Oleh: Lindawati (Jembrana-Bali)
Masih menjadi perbincangan hangat di seluruh media tentang kasus tembak menembak antar polisi. Terseret banyak nama dalam kasus tersebut, mulai dari Kadiv Propam, Brigadir, Bharada, Polwan, istri sah, ART, serta sejumlah pihak yang entah berapa jumlahnya. Dari kasus tersebut, semuanya pasti saling mengenal. Bahkan dikatakan bahwa mereka adalah sahabat dalam profesinya.
Namun ternyata, meski hidup saling berdampingan dan seringkali bertemu, tidak menjadikan mereka hidup tenang. Ada rahasia besar dan saling berusaha untuk menutupinya. Alhasil, ketika rahasia itu terbongkar, bom waktu pun meledak. Terjadilah pertikaian hingga terjadi baku tembak dan menewaskan salah satunya.
Setiap orang pasti mempunyai teman, dimanapun ia berada dan bagaimanapun keadaannya. Bagi seorang muslim, bilamana dalam berteman, pasti ada adab dalam berbicara, ada adab pula dalam bertindak. Adanya adab tersebut bukan karena dia bertemu dengan sesama manusia, tetapi memang begitulah Islam mengajarkan.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan yaitu cermat memilih orang dalam berteman. Utamakan memilih teman yang sesama orang mukmin. Pergaulan dengan orang mukmin itu memang perlu, karena nantinya akan mempengaruhi pola pikir dan pola sikap kita.
Sikap memilih teman telah Rasulullah jelaskan di dalam hadist beliau yang artinya, “Pemisahan teman yang baik dan yang buruk, ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya dan kalau tidak, engkau tetap akan mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan seorang pandai besi, bisa jadi percikan apinya dapat mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asap yang tak sedap” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).
Dalam pertemanan hendaklah berbicara dengan baik, lemah lembut, berpakaian dengan baik, tidak memotong pembicaraan, menghindari debat, saling menasehati, saling menjaga rahasia dan saling mendukung satu sama lainnya dalam hal kebaikan. Semua ini dilakukan dengan niat lillahi ta’ala mengharap pahala. Jika sudah demikian, maka tidak ada kata bermuka dua atau serigala berbulu domba lagi. Inilah mengapa seorang mukmin harus benar-benar selektif dalam memilih teman, lingkungan pergaulan, termasuk lingkungan pekerjaan.
Wallahu a’lam bish showab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar