Makna Hijrah di Bulan Muharam


Oleh : Windha Yanti, S (Aktifis dan Pemerhati Sosial)

Seakan waktu berjalan begitu cepat, tak terasa kita sudah memasuki bulan muharam, bulan yang memiliki banyak makna dan peristiwa di dalam Islam. Namun bulan muharam ini sangat kental dengan makna hijrah, sebagaimana Rosulullah hijrah dari mekah ke madinah.

Namun makna hijrah hari ini menjadi sangat sempit, seiring menjauhnya kaum muslim dengan ajarannya yaitu Islam. Hijrah hanya dikenal ketika seseorang mampu meninggalkan masa lalunya yang penuh dosa, menjadi lebih baik, atau  perpindahan dari satu wilayah kepada wilayah lainnya.

Sehingga hijrah saat ini hanya sebatas perubahan individu maupun sebuah kelompok, tanpa mengupas makna hijrah yang dicontohkan teladan kita baginda Muhamad SAW. Sehingga hijrah yang seperti apa yang kita butuhkan saat ini.

Namun jika kita melihat kondisi negri ini yang memilukan, kejahatan dan pergaulan bebas menjadi makanan sehari hari, sampai terbiasa melihat pemandangan yang tak wajar, ketika ibu membunuh anak, ayah menggauli anak dan manusia saling menjatuhkan. Maka tidak akan cukup jika kita hanya hijrah secara individu.

Sebab ketaatan individu jika tidak didukung oleh masyarakat dan negara, maka tidak akan berdampak apa apa terhadap negri ini, ketika kita mampu menciptakan keluarga yang solih, namun di masyarakat terbiasa dengan segala kemaksiatan, dan pemerintahpun membiarkan, maka tidak akan terjadi perubahan.

Muharam adalah penanda bulan pertama dalam kalender hijriyah, muharam memiliki makna dan peristiwa penting dalam sejarah Islam, bukan hanya dilarangnya peperangan dibulan ini, namun kisah hijrah Risulullah SAW  dari mekah ke madinah adalah pelajaran besar dimana sebuah kekufuran harus ditinggalkan secara total, dimana madinah menjadi wilayah pertamah yang diterapkannya aturan Islam secara total.

Kemudian madinah menjadi titik awal kegemilangan peradaban Islam hingga 13 abad lamanya, dimana Rosulullah menjadi Kholifah atau pemimpin pertama dalam Sistem Islam, kemudian diteruskan oleh para sahabat dan khulafaur rasyidin.

Semenjak diterapkannya aturan Islam di madinah, wilayah kekuasaannya terus melebar hingga menembus dua pertiga dunia, semenjak itu pula kehidupan kaum muslim sejah tera hingga  melahirkan banyak ilmuan muslim, dan bermunculannya perguruan tinggi yang berkualitas juga mewah.

Semua kebutuhan dasar rakyat dijamin oleh megara, sehingga rakyat sangat mudah mendapatkan pendidikan secra gratis dan lapangan pekerjaan yang memadai, kemudian pengobatan secara layak. Semua itu diberikan secara cuma-cuma oleh seluruh warga Daulah Islam tanpa kecuali, sekalipun non muslim.

Itu semua bisa terjadi, sebab kekayaan alam hanya dikelola oleh negara, tidak akan dibiarkan individu mengelola yang menjadi kebutuhan dasar rakyat, seperti bahan bakar, minyak goreng, padi, garam dan lain lain. Negara tidak boleh berbisnis mengambil keuntungan dalam distribusi kebutuhan rakyat, karna fungsi pemimpin adalah mengurusi urusan umat.

Tidakkah kita menginginkan kehidupan yang begitu sejahtera, damai, aman dan penuh keberkahan? Sudah saatnya kaum muslim hijrah secara politik, meninggalkan aturan yang batil, menuju aturan Islam yang paripurna. Seperti firman Allah dalam surat Al A'rof  96

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Terjemahan :

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.


Wallahu'alam




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar