Amanah Bukan Sekadar Kata


Oleh: Lindawati (Jembrana-Bali)

Di tengah beragam krisis ekonomi yang menimpa rakyat, rencana pembangunan Ibu Kota Nusantara akan tetap dilanjutkan. Maka tidak aneh jika rakyat sering mendengar pernyataan politisi dan pejabat negara yang meminta rakyat untuk berjuang sendiri.

Saat ini banyak sekali rakyat yang tidak mampu, bahkan tidak mempunyai saudara atau hanya sekadar makan seadanya. Seharusnya disinilah peran pemimpin sangat diperlukan untuk mensejahterakan rakyat agar tidak kesusahan dan kelaparan.

Memang, mengurusi rakyat yang begitu banyak jumlahnya bukanlah perkara mudah. Namun meski demikian, rakyat bukan beban. Rakyat adalah amanah. Rakyat harus dilindungi dengan aturan yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Bahkan tidak ada batasan dalam meriayah urusan rakyat, kecuali batasan itu adalah kematian. Hanya dengan kematianlah amanah itu selesai dibebankan kepada seorang pemimpin. Pemimpin bukan hanya sekedar membantu rakyat dengan pencitraan yang ada, tetapi harus ikhlas jiwa raganya.

Amanah itu sangat berat, kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Ada berapa banyak rakyat yang akan mengadukan kepemimpinan yang buruk kepada Allah jika sampai kematian itu datang, para pemimpin ini belum juga menunaikan amanah dengan baik. Sungguh, membayangkannya pun tak sanggup. Pasti hari pembalasan itu nyata adanya. 

Demikian susahnya berada di sistem kapitalis saat ini. Para pemimpin hanya mementingkan diri sendiri tanpa menghiraukan rakyat yang berada di dalam kepemimpinannya. Bahkan mereka masih mampu mempertahankan pencitraanya demi langgengnya kekuasaan dan terjaga wibawanya.

Tidak akan mungkin mendapatkan pemimpin yang amanah jika sistem yang dipakai juga tidak amanah. Mereka hanya memakai kata amanah demi menutupi  kebobrokan yang ada. Maka, jika menginginkan perubahan revolusioner, tentu diperlukan sistem pembanding yang lebih dominan dan terbukti bisa menuntaskan segala problem kehidupan manusia. Sistem Islamlah satu-satunya jawaban atas problem umat saat ini.

Wallahu a’lam bish showab.



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar