Bullying, Potret Buruk Sistem Pendidikan


Oleh : Winda Harefa

Beberapa hari lalu viral video sekumpulan pelajar SMA di Tapanuli Selatan yang menendang seorang perempuan lansia hingga terjungkal. Sebelum itu, beredar juga video beberapa pelajar SMP mem-bully kawannya di dalam kelas. Mereka ramai- ramai memukuli dan menendang kepala korban hingga pingsan. Video dan pemberitaan remaja dan pelajar melakukan bully (perundungan), kekerasan hingga tindak kriminal sudah amat sering beredar. Ini menandakan bahwa ada persoalan besar dalam dunia pendidikan dan sosial anak- anak muda kita.

Krisis adab yang melanda kalangan remaja di Indonesia hal ini tercermin dari tindakan mereka yang perilaku amoral. Sebagian mereka sering berkata kasar, melawan orang tua dan guru, melalukan tindakan bullying, hingga melakukan tindak kriminalitas seperti pencurian, tawuran, perampokan, pemerkosaan dan pembunuhan. 

Bullying pelajar terhadap seorang nenek menggambarkan betapa buruk sikap pelajar tersebut.  Ini menunjukkan kegagalan sistem pendidikan dalam mencetak anak yang berakhlak mulia, dan juga gagalnya  sistem kehidupan, sehingga tak menghormati orang yang sangat tua.

Di kasus lain, bullying antar pelajar tidak diselesaikan dengan tuntas, namun dengan kompromi, yang tidak memberi rasa keadilan kepada korban.  Bahkan ada kecenderungan Sekolah merahasiakan kasus bullying, dan tidak menyelesaikan dengan tuntas.  Fakta ini jelas kontradiksi dengan program sekolah ramah anak.  Ketidak siapan sekolah dalam program tersebut membuat sekolah justru menyembunyikana kasus.


Produk Sistem Pendidikan Sekuler

Krisis adab di tengah remaja dan pelajar adalah buah sistem pendidikan sekuler. Telah lama dunia pendidikan hanya mementingkan prestasi akademik dan berorientasi pada lapangan kerja, bukan demi membentuk kepribadian Islam. Para pelajar dari bangku sekolah hingga perguruan tinggi - dididik untuk menjadi pengisi lapangan kerja, minim penanaman adab - adab luhur. Pelajaran agama di sekolah dan di kampus amat minim. Itu pun hanya diajarkan dalam bentuk hapalan untuk mengejar target kurikulum dan ujian kenaikan kelas.

Sinyal agama makin dijauhkan dari pendidikan nasional juga tercermin dalam Peta Jalan Pendidikan 2020-2035 yang kini tengah digodok Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Di situ frasa agama dihilangkan.Sikap menjauhkan agama juga tampak dari sejumlah kebijakan lain. Pendidikan yang menjauhkan agama juga akan melahirkan perilaku amoral. Anak dididik untuk liberal melakukan apa pun asal ia senang. Sudahlah agama tidak diajarkan, pornografi dan kekerasan menjadi teman bermain mereka. Ini pula yang menjadi bibit maraknya kasus perundungan. Ditambah dengan keluarga yang acuh, ayah dan ibu sibuk bekerja sehingga anak-anak kekurangan kasih sayang, jadilah mereka mencari eksistensi dan kesenangan di luar rumah.


Islam membentuk pribadi mulia

Islam berhasil mencetak masyarakat yang semula ummiy (tidak bisa membaca dan menulis) menjadi cendekiawan di berbagai bidang. Selain melahirkan ulama ilmu-ilmu keislaman, peradaban Islam juga melahirkan para ilmuwan di bidang kedokteran, fisika, farmasi, teknik, matematika, kimia, militer, dsb. Nama-nama ilmuwan seperti Ibnu Khaldun dalam ilmu sosiologi, al-Khawarizmi dalam matematika, az-Zahrawi dalam ilmu kedokteran, terus dikenang sampai sekarang.

Dalam sistem Islam juga menjadikan masyarakat dengan peradaban yang unggul  dan berakhlak mulia. Yang mengubah masyarakat dari kegelapan (jahiliah/bodoh) menuju cahaya, hingga kini belum ada peradaban yang bisa menyamainya seperti yang diterangkan dalam surah Ibrahim ayat 1. 

Adapun dalam sistem pendidikan Islam kunci keberhasilannya terlihat dari 3 aspek: yang pertama menjadi Akidah Islam sebagai kurikulum pendidikan. Para pelajar ditanamkan keimanan kepada Allah SWT sehingga menjadikan mereka individu takwa. Dan disetiap ilmu yang mereka pelajari akan menambah keimanan dan ketakwaan.
Kedua, sistem pendidikan Islam juga memiliki tujuan yang jelas yaitu mencetak kepribadian Islam (syakhsiyyah islâmiyyah)   disetiap individu, yang mana pola pikir dan pola sikapnya selaras dengan Islam. Mereka akan memiliki kepribadian dan kecerdasan yang akan dikontribusikan untuk umat. Tidak dengan sistem pendidikan ala kapitalis yang mencetak para pelajar untuk menjadi budak korporat tanpa adab.
Ketiga, saat ada pelanggaran atau tindak kriminal, negara akan menerapkan hukum yang tegas kepada pelakunya. Negara akan menerapkan sanksi bagi para pelanggar hak-hak masyarakat. Remaja dan pelajar yang melakukan tindak kriminal, jika mereka telah terbukti balig, diberi sanksi sebagaimana orang dewasa. Jika mereka berzina, berlaku sanksi cambuk 100 kali. Jika mereka mencuri, berlaku sanksi potong tangan. Demikian seterusnya. Sebaliknya, jika mereka terbukti belum balig, maka wali atau orangtua mereka diperintahkan oleh pengadilan untuk mendidik dan menasihati mereka. Hal ini karena Nabi saw. menyebutkan hisab Allah tidak berlaku pada anak yang belum balig.

Begitu Islam membentuk pribadi mulia disetiap jiwa individu. Maka Islam adalah harapan untuk menyelamatkan para generasi dari krisis adab/akhlak. Islam solusi yang akan memperbaiki akhlak para remaja dan pelajar. Karena itu mari kita menjadikan Islam sebagai solusi total kehidupan. Hanya Islam yang telah terbukti dalam sejarah mampu melahirkan generasi yang cerdas dan berakhlak mulia.

Wallahu'alam bishawwab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar