Oleh: Ummu Akbar (Anggota Lingkar Studi Muslimah Bali)
Ancaman PHK yang terjadi di beberapa pabrik tekstil dan sepatu di Indonesi akhir-akhir ini telah menjadi sorotan beberapa pihak. Pasalnya sampai saat ini sudah terjadi PHK sebanyak 22.500 buruh pabrik alas kaki dan 78.000 karyawan pabrik tekstil. Hal ini diawali dengan merumahkan karyawan, tidak memperpanjang kontrak buruh, hingga tak lagi bekerja.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (APRISINDO), Firman Bakri mengungkapkan, sejak Juli 2022 industri sepatu di Tanah Air terus mengalami penurunan order ekspor. Hanya saja, akibat pendataan yang terlambat dari realisasi pengiriman, hingga Agustus 2022, ekspor sepatu Indonesia terlihat masih tumbuh signifikan.
Akibatnya, PHK yang terjadi tidak terdeteksi, " Tanpa dukungan pemerintah, PHK mungkin akan semakin massif, mulai akhir tahun ini sampai tahun depan. Data yang kami rekap sudah ada 22.500-an buruh alas kaki yang sudah di PHK, " ujar Firman Bakri Direktur Aprisindo, dikutip oleh CNBC Indonesia (Sabtu, 5 November 2022).
Hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi yang tidak stabil akibat kehilangan pangsa pasar dan juga daya kompetisi. Ini semua tidak lepas akibat dari diterapkannya sistem ekonomi Kapitalis yang telah gagal dalam penyerapan tenaga kerja.
Sampai kapan sistem ekonomi Kapitalis di negeri ini akan terus diterapkan? Pada akhirnya rakyat yang jadi korban, lagi-lagi nasib rakyat dikorbankan! Harusnya kita sadar, hanya dengan kembali kepada sistem Islam, nasib rakyat akan terselamatkan.
Dalam islam, negara berkewajiban memberikan kemudahan bagi warga negaranya dalam mencari nafkah.
Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Rasulullah saw. pernah memberikan dua dirham kepada seseorang, kemudian beliau saw. berkata kepadanya:
«كُلْ بِأَحَدِهِمَا وَاشْتَرِ بِاْلآخَرِ فَأْسًا وَاعْمَلْ بِهِ»
“Makanlah dengan satu dirham, dan sisanya belikanlah kapak, lalu gunakanlah ia untuk bekerja.”
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan, bahwa ada seseorang yang mencari Rasulullah, dengan harapan Rasulullah saw. akan memperhatikan masalah yang dihadapinya. Ia adalah sorang yang tidak mempunyai sarana yang dapat digunakan untuk bekerja dalam rangka mendapatkan suatu hasil (kekayaan), juga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Kemudian, Rasulullah saw. memanggilnya. Beliau menggenggam sebuah kapak dan sepotong kayu, yang diambil sendiri oleh beliau. Lalu, beliau serahkan kepada orang tersebut. Beliau perintahkan kepadanya agar ia pergi ke suatu tempat yang telah beliau tentukan dan bekerja di sana, dan nanti kembali lagi memberi kabar tentang keadaannya. Setelah beberapa waktu, orang itu mendatangi Rasulullah saw. seraya mengucapkan rasa terima kasih kepada beliau atas bantuannya. Ia menceritakan tentang kemudahan yang kini didapati.
Al-Badri (1992), menceritakan bahwa suatu ketika Amirul Mukminin, Umar bin Khathab r.a. memasuki sebuah masjid di luar waktu shalat lima waktu. Didapatinya ada dua orang yang sedang berdoa kepada Allah Swt. Lalu, Umar r.a. bertanya,“Apa yang sedang kalian kerjakan, sedangkan orang-orang di sana kini sedang sibuk bekerja?, Mereka menjawab, “Yaa Amirul Mukminin, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bertawakal kepada Allah Swt.” Mendengar jawaban tersebut, maka marahlah Umar, seraya berkata, “Kalian adalah orang-orang yang malas bekerja, padahal kalian tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak.” Kemudian, Umar mengusir mereka dari masjid, tapi memberi mereka setakar biji-bijian. Beliau katakan kepada mereka, “Tanamlah dan bertawakallah kepada Allah".
Demikianlah bagaimana seorang pemimpin dalam Islam mengurus rakyatnya. Sudah sepatutnya kaum muslimin menyadari dan kembali kepada islam yang merupakan solusi seluruh permasalahan hidup manusia.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar