Tragedi Kanjuruhan Akibat Fanatisme Golongan


Oleh : Nikita Sovia, S.Pd

Dilansir dari REPUBLIKA.CO.ID bahwa pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya menimbulkan duka mendalam bagi dunia pesepakbolaan Indonesia. Ratusan Aremania dinyatakan meninggal dunia dan lainnya mengalami luka-luka akibat kejadian ini.

Kesedihan dan kemarahan kembali menyeruak di hati masyarakat khususnya warga Malang Raya menyaksikan peristiwa tragis pasca pertandingan sepak bola Persebaya vs Arema di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Sabtu malam, 1 oktober 2022. 

Tragedi tragis yang memakan korban meninggal mencapai 131 jiwa, 35 di antaranya anak-anak bahkan diprediksi korban meninggal lebih dari itu. Korban jiwa diperkirakan lebih dari yang berhasil di data. Belum lagi korban luka-luka yang sampai saat ini masih di rawat di RSUD Kanjuruhan mencapai 91 orang dengan luka ringan, sedang, hingga berat. 

Akibat gas air mata yang ditembakkan aparat kepolisian kepada suporter yang turun ke lapangan, bahkan juga ditembakkan ke arah penonton yang ada di tribun membuat penonton panik dan kalang kabut menyelamatkan diri karena efek pedas pada mata dan sesak nafas. Mereka yang di lapangan lari mencari pintu keluar untuk menjauhi asap gas air mata, begitu juga suporter yang berada di tribun. Sehingga terjadi desak-desakan. Di sinilah tragedi mematikan itu terjadi. 

Sepak Bola salah satu jenis Permainan atau hiburan yang diatur sedemikian rupa dengan berbagai jenis program dan waktu penyelenggaraannya. Ditunjuklah sejumlah pegawai, staf manager, dan penanggung jawab sehingga menjadi suatu misi yang penting di mata para perencana dan pengaturnya. Bahkan telah dibentuk organisasi tingkat dunia di bawah payung PBB untuk mengaturnya. 

Jenis  permainan sepak bola yang dipayungi oleh FIFA (Federation Internationale de Football Association). Bola basket diatur oleh FIBA (Fédération Internationale de Basketball). Bulu tangkis di bawah pengaturan BWF (Badminton World Federation) dan lain sebagainya.

Tidak hanya di tingkat dunia, di setiap negara pun ada organisasi resmi yang mengatur berbagai cabang olahraga. Di Indonesia ada KONI (Komite Olah raga Nasional Indonesia) yang membantu pemerintah untuk pelaksanaan olahraga prestasi sekaligus pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan olahraga prestasi yang dilakukan induk cabang-cabang olahraga.

Selain terorganisir secara sistematis baik di tingkat nasional bahkan internasional, juga ada klub-klub yang menaungi para pemain sesuai cabang-cabang olahraga baik di tingkat nasional maupun dunia. Masing-masing cabang olahraga tersebut juga ada jadwal pertandingan di tingkat nasional maupun dunia.

Kecintaan sebagian masyarakat terhadap klub tertentu akan melahirkan sikap fanatisme dan pembelaan terhadap klub kesayangan. Aktualisasi luapan emosi, amarah, dan bahagia adalah indikator terkuat betapa kuatnya fanatisme mereka. Bahkan mereka rela mengorbankan harta, tenaga, dan waktunya untuk mengikuti jadwal pertandingan klub kesayangannya. Tidak sedikit di antara mereka menjadi korban tawuran atau sikap represif aparat akibat ulah fanatisme mereka.

Inilah gambaran jelas permainan atau hiburan sepak bola berujung pada  kesia-siaan yang terorganisir yang berdampak buruk bagi kehidupan seorang muslim di dunia terlebih di akhirat kelak.
Jauh-jauh hari, Allah Subhanaallahu Wa Taala telah mengingatkan,
ÙˆَÙ…َا الْØ­َÙŠَاةُ الدُّÙ†ْÙŠَا Ø¥ِÙ„َّا Ù„َعِبٌ ÙˆَÙ„َÙ‡ْÙˆٌ
“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah permainan dan senda gurau.…” (QS al-An’am: 32)

Pemain dan penonton pertandingan olahraga khususnya sepak bola mayoritas didominasi dari kalangan pemuda yang seharusnya mereka banyak melakukan aktivitas produktif yang memberikan manfaat di dunia dan akhirat, seperti menimba ilmu dan tsaqafah Islam, berdakwah, dan berjihad di jalan Allah Subhanaallahu Wa Taala.

Islam membolehkan berolahraga dalam rangka menjaga kesehatan, kebugaran, dan keterampilan bagi kaum muslimq, tapi tidak dibenarkan jika sampai menimbulkan kesia-siaan. 

Tragedi Kanjuruhan menjadi bukti bahwa pertandingan sepak bola adalah hiburan yang membawa bencana bukan hanya kerugian materi, tapi juga hilangnya nyawa ratusan jiwa. Wallahualam.



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar