GENERASI KRISIS AKHLAK


Oleh : Rina

Belakangan ini beredar video viral terkait aksi tawuran anak sekolah yang menyebabkan hilangnya nyawa seorang pelajar di kota Medan. Masalah yang sama sebenarnya banyak juga terjadi diwilayah yang berbeda mulai dari waktu kewaktu, artinya ini bukan kali pertama peristiwa tawuran yang memakan korban. Kian hari masalah moral generasi makin ambruk, makin sulit orang tua untuk mengawasi anak-anaknya ditambah dengan adanya alat komunikasi yang disalahgunakan sehingga mempermudah pertemuan antara komplotan siswa yang sulit diarahkan.

Masa muda memang masa menggebu-gebu ingin menunjukkan jati diri setiap orang, bukan hanya kemampuan dari segi intelektual otak, faktanya dari segi otot pun banyak diadu sekalipun melanggar norma yang berlaku dimasyarakat. Ketika gharizah itu sudah muncul, sering sekali anak muda memiliki pemikiran sumbu pendek alias tidak memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi akibat perbuatannya.

Krisisnya akhlak generasi bukan hanya soal tawuran, tapi sudah merambah ke berbagai lini kehidupan. Belum lama ini, ramai berita anak siswi SMP umur 12 tahun melaporkan ibunya ke polisi. Hal ini dikarenakan sang ibu member pelajaran lantaran mendapati isi chat sang anak yang vulgar bersama lawan jenisnya. Usia yang sangat rentan dan belum memiliki pemikiran matang, apa jadinya kalau dibiarkan bertindak sendiri tanpa arahan orang tua? Ketika diperingatkan tapi malah melaporkan sang ibu. Tapi tetap saja laporan itu diterima. Sungguh miris 
 
Sistem ini sudah banyak menghasilkan generasi yang krisis akhlak. Tidak lain karena dijauhkannya agama dari kehidupan. Manusia bebas bertindak apa saja dengan dalih “Hak Asasi Manusia” termasuk sang orang tua tidak bisa menyuruh anak untuk menutup aurat, menjaga interaksi dengan lawan jenis. Anak yang malang semakin tergerus oleh hedonisnya zaman, orang tua hanya bisa gigit jari melihat generasinya yang kian hancur. Namun tak bisa berbuat lebih. Kalau sudah begini, siapa yang akan tanggung jawab?

Hukuman yang diberikan kepada para pelaku tawuran faktanya tidak memberikan efek jera dan takut kepada orang-orang berikutnya sehingga kejadian semacam ini masih saja berlanjut hingga sekarang. Hal ini ternyata juga didasari oleh sistem pendidikan yang hanya mementingkan prestasi akademik dan berorientasi pada lapangan pekerjaan, bukan demi menciptakan kepribadian islam. Pendidikan agama disekolah yang amat minim, namun tetapsajaditargetkan untuk mengejar target kurikulum dan ujian kenaikan kelas.
 
Pemicu utama kerusakan generasi ini adalah rusaknya sistem kehidupan yang diberlakukan. Sistem kapitalis sekuler menjauhkan agama dari kehidupan. Sehingga aturan yang diberlakukan berasal dari akal lemah manusia yang mengikuti hawa nafsu manusia itu sendiri. Hak Asasi yang ditujukan untuk melindungi setiap manusia, justru menghancurkan generasi karena dijadikan tameng dan dalih untuk bertindak bebas tanpa batas hingga menjadi buas.

Apabila kita berkaca ke zaman para sahabat, dan ulama maka kita akan mendapati bahwa usia muda mereka justru menjadi waktu emas yang mampu menciptakan peradaban yang tinggi. Seperti halnya imam syafi’i dan para ulama lainnya yang sudah menunjukkan kepiawaiannya menghafal qur’an, hadis serta kitab-kitab para ulama diusia yang bahkan terbilang masih belia. Pengajaran beliau yang didasari pada ketakwaan individu, kontrol dari keluarga dan masyarakat serta penerapan aturan islam oleh negara sehingga terbentuk kepribadian yang islami. 

Generasi dengan ketakwaan, adab dan keilmuan yang tinggi hanya akan didapatkan ketika negara menerapkan aturan Allah dalah segala lini kehidupan. Negara tersebut tidak lain adalah khilafah islamiyyah. Karena dalam islam itu sendiri, dijelaskan bahwa hukum asal suatu perbuatan adalah terikat dengan hukum syara’, dengan aturan ini semua individu akan berjalan diatas aturan sang Ilahi sehingga tercipta kehidupan yang berkah dan generasi hebat yang bervisi akhirat (surga).

Wallahu a’lam bish-showab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar