Menjadi Duta Anti Tawuran, Dapatkah Menjadi Solusi Darurat Tawuran dan Gangster di Bekasi?


Oleh : Lia Ummu Thoriq (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

Bekasi semakin tidak aman. Ungkapan ini mungkin tepat untuk menggambarkan kondisi keamanan di kota Bekasi yang akhir-akhir ini. Aksi tawuran di Bekasi tak hanya terjadi di malam hari. Seolah tak kenal waktu, sekelompok remaja di kawasan Vida, Kabupaten Bekasi gelar tawuran di sore hari. Aksi tawuran tersebut berlangsung di saat jalanan ramai pengendara sehabis pulang kerja. Dari video yang beredar di laman media sosial, aksi tawuran ini terjadi pada Senin (14/11/2022).

Geram dengan aksi tersebut, warga setempat pun berinisiatif untuk membubarkan aksi tak terpuji para remaja itu. Dari caption video yang diunggah akun Instagram @infobekasi, disebutkan warga akhirnya membubarkan paksa tawuran remaja itu. "Tawuran pelajar di vida bekasi dibubarin oleh warga, Senin, 14 November 2022 sore," (Suarabekaci.id senin, senin 14/11/2022)

Namun ada yang menarik dari peristiwa ini. Kapolres Metro Bekasi Kota, Kombes Pol Hengki menjadikan pelajar pelaku tawuran tersebut segbagai duta anti tawuran. "Kenapa saya punya keinginan dia menjadi duta? karena dia sudah mengalami sendiri, dia punya pemikiran sendiri apa yang dia rasakan, kenapa dia mau begitu, kan dia ingin eksis, ingin diakui orang yang kuat yang menurut dia itu benar, padahal itu keliru," katanya. (TribunBekasi.com Senin, 10/10/2022)

Kapolres mengatakan di Bekasi ada sekitar 35 geng motor, tapi mayoritas lebih suka melakukan tawuran dan perbuatan negatif lainnya. Bahkan Kapolres menambahkan ada 37 titik rawan di daerah Bekasi. Untuk mengawasi daerah rawan kejahatan, dipasang 50 CCTV dan patroli petugas kepolisian. (TribunBekasi, Jumat 14/11/2022)

Semakin bertambahnya aksi kejahatan yang dilakukan pelajar di Bekasi tentu membuat hati miris. Hilangnya rasa aman warga Bekasi terlebih bagi pekerja yang pulang malam tentu tak dapat dianggap remeh. Namun apakah menjadikan para pelaku tawuran sebagai duta anti tawuran bisa menjadi solusi meminimalisasi bahkan menghilangkan tawuran pelajar dengan tuntas? 

Sebelum kita membahas solusi kita perlu mencari tau apa yg menjadikan alasan pelajar melakukan tawuran. Dengan analisis yang mendalam hal ini akan memudahkan mencari solusi dari permasalah tawuran ini. Alasan pelajar melakukan tindak kejahatan antara lain:

1. Mencari eksistensi diri
Masa remaja adalah masa dimana seseorang mencari jatidiri. Rasa ingin tahu yang tinggi membuat seorang remaja khususnya pelajar mencoba hal-hal yang baru. Hal ini jika tidak diarahkan bisa menjerumuskan kepada hal-hal yang negatif. Peran orang tua dan sekolah sangat dibutuhkan agar remaja tidak terjerumus kepada hal-hal yang negatif.

Tawuran ini adalah salah satu bentuk remaja mengapresiasikan dirinya. Dengan tawuran ini mereka mengganggap bahwa dirinya "jagoan" dan ingin diakui. Mereka ingin menang dihadapan lawan mereka. Bentuk apresiasi diri seperti ini adalah salah total. Karena tawuran ini adalah tindak kriminalitas yang tidak bisa ditolelir dengan alasan apapun. 

2. Hilangnya kasih sayang dalam keluarga
Peran keluarga dalam pembentukan pribadi anak sangatlah urgent. Keluarga adalah sekolah pertama bagi seorang pelajar. Dalam keluarga ada bapak dan ibu yang memainkan perannya untuk membentuk kepribadian anak. Penanaman pondasi agama atau aqidah adalah hal yang penting bagi seorang pelajar. Jika agama atau akidah pelajar kuat maka dia tidak mudah terbawa arus kerusakan diluar rumahnya.

Namun faktanya saat ini, banyak keluarga yang "cuek" dengan kondisi anaknya. Orang tua sibuk bekerja mencari uang agar kebutuhan anak-anaknya terpenuhi. Mereka beranggapan dengan uang masalah akan selesai. Mereka tak memberikan pondasi agama pada anak, juga tak memberikan curahan kasih sayang. Akibatnya anak-anaknya mencari kesenanngan diluar. Dia mencari komunitas yang dianggap nyaman. Tak sedikit komunitas ini membawanya ke arah kesesatan yaitu kekerasana atau ktiminalitas.

Selain itu orang tua yang "cuek" menyerahkan pendidikan anaknya pada sekolah. Sekolah dianggap "laundry". Masuk dalam keadaan kotor, keluar dalam keadaan bersih dan wangi. Anggapan ini salah besar. Sekolah bukan satu-satunya tempat untuk membentuk kepribadian anak. Harus ada peran orang tua atau keluarga dan sekolah dalam membentuk kepribadian anak. Sinergi antara sekolah dan rumah dapat mengantarkan pembentukan pribadi anak yang kuat dan sholeh.

3. Buah pendidikan sekuler liberal
Pelajar saat ini adalah cerminan atau buah dari sistem pendidikan sekuler liberal. Sekuler adalah faham yang memisahkan agama dengan kehidupan. Agama "haram" mengatur masalah kehidupan. Palajaran agama diposisikan sebagaimana pelajaran yang lain. Hanya mengejar nilai semata, tanpa diterapkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Hasilnya banyak para pelajar yang berbuat keharaman melanggar norma agama, salah satunya melakukan kekerasan. Padahal kekerasan ini adalah yang tidak pernah diajarkan dalam agama.

Sedangkan liberal adalah faham kebebasan. Dalam faham ini manusia diberi kuasa untuk membuat hukum atau aturan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia bebas dalam menentukan hukum sesuai dengan yang mereka inginkan. Dari faham liberal inilah yang melahirkan aksi-aksi kriminalitas salah satunya adalah pembegalan.

4. Tidak ada sanksi yang tegas dari penegak hukum dan  negara tidak hadir dalam urusan pelajar.
Sanksi yang tidak tegas membuat kasus kriminalitas yang dilakukan oleh remaja terus berulang. Para pelajar yang membuat ulah mereka hanya diberikan pengarahan. Pelajar yang melakukan kekerasan atau tindak kriminalitas hanya diberikan pengarahan di panti sosial. Setelah itu dikembalikan lagi kepada orang tuanya. Mereka tidak "kapok" dan kembali ke jalan untuk melakukan tindak kriminal.

Butuh sistem sanksi yang tegas agar tindak kriminalitas yang dilakukan oleh pelajar tak terulang kembali. Jika hanya mengandalkan sistem sanksi yang diberlakukan di negara kita saat ini, maka bagai mimpi di siang bolong.

Hal ini diperparah dengan nihilnya peran negara. Negara tak hadir mengurus pelajar yang sudah kehilangan identitas. Negara sibuk mencari kursi kekuasaan agar terus langgeng dalam singgasana kekuasaan.

Disinilah dibutuhkan suatu sistem yang mampu menyelesaikan masalah kriminalitas yang dilakukan oleh pelajar. Sistem tersebut mustahil ada dalam sistem sekuler liberal saat ini. Pasalnya sistem mengandalkan akal manusia yang terbatas. Sistem ini harus bersumber dari wahyu Allah, sistem yang mampu membentuk seorang pelajar menjadi probadi yang tangguh dan mampu menekan angka kriminalitas bahkan menghilangkannya.


Mengembalikan jati diri remaja

Menuntaskan gangguan keamanan yang dilakukan oleh remaja membutuhkan kerjasama semua pihak. Keluarga, masyarakat dan negara adalah pihak yang bertanggung jawab dalam membentuk kepribadian remaja. Karena ditangan merekalah nasib bangsa ini kita lanjutkan.

1. Keluarga 
Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama. Karena pembinaan kepribadian, pengusaan dasar-dasar tsaqofah Islam dilakukan oleh keluarga utamanya orang tua. Keluarga ideal berperan menjadi wadah wadah pertama pembinaan keislaman dan sekaligus membentenginya dari pengaruh-pengaruh negatif yang berasal dari luar. 

2. Masyarakat
Masyarakat juga menjadi "sekolah" bagi para remaja. Dalam sistem islam Masyarakat berperan mengawasi anggota masyarakat dan penguasa dalam pelaksanaan hukum syariat islam. Lebih dari itu masyarakat Islam memiliki kepekaan indera bagaikan pekanya anggota tubuh terhadap sentuhan benda asing. Masyarakat sebagai kontrol ketika remaja melakukan hal-hal yang negatif. Masyarakat akan melakukan amar ma'ruf nahi munkar ketika ada kemaksiatan yang dilakukan oleh warganya salah satunya adalah remaja.  

Hal ini sebagaimana yang terjadi ketika pada saat sistem islam diterapkan. Individu akan merasa "malu" jika melakukan kemaksiatan di tengah-tengah masyarakat karena kontrolnya yang begitu kuat. 

3. Negara
Negara inilah yang akan menerapkan dua sistem agar kasus-kasus kriminalitas dikalangan remaja tidak terulang lagi. Sistem tersebut adalah sistem pendidikan dan sistem sanksi. Dua sistem ini mustahil diberlakukan tanpa adanya negara.

Islam meletakkan prinsip kurikulum, strategi, dan tujuan pendidikan berdasarkan aqidah Islam. Pada aspek ini diharapkan terbentuk sumber daya manusia terdidik dengan aqliyah islamiyah (pola fikir islami) dan nafsiah islamiyah (pola sikap yang islami) atau kepribadian Islam. Dengan kepribadian islam inilah seorang pelajar menjalani kehidupannya. Halal haram menjadi standar dalam bertingkah laku. Pendidikan juga harus diarahkan pada pengembangan keimanan, sehingga melahirkan amal sholeh dan ilmu yang bermanfaat. Prinsip ini mengajarkan pula bahwa di dalam islam yang menjadi pokok perhatian bukanlah kuatitas, tetapi kualitas pendidikan. Perhatikan bagaimana Al quran mengungkapkan tentang ihsanul amal atau amal sholih (amal yang terbaik).

Penerapan sanksi kepada pelajar yang sudah baligh akan memberikan efek jera dan mencegah pelajar lain untuk melakukan perbuatan serupa. Hukum keadilan mampu menjawab persoalan kriminalitas saat ini. Sanksi (uqubat) memiliki fungsi pencegah (zawajir) dan penebus (jawabir). Penebus maksudnya orang yang berdosa di dunia akan mendapatkan hukuman agar ia terlepas siksa neraka. Pencegah maksudnya dengan sanksi tersebut orang akan takut berbuat jahat, karena menyadari hukumannya sangat berat. 

Kesimpulannya menjadikan pelaku tawuran sebagai duta anti tawuran tidak akan berdampak signifikan terhadap perilaku tawuran. Karena hal ini tidak menyentuh akar permasalahnya. Solusinya hanya satu yaitu kembali kepada sistem Islam.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar