikan. Negara yang membayar para pengajarnya seperti ya g terjadi pada masa kegemilangan islam. Khalifah Al-Hakam 2 pada 965 M membangun 80 sekolah umum di Cordoba dan 27 sekolah khusus bagi anak-anak miskin, sungguh luar biasa kebijakan khalifah dalam menjamin keberlangsungan pendidikan setiap warganya, menggratiskan biaya pendidikan merupakan kebijakan yang manusiawi yang mana kebijakan seperti ini hanya bisa diterapkan dalam naungan Khilafah Islamiah bukan dalam sistem kapitalisme saat ini. Wallahualam bisswahab



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar