Oleh : Iis Kurniawati, S. Pd
Beberapa waktu lalu kita dikejutkan dengan kasus perudungan ekstrim terhadap seorang siswa di Tasikmalaya. Siswa tersebut akhirnya harus meregang nyawa akibat bullying ekstrem teman sebayanya sendiri. Korban perundungan tersebut berusia 11 Tahun. Siswa tersebut mengalami depresi hingga sakit keras dan akhirnya meninggal dunia setelah dipaksa meyetubuhi kucing oleh teman sebayanya.
Kasus perundungan di Tasikmalaya beberapa waktu lalu sebetulnya bukan kasus baru. Data KPAI pada tahun 2022 ada 226 kasus kekerasan fisik, Psikis, termasuk perundungan. Regional.komps.com. Kasus-kasus serupa tak hanya terjadi di tahun 2022 saja, namun terjadi juga di tahun-tahun sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, alih-alih kasusnya hilang atau berkurang, justru malah semakin bertambah dari tahun ke tahun. Untuk kasus perundungan yang terjadi di Tasikmalaya sendiri polisi tengah mendalami kasusnya. Lima belas orang tengah diperiksa termasuk keluarga korban dan anak-anak yang berada di lokasi perundungan, perekam hingga pengunggah video. Polisi tampak hati-hati dalam menyelesaikan kasus ini, karena melibatkan anak di bawah umur. www. Kompas.tv
Ditengah maraknya pemberitaan oleh kasus perundungan yang terjadi di Tasikmalaya, berkembang pula fenomena lain di tengah masyarakat khususnya di kalangan generasi muda, yakni munculnya racun Citayam Fashion Week (CFW). Terlepas dari masalah kreativitas anak muda CFW sendri sejatinya potret dari pemuda yang mengalami krisis jati diri, yang merupakan korban dari kemiskinan sistemik dan gaya hidup liberal. Aktivitas yang mereka lakukan sangat jauh dari identitasnya sebagai seorang muslim, dimana mereka mengumbar aurat, laki-laki dan perempuan bebas bercampur baur atau ikhtilat, melanggar batas-batas keharaman yang ditetapkan syariat, bahkan terlihat beberapa pasangan LGBT yang dengan bebas memamerkan hubungan terlarang mereka seolah tengah mengkampanyekan bahwa hubungan yang mereka lalui adalah sesuatu yang normal dan masyarakat digiring untuk dapat menerima pilihan orientasi seksual menyimpang mereka Naudzubillah. Fenomena kerusakan generasi menimbulkan keprihatinan dan kekhawatiran di tengah masyarakat saat ini.
Demikianlah parah dan rusaknya persoalan generasi muda kita saat ini. Munculnya berbagai fenomena kerusakan generasi saat ini seharusnya dijadikan peringatan bahwa saat ini kita tidak sedang dalam kondisi baik-baik saja. Berbagai problematika yang menimpa generasi muda saat ini merupakan buah dari diadopsinya sistem yang gagal yakni sistem sekulerisme kapitalistik. Dimana dengan diadopsinya sistem kapitalisme yang serba bebas dan materialistik membuat para remaja bebas mengekspresikan diri, sehingga masalah LGBT, pergaulan bebas, aborsi, perundungan, putus sekolah dan memilih mencari ketenaran demi meraup materi dengan cara instan menjadi pilihan yang diambil para remaja sekarang. Sistem kapitalisme juga menjadikan fungsi pendidikan di tengah keluarga semakin lemah. Negara tidak mampu mewujudkan generasi yang beriman, bertaqwa dan berakhlaqul karimah, yang taat dan patuh pada perintah Allah SWT. Potret pemuda saat ini seolah hilang jati diri, hilang rasa malu, dan hilang rasa takut kepada Allah SWT. Tanpa ragu mereka melakukan aktivitas yang bertentangan dengan syariat Islam berlindung di balik nama kreativitas dan kebebasan berekspresi. Yang keduanya itu merupakan bagian dari produk sistem kapitalisme dan demokrasi.
Lebih mirisnya lagi, di tengah fenomena kerusakan generasi muda yang terjadi saat ini, negara kurang berperan untuk hadir dan menyelesaikan setiap permasalahan. Negara yang mengadopsi sistem sekuler kapitalisme hanya mengeluarkan pernyataan yang normatif misalnya dengan menyatakan memberi beasiswa, memfasilitasi tempat untuk fashion week, dan menganggap hal tersebut sebagai sebuah kreativitas, Untuk kasus perundungan sendiri hanya keluar sebuah pernyataan yang menyeru bahwa perlunya kerjasama dari orang tua, sekolah, tenaga pendidik, dan masyarakat untuk mengantisipasi terjdinya perundungan. Tidak ada peran negara yang disebutkan padahal hakikatnya diperlukan peran negara untuk membuat kebijakan yang menghasilkan perubahan arah orientasi dan pembinaan generasi. Kebijakan yang saat ini diambil tidak dapat menyelesaikan masalah sampai ke akarnya, sebaliknya solusi-solusi yang ditawarkan hanya bersifat parsial. Bahkan tak jarang justru menimbulkan permasalahan baru dan menjadikan generasi muda mengalami krisis jati diri yang semakin dalam. Padahal Sejatinya generasi muda saat ini membutuhkan contoh dan teladan terbaik dari orang tua, lingkungan serta kehadiran sebuah sistem yang dapat mengarahkan potensi pemuda untuk kemajuan bangsa dan tegaknya peradaban manusia yang mulia. Mencetak generasi yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Penyimpangan demi penyimpangan yang terjadi di dunia remaja saat ini adalah bukti nyata dari pembajakan dan pengrusakan potensi generasi muda secara sistemik. akibat para remaja tidak menyadari bahwa ia diciptakan oleh Allah dan tidak paham untuk apa ia hidup di dunia. sehingga muncul kebingungan dengan jati dirinya tanpa mengetahui makna hidup. Sekulerisme memisahkan agama dari kehidupan, sehingga generasi muda termasuk remaja muslim semakin dijauhkan dari agamanya. Bagi mereka agama hanya sebatas ibadah ritual saja tidak mengatur seluruh aspek kehidupan.
Remaja muslim seharusnya difahamkan bahwa mereka hidup di dunia semata-mata dalam rangka untuk beribadah kepada Allah Swt. Sebagaimana Allah Swt. berfirman “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.“ (QS Adz-Dzaariyaat:56). Setelah mereka memahami makna hidup, maka mereka menyelaraskan hidupnya untuk senantiasa terikat dengan aturan Allah. Remaja membutuhkan dukungan dan teladan dari orang tua dan orang dewasa lainnya termasuk dukungan sistem dalam wadah institusi negara yakni daulah islam. Tak ada sistem dan institusi negara yang terbaik selain institusi negara yang tegak di atas landasan akidah islam yang menerapkan syariat islam secara menyeluruh dalam kehidupan. Dalam naungan islam akan mewujudkan individu, pemikiran, perasaan, dan aturan yang sama diterapkan di tengah masyarakat agar senantiasa terikat dengan syariat islam.
Dalam daulah islam untuk mewujudkan generasi yang mulia maka ada tiga pihak yang harus melakukan perannya berjalan dengan baik yakni orang tua dan keluarga dimana prinsip-prinsip aqidah islam dan hukum syara ditanamkan secara kokoh dalam lingkungan keluarga, sehingga tergambar tujuan hidup generasi muda menuju arah kemulian hidup, kemudian masyarakat yang menjalankan amar ma`ruf nahi munkar yang akan berperan sebagai kontrol, selain itu masyarakat dalam daulah islam menjadikan tolak ukur keberhasilan dan kebahagiaan adalah menggapai ridha Allah bukan materialistik sebagaimana dalam sistem kapitalisme, sehingga arah orientasi generasi muda adalah aktivitas yang mendatangkan ridha Allah SWT. Dan yang terakhir adalah negara. Dalam daulah islam negara senantiasa akan memastikan setiap warganya termasuk para pemuda untuk senantiasa terikat pada syariat islam dan menerapkan sistem pendidikan islam, dimana output generasi yang dihasilkan bersyakhsiyah islam dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi yang mumpuni. Selain itu negara juga akan menerapkan sistem ekonomi islam yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Demikianlah daulah islam menyelesaikan setiap problematika kehidupan, suatu solusi yang sistemik menyelesaikan hingga akar masalah. Dengan demikian tidak ada solusi terbaik selain datang dari islam aturan yang paripurna dari pencipta yang maha sempurna. Oleh karena itu mari kita rapatkan barisan menjadi bagian dalam penegakkan Syariah kaffah dalam naungan Daulah Islam.
Wallahu A`lam Bishawwab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar