Kekeringan di Indonesia Meluas, Islam Periayah yang Tuntas


Oleh : Darni Salamah (Aktivis Muslimah Sukabumi) 

Kondisi beberapa wilayah di Indonesia kini tengah dilanda kekeringan. Tentu hal tersebut berdampak pada kelangsungan hidup masyarakat.  Seperti di Lombok Timur misalnya, warga terpaksa harus membeli air bersih seharga 50 ribu rupiah setiap minggu. (Tribunnews.com, 22/09/10). Begitu pun kekeringan yang melanda Jawa Timur yang  berimbas pada  penurunan produksi padi (Sabaya.suara.com yang dimuat pada 22/09/03). 

Tak dimungkiri kekeringan yang melanda di sebagian wilayah Indonesia kini, tidak hanya berdampak pada sektor pertanian saja, tetapi juga berpengaruh pada kemerosotan ekonomi masyarakat. Terlebih, kondisi kekeringan di wilayah Indonesia kian berulang tanpa mendapat kebijakan penyelesaian yang serius dari pemerintah. 

Faktor alamiah dan faktor antropogenik menjadi penyebab masalah kekeringan yang tak kunjung mendapat solusi dari pemerintah. Faktor alamiah yang disebabkan karena pasokan air permukaan dan air tanah tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman pada waktu tertentu, karena perubahan iklim yang tak  menentu. 

Diperparah dengan kekeringan yang menyebabkan kelangkangaan air disebabkan karena faktor antropogenik di mana manusia tidak patuh terhadap aturan. Seperti maraknya korporasi yang menguasai sumber-sumber mata air dan  dijadikan sebagai lahan  perusahaan air minum kemasan, serta pengalihan fungsi hutan yang menjadi lahan industri. Pada akhirnya bencana itu berbalik kepada manusia itu sendiri. Kondisi ini tidaklah heran di sistem kapitalisme karena mereka (para kapitalis) akan mengeruk keuntungan sebanyak mungkin tanpa melihat dampak buruk yang ditimbulkan. Pada akhirnya masyarakat saja yang menjadi tumbal keserakahan para kapitalis. 

Jika ditelaah hal   tersebut bertentangan dengan sistem Islam. Hal yang mesti direnungkan, "Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” [QS. Al-A’raf: 96]

Bisa jadi zalimnya pemerintah karena mengabaikan aturan Islam sehingga banyaknya problematika yang sistemis terjadi tanpa henti. Di saat sistem demokrasi tak mampu mengatasi masalah negeri, sudah semestinya Indonesia yang mayoritas Islam terbanyak di dunia bermutasi pada sistem Islam. 

Sistem Islam sendiri mempunyai penyelesaian masalah yang solutif terhadap kekeringan juga pengelolaan air. Khilafah  Secara teknis dan keahlian dengan serius akan melakukan beberapa hal: 
Pembentukan Badan Meteorologi  Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dari tim terbaik di seluruh dunia.
Khalifah memerintahkan BMKG untuk melakukan kajian secara menyeluruh, cermat, akurat, untuk melakukan penataan iklim, kondisi cuaca, potensi panas, hujan, dan termasuk dampak pemanfaatan untuk tanaman. Dari hasil kajian inilah khusus kekeringan misalnya ditemukan bahwa faktor penyebab kekeringan itu adalah: 
Penyimpangan iklim yang menyebabkan produksi uap air dan awan di Indonesia bervariasi, dari kondisi tinggi ke rendah atau bahkan sebaliknya. 

Gangguan keseimbangan hidrologis yang terjadi karena degradasi daerah aliran sungai terutama bagian hulu yang mengganggu peresapan air. Kerusakan hidrologis daerah tangkapan air bagian hulu yang menyebabkan bagian waduk dan hulu yang terisi sedimen sehingga kapasitas tampung air musim hujan sedikit. Rendahnya cadangan air waduk yang disimpan pada musim hujan.  

Kekeringan agronomis akibat kebiasaan petani menanam dengan ketersediaan air yang terbatas. Biasanya terjadi di daerah irigasi tadah hujan, gardu air, dan endemik kekeringan. BMKG akan mengatur rekayasa dan solusi yang dibutuhkan jika menghadapi kondisi ekstrem baik yang bersifat jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Hasil kajian riset dan rekomendasi BMKG inilah yang akan ditindaklanjuti oleh khalifah.  Rekayasa dan solusi untuk mengatasi kekeringan ini juga bisa dibedakan menjadi dua. Ada yang terkait dengan teknis akademis dan keahlian, serta non-teknis. 

Untuk kategori yang pertama, kekeringan bisa ditanggulangi dengan cara:  Mengedukasi masyarakat melalui penyuluhan secara langsung maupun tidak langsung  dengan tujuan  menyadarkan dan melibatkan masyarakat dalam upaya secara sistematis dan terencana.
Negara membersamai masyarakat untuk  membangun, merehabilitasi, dan memelihara jaringan irigasi. Termasuk waduk-waduk, dengan kincir air dan mesin penggerak air di sejumlah titik yang dibutuhkan untuk masing-masing wilayah di seluruh dunia.
Negara bersama masyarakat memelihara konservasi lahan dan air termasuk hutan lindung, daerah resapan air agar tetap pada fungsinya. 
Negara memberikan bantuan penuh sarana produksi berupa pupuk, pompa, kepada masyarakat. Juga negara bertanggung jawab mengembangkan budi daya hemat air.

Adapun secara  klimatologis negara Khilafah akan melakukan berbagai penyebaran informasi prakiraan iklim lebih akurat, berdasarkan wilayah tertentu. Membuat kalender tanam, menerapkan, serta memantau peta rawan kekeringan melalui data interpretasi yang disosialisasikan melalui media di seluruh dunia. 

Secara non-teknis, khalifah juga akan memimpin masyarakat untuk memohon kepada Allah Swt. untuk melakukan salat istisqa memohon hujan di waktu-waktu mustajab. Sama seperti halnya yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. pada saat kekeringan yang melanda Kota Madinah. Penyelesaian masalah kekeringan baik secara teknis dan non-teknis tersebut tentu akan lebih mudah teratasi apabila negara dan masyarakat menerapakan sistem Islam. Sebab hanya sistem syariatlah yang mampu menurunkan keberkahan dari langit dan bumi.

Wallahualam bissawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar