Oleh : Mira Ummu Abdan (Aktivis Lisma Bali)
Di bulan Agustus 2022 lalu negeri ini berusia 77 tahun usia yang semakin udzur, namun berbanding terbalik dengan keadaan rakyatnya mulai dari persoalan kemiskinan, kriminalitas yang tumbuh subur mulai dari korupsi, pelecehan seksual, kejahatan dimedia sosial, hingga naiknya kebutuhan pokok. Padahal realitasnya negeri ini diberikan rahmat oleh Allah dengan sumber daya manusia yang melimpah serta sumber daya alam yang masih banyak.Namun pengelolaan yang dilakukan dengan sistem kapitalisme hal itu justru bukanlah sebagai sumber kesejahteraan dan keadilan melainkan hanya dirasakan oleh para kapitalis (pemilik modal) dan penguasa saja.
Bukanlah sebuah kebanggaan dalam merasakan kemerdekaan jika kemiskinan yang masih menonjol, keadilan yang timpang dalam segala hal. Bahkan perayaan-perayaanpun sebatas hiburan yang melupakan sejenak persoalan dinegeri ini, setiap kegiatan-kegiatan kemerdekaan sebatas motivasi semangat dan ceremonial belaka, setelah itu kembali melihat kenyataan pahit.
Bangsa ini bahkan bangsa didunia lain merasakan dampak pandemi, bahkan berdampak pada ekonomi dan kesehatan rakyatnya. Meskipun makna kemerdekaan 77 tahun dengan diksi pulih lebih cepat bangkit lebih kuat namun kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah justru bukannya pulih dan bangkit melainkan keresahan dan memunculkan kemiskinan baru.Misal mahalnya kebutuhan pokok. Akan naiknya BBM. Bukankah dengan begini jusru perlahan rakyat semakin sulit dan sakit.? Bermimpun buat pulih dan bangkit tentu sulit.
Berharap kemerdekaan yang tidak hanya fisik dan non fisik itu hanya semu, sebab sejatinya sistem kapitalisme walaupun dibalut atas nama negeri Pancasila, namun menimbulkan kerusakan yang sangat parah.Misal demi kepentingan para kapital dalam membuat perumahan-perumahan yang mengorbankan perlindungan terhadap lingkungan sehingga menimbulkan bencana demi bencana. Sebab kemerdekaan yang diberikan oleh para penjajah dahulu kala. Hanya sebatas fisik, akan tetapi secara konsep bernegara merujuk pada barat atau sistem kapitalisme itu sendiri.
Jadi jelas bahwa kapitalisme yang dijalankan negeri ini berbaju Pancasila justru memberikan kemerdekaan yang semu.Keinginan negeri ini buat ke arah lebih baik sebatas angan-angan. Negeri ini senantiasa mendatangkan kegelapan kepada sebagian besar penduduknya sebab utang yang tak kunjung selesai justru semakin bertambah dengan ambisius pembangunan yang membebani APBN negeri ini. Dengan alibi pemerataan pembangunan justru menambah penarikan bagi rakyat melalui pajak dan ketergantungan investasi dari negara lain. Demi pengusaan SDA negeri ini. Sehingga apa yang tertuang pada pasal 33 dalam Undang-undang tak ayal sebatas teori. Penguasaan air, bumi dan laut dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyay tidak ada wujudnya. Akan tetapi, diperuntukkan oleh kalangan borjuis. Oleh karena itu jika negeri ini ingin merdeka secara hakiki haruslah kembali kepada pemilik negeri ini yaitu Allah swt. yang akan menjadikan negeri yang baik negeri yang senantiasa dalam ampunan dan kasih sayang Allah bahkan berkahnya tidak hanya dibumu tapi juga sampai langit. Allahu 'Allam Bishowwab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar