Oleh : Anindya Vierdiana
Di lansir dari kumparan news. Baru-baru ini telah ramai di jejaring sosial yang menampilkan potongan video aksi pelajar menendang nenek-nenek. Bermula dari segerombolan pelajar di kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara (Sabtu 19/11/2022) yang tengah mengendarai motor kemudian berhenti dan menghadang seorang nenek yang sedang berjalan, salah satu pelajar itu kemudian menendang nenek tersebut hingga jatuh yang di iringi riuh tawa mereka. Salah satu pelajar yang merupakan teman mereka merekamnya, kemudian membagikannya pada grup WhatsApp yang akhirnya viral di media sosial. Para pelajar tersebut berjumlah 6 orang dan telah di amankan polisi terkait kasus ini..
Sungguh ironis sekali karena alasan mereka melakukan aksi tersebut karena iseng saja. Mereka para pelajar yang sedari kanak-kanak seharusnya telah mengenal dan di perkenalkan adab, melakukan tindakan yang jauh dari nilai kesopanan. Faktanya memang dalam kehidupan sehari-hari dewasa ini masih sangat banyak di temui contoh kejadian generasi muda yang di landa krisis akhlak, etika dan sopan santun.
SEKULERISME BIANG KERUSAKAN AKHLAK
Generasi bangsa terlahir dari sebuah Pendidikan. Saat ini pendidikan yang ada hanya berorientasi pada materi. Ilmu untuk uang sudah menjadi prasyarat dalam menjalani kehidupan. Sehingga adab dan akhlak bukanlah yang utama. Memisahkan antara agama dan pengelolaan kehidupan, Akibatnya tak ada sangsi atau hukuman yang membuat jera sehingga tindakan bullying pun serasa biasa saja di lakukan. Tidak di utamakannya pendidikan akhlak menjadi penyebab banyak terjadinya tindakan perundungan yang bahkan dari banyak kasus lainnya, korban mengalami trauma bahkan menjadi penyebab kematian. Di sinilah pentingnya kolaborasi antara peran orang tua , lingkungan serta negara untuk dapat mendidik dan menanamkan nilai nilai Islam.
SALAH SIAPA?
Pendidikan yang ada tidak terlepas dari sistem yang mengatur pengelolaan dan pengaturan Pendidikan. Aturan yang diterapkan saat ini adalah aturan buatan manusia yang serba lemah, terbatas, cacat dan dibangun atas asas sekulerisme (pemisahan antara agama dan kehidupan) sehingga wajar kerusakan demi kerusakan mewarnai kehidupan manusia saat ini.
Pendidikan yang dibangun berlandaskan sekuler-liberal, menghilangkan aspek keagamaan dalam dunia Pendidikan, jikapun ada itu hanya 0,00 sekian dari bagian proses belajar. Kondisi ini menjadikan aturan yang di buat tidak dapat membatasi seseorang untuk melakukan tindakan perundungan. Sistem Pendidikan yang sekuler liberal tidak akan membentuk intelektual yang memiliki akhlak mulia. Justru sebaliknya, akan terseret arus kerusakan tatanan kehidupan dari segala sisi yang boleh jadi akan tumbuh menjadi manusia pintar namun minim adab. Sehingga, pendidikan akhlak tak lagi penting baginya. Maka, menaruh harapan akan lahirnya generasi cemerlang dengan menerapkan sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak seperti hari ini, bagaikan mencari jarum ditengah tumpukan jerami, sulit dan mustahil akan terwujud.
Faktor yang menjadi penyebab minimnya adab yang di miliki generasi zaman now adalah :
Kurangnya pendidikan akhlak
Begitu pentingnya penanaman pendidikan akhlak semenjak dini dan tetap terus di lakukan, mampu mempengaruhi perilaku,dapat membuat mereka memiliki self control yang baik serta rasa empati dan simpati yang cenderung tinggi juga mampu menunjukkan sikap dan adab yang baik. Namun sayangnya stigma berpendidikan,pintar dan sukses kebanyakan hanya di sematkan pada anak-anak yang mampu meraih nilai akademik yang tinggi saja, hal itulah yang terkadang mendorong orang tua berlomba-lomba untuk membuat anak-anak mereka pintar dan mampu dalam dunia akademis dan mengabaikan pendidikan akhlak. Padahal sejatinya untuk mencetak anak yang berpendidikan tentunya tidak lepas dari penerapan pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari -hari . Hal ini sebagaimana yang diisyaratkan dalam sabda rasulullah SAW:
أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR Tirmidzi)
Kurangnya interaksi dengan orang tua
Kurangnya interaksi dan komunikasi antara orang tua dan anak adalah satu di antaranya yang menyebabkan anak memiliki sikap yang kurang terpuji. Ini adalah bentuk protesnya, mengapa? Mereka butuh di ajak bicara dengan orang tuanya, butuh di dengar,butuh di berikan arahan serta penanaman nilai nilai islam dalam kesehariannya, butuh di berikan nasehat tanpa memarahi dan memukul, butuh kasih sayang serta perhatian. Karena itu adalah tugas orang tua yang kelak di akhirat akan di mintai pertanggung jawaban perihal anak anaknya.
Minimnya penerapan nilai - nilai Islam di dalam lingkungan sekolah
Tak bisa di pungkiri bahwa sebagian waktu dari anak-anak adalah di sekolah , namun di lingkungan sekolah pun tak selalu mampu memberikan dan menerapkan nilai nilai Islam secara utuh. Hal itulah yang mengakibatkan seringnya terjadi kasus bullying,baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Ini menunjukkan kegagalan sistem pendidikan dalam mencetak anak yang berakhlak mulia dan gagalnya sistem kehidupan.
Sistem Islam Pencetak Generasi Sholih
Generasi yang terlahir dari sistem kapitalisme hanya akan membangun peradaban yang rusak karena tidak adanya sedikitpun agama dijadikan sebagai landasan dalam membangun peradaban.
Maka saatnya sistem islam menggantikan sistem yang rusak ini. Negara dengan sistem islam akan menjalankan seluruh aspek kehidupan dengan berlandaskan aqidah islam, termasuk diantaranya pendidikan islam yang wajib berlandaskan pada aqidah islam.
Tujuan pendidikan islam disini adalah mencetak generasi yang bersyaksiyah islamiyah. Maka aqidah islam akan di jadikan sebagai landasan dalam kehidupan muslim baik di taraf individu, lingkungan masyarakat bahkan sampai negara.
Berawal dari individu yg taat akan terus menjalankan ketaatannya dalam lingkungannya dengan beramar ma'ruf nahi munkar dan negara yang akan menjamin agar aqidah islam akan terus di jaga. Sehingga suasana keimanan bisa terasa karena negara menjalankan kewajibannya dengan menjaga ketaqwaan setiap individu warga negaranya.
Contoh generasi yang terdidik dalam sistem islam antara lain Muhammad Al Fatih di usia 20 tahun berhasil menakhlukan konstantinopel, begitu juga imam Syafi'i di usianya 7tahun berhasil mengkhatamkam 30 juz Alquran dan menjadi guru diantara orang-orang yang lebih tua usianya. Dan masih banyak lagi contoh generasi yg terlahir dalam sistem islam.
Diberikannya sangsi yang tegas pada pelaku bullying berdasarkan hukum islam agar mampu menimbulkan efek jera terhadap pelakunya supaya tidak ada lagi kasus kasus serupa. Negara yang bisa menerapkan syariat islam dalam seluruh aspek kehidupan hanyalah negara khilafah.
Saatnya kita kembali kepada hukum Allah, sebagaimana firman Nya dalam alquran surat Almaidah ayat 50:
اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ ࣖ
Artinya: Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?
Wallahu a'lam bishshowab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar