Pemuda Inspiratif Bukan Sekedar Mengejar Materi


Oleh: Siti Aminah, S. Pd (Relawan Opini Konsel)

Dilansir dari kendaripos.fajar.co.id (2022/10/28) bahwa pemuda punya peran dan kontribusi dalam melepaskan negeri ini dari belenggu kolonialisme di masa lampau. 20 Oktober 1928, para pemuda berikrar untuk dalam janji suci, bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, berbangsa yang satu, bangsa Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Pemuda di masa kini, berkarya dalam perannya untuk berpacu menuju masa depan gemilang. Hari ini, 28 Oktober 2022, ikrar Sumpah Pemuda kembali menggema di seantero negeri sejak pertama kali digaungkan 94 tahun silam. Wakil Direktur Kendari Pos Awal Nurjadin mengatakan, Sumpah Pemuda Award 2022 digelar dalam rangka memperingti Hari Sumpah Pemuda yang jatuh setiap 28 Oktober. "Ini sebagai bentuk apresiasi kepada tokoh atau pemuda Sultra yang dianggap berkontribusi terhadap pembangunan daerah dan menginspirasi masyarakat sehingga layak untuk mendapatkan penghargaan," ujarnya.

Pemuda sejatinya merupakan ujung tombak dari suatu Negara atau menjadi estafet kehidupan masa kini menuju masa depan yang gemilang. Jika pemuda hari ini tidak mampu bersaing atau hanya menjadi pemuda pembebek dalam artian mengikuti arus, maka bisa dipastikan dia akan tertinggal dan tidak akan mampu memimpin peradaban kelak. Mereka hanya menjadi buruh di negerinya dan berwatak rapuh, terkondisikan dengan keadaan, bersifat individualistik dan sebagainya.

Tentu hal ini bukanlah yang diharapkan dari sebuah negara. Akan tetapi inilah fakta yang terjadi di negeri ini. Karakter pemudanya mudah putus asa dan gampang menyerah. Misalnya saja diberikan tugas di sekolah, mereka memilih untuk tidak masuk di sekolah dibandingkan mengerjakan tugas tersebut, atau lebih memilih mencari uang dibandingkan dengan sekolah, atau lebih memilih jadi konten kreator karena menghasilkan cuan banyak, bahkan ketika ditawari beasiswa, ada sebagian pemuda lebih memilih jadi YouTubers.  

Karakter ini terbentuk bukanlah suatu kebetulan, namun tidak terlepas dari aturan yang diterapkan hari ini. Bahkan bisa dikatakan karakter mereka terbentuk secara sistematik. 

Jika kita menelisiknya, maka Negaralah yang memberikan ruang untuk berekspresi bahkan diberikan penghargaan kepada pemuda yang memiliki pemikiran produktif yakni mampu menghasilkan uang sendiri. Dengan demikian, pemuda akan jauh dari jati dirinya yang sesungguhnya yakni menjadi agen perubahan dan menjadi kebanggaan negara, serta menjadi garda terdepan menjaga keutuhan negara dari cengkraman para penjajah sumberdaya alam negeri ini.

Karena jelas standar yang digunakan hari ini untuk mengukur keberhasilan pemuda atau dikatakan sebagai pemuda inspiratif dalam tatanan sistem kapitalis sekuler tidak lepas dari orientasi materi. Dimana pemuda yang memberikan inspirasi adalah pemuda yang produktif dan kreatif untuk mendapatkan cuan yang banyak. 

Dengan kata lain, pemuda menjadi generasi yang diberikan beban untuk menanggung hidup. Bukan menjadi agen perubahan bagi peradaban bangsa. Pemberian label atau stigma yang menempel hanya menjadi simbolis semata tanpa ada aksi nyata yang mampu menjadi penggerak perubahan di masyarakat. Padahal sejatinya pemuda adalah generasi yang nantinya menjadi pengganti untuk mengisi tatanan kehidupan Negara selanjutnya. Nasib bangsa sedang dipertaruhkan, ketika tongkat estafet perubahan diberikan kepada generasi yang bermental lemah, membebek, sekedar terkenal tanpa adanya perjuangan.

Mestinya Negara harus membangun pola pikir mereka bukan hanya sekedar mencari materi belaka. Namun yang terpenting adalah mereka dididik sebagai pemuda yang tangguh dan tak terkalahkan yang akan menjaga negeri ini.

Hanya saja, sistem hari ini yakni sistem kapitalisme sekular tidak mendukung semua itu. Para pemuda dibajak potensinya dengan dilenakan atau disibukkan dengan kehidupan pribadinya. Akhirnya yang difungsikan nantinya di negeri ini adalah para kapitalis. Inilah wajah dari sistem kapitalisme sekular.

Sangat jauh berbeda dengan sistem Islam. Sejatinya, dalam Islam, pemuda adalah aset bangsa yang harusnya dikembalikan lagi, menjadi agen perubahan, penggerak perjuangan di masyarakat. Yang memiliki mental baja, mampu memberikan warna kebangkitan di tengah-tengah umat. 

Sebagaimana banyak kisah pemuda-pemuda muslim yang menjadi ujung tombak perjuangan Islam, hingga Islam menjadi adidaya selama hampir 13 Abad. Seperti Muhammad Al Fatih penakluk konstantinopel di umurnya 25 tahun. 

Lalu, akankah terbentuk pemuda sebagai agen perubahan atau ujung tombak dari negeri ini, jika masih di bawah cengkraman sistem kapitalisme sekular? Tidakkah kita mengharapkan pemuda seperti Muhammad Al Fatih?

Jika mengharapkan pemuda berkarakter baja dan berwibawa, hanya akan muncul dalam peradaban Islam yakni kembalinya kekhilafahan. Wallahu A'lam.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar